Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Philip Morris International Inc, raksasa produsen rokok terbesar di dunia asal Amerika Serikat, akan melakukan ekspansi sebesar US$ 1,9 miliar di Indonesia. Dana ekspansi itu terdiri atas US$ 500 juta untuk belanja modal dan US$ 1,4 miliar berupa penerbitan saham baru (rights issue) PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), anak usaha perseroan.
Belanja modal tersebut untuk perluasan pabrik dan perkantoran serta investasi yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2016-2020. Rencana ekspansi tersebut terungkap dalam kesepakatan bisnis yang disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) antara para pengusaha Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang digelar Kamar Dagang Amerika Amerika Serikat. Pada kesempatan itu hadir 250 pengusaha dan pengambil kebijakan dari Indonesia dan AS.
Presiden Jokowi hadir di Kantor US Chamber of Commerce (Kamar Dagang AS), Washington DC, Senin waktu setempat (Selasa WIB) untuk sejumlah agenda di antaranya diskusi meja bundar (business roundtable discussion) dengan para pengusaha AS di Library Room Kantor Dagang dan gala dinner dengan mereka.
Presiden Jokowi disambut oleh Presiden Kamar Dagang Tom Donohue, Presiden Dewan Bisnis AS (US ASEAN Business Council) Alex Feldman, dan Presiden UNISINDO Ambassador David Merril. Sedangkan total kesepakatan bisnis yang akan diumumkan maupun ditandatangani sebesar US$ 20,25 miliar, termasuk ekspansi dari Philip Morris.
Angka itu terinci dalam dua kesepakatan di antaranya kesepakatan bisnis yang akan diumumkan sebesar US$ 15,705 miliar yakni perjanjian jual beli gas alam cair (LNG) antara Pertamina dan Corpus Christie Liquefaction senilai USD13 miliar, untuk pengiriman LNG ke FSRU Lampung bagi kebutuhan gas di wilayah barat Indonesia dan LNG Terminal untuk Indonesia Timur.
Ada pula kesepakatan bisnis antara PT PLN (Persero) dengan General Electric, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric dengan nilai sebesar US$ 100 juta untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo.
Ekspansi Pabrik
Sebelumnya, PT Philip Morris Indonesia dan anak usahanya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), menggelontorkan investasi sebesar US$ 174 juta untuk ekspansi berupa membangun dua pabrik di Karawang, Jawa Barat pada 2014. Dua pabrik ini memproduksi rokok kretek dan rokok putih.
Presiden Direktur HM Sampoerna Paul Norman Janelle dalam keterangan pers menyebutkan, Philip Morris Indonesia melakukan peningkatan kapasitas produksi Marlboro untuk pasar domestik dan ekspor, khususnya pasar Asia Pasifik, dengan investasi pabrik sekitar US$ 96 juta.
Pabrik baru yang berdampingan dengan pabrik kretek Sampoerna di Karawang ini dilengkapi dengan sarana fasilitas untuk mengolah daun tembakau. Dengan adanya pabrik baru itu, bahan baku Marlboro tak lagi menggunakan tembakau olahan impor.
Pabrik Sampoerna di Karawang diresmikan pada 2008 untuk memproduksi sigaret kretek mesin. Pada tahun 2011 kapasitas produksi ditingkatkan dengan investasi sekitar US$ 78 juta.
“Kami telah berinvestasi lebih dari US$ 390 juta di Karawang sejak 2006. Kami bangga bisa mendukung tujuan pemerintah Indonesia dalam menambah lapangan kerja dan meningkatkan kinerja ekspor,” kata Paul Janelle.
Di 2012, nilai ekspor produk tembakau dari Philip Morris Indonesia dan Sampoerna mencapai angka US$ 24 juta dan diharapkan akan meningkat sedikitnya dua kali lipat di tahun ini menyusul adanya penambahan kapasitas produksi.
“Kami yakin ada potensi besar untuk ekspor kretek. Untuk Marlboro, Indonesia akan menjadi pusat produksi dalam memenuhi kebutuhan ekspor untuk wilayah Asia Pasifik dalam beberapa tahun yang akan datang,” tambah Paul.
Fasilitas produksi rokok putih Philip Morris Indonesia di Karawang akan mempekerjakan sekitar 600 karyawan, pada saat beroperasi secara penuh di 2014.
HM Sampoerna merupakan pemimpin pasar rokok di Indonesia. Pada 2011, volume penjualan HM Sampoerna mencapai 91,7 miliar batang, naik 16,4% dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan volume HM Sampoerna sebesar 6,9% dari 2005-2011.
Menurut Nielsen, pangsa pasar Sampoerna mencapai 31,1% sementara PT Gudang Garam Tbk memegang pangsa pasar 20,7% dan PT Djarum 20,2%. Penjualan sejumlah produsen rokok termasuk HM Sampoerna pada semester I 2013 tumbuh 13%-66%. HM Sampoerna dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan kenaikan pendapatan 13,53% dan 13,07%. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) membukukan kenaikan pendapatan tertinggi 66,5% dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) 17,6%.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: