Duniaindustri (Januari 2012) – PT Petrokimia Gresik, BUMN produsen pupuk, akan membangun tiga pabrik baru dengan nilai investasi mencapai US$ 1,1 miliar atau Rp 10,12 triliun (dengan kurs Rp 9.200/US$) mulai tahun ini. Pembangunan pabrik ditujukan untuk meningkatkan kapasitas produksi BUMN tersebut.
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Hidayak Nyakman menjelaskan tiga pabrik yang akan dibangun antara lain pabrik amoniak urea yang membutuhkan investasi US$ 700 juta, pabrik asam fosfat senilai US$ 200 juta yang bermitra dengan produsen batu fosfat asing (Jordan Phosphate Mine Co Plc), dan revamping (pembaruan) pabrik asam sulfat dan asam fosfat senilai US$ 200 juta.
“Kami juga akan pembangunan pabrik kalsinasi kapur berkapasitas 60 ribu ton per tahun, serta perluasan dermaga di Gresik senilai Rp500 miliar,” tuturnya. Menurut dia, banyak proyek yang mulai dijalankan tahun ini dan bersifat multiyears (beberapa tahun).
Pada 2011 Petrokimia Gresik membukukan laba bersih (un-audit) sebesar Rp 1,12 triliun, naik 39,8% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 801 miliar. “Kinerja penjualan dan keuangan tahun 2011 semakin membaik, dan pada 2012 kami menargetkan laba setelah pajak sebesar Rp 1,39 triliun,” ujarnya.
PT Pupuk Kujang, produsen pupuk BUMN, juga akan membangun pabrik Kujang I C dengan investasi US$ 800 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun (dengan kurs Rp 9.000/US$) di Cepu, Jawa Tengah, agar lebih dekat dengan sumber gas Blok Cepu. Pabrik baru tersebut dirancang berkapasitas 1 juta ton dan ditargetkan beroperasi pada 2017.
“Pembangunan pabrik Kujang IC untuk mengganti pabrik Kujang IA yang sudah berusia lebih dari 30 tahun,” kata Direktur Utama PT Pupuk Kujang, Achmad Tossin.
Menurut dia, kapasitas produksi pabrik Kujang I C dirancang mencapai 900.000 ton sampai 1 juta ton, lebih tinggi dari kapasitas dua pabrik sebelumnya yaitu Kujang IA dan IB yang masing-masing 570.000 ton per tahun. Studi kelayakan pembangunan pabrik tersebut sudah selesai, tinggal menunggu kajian finansial untuk menentukan aspek pembiayaannya.
“Sumber pembiayaan kemungkinan mengandalkan pinjaman perbankan sebesar 70%, sedangkan sisanya 30% dari internal perusahaan,” ujarnya.
Achmad menilai realisasi pembiayaan pabrik baru tersebut tergantung pada rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) perusahaan. Karena itu, dukungan perbankan nasional sangat diperlukan.
Dia menjelaskan Pupuk Kujang sedang memfinalisasi dua lokasi untuk pembangunan pabrik baru itu, yakni di Cepu atau di Bojonegoro. “Soal lokasi sangat tergantung pada hasil keputusan Pusri Holding, karena Pupuk Kujang anak usaha Pusri Holding,” ujarnya.
Direktur Operasional Pupuk Kujang Yuni Suryanri menambahkan, pembangunan pabrik Kujang IC akan menambah total kapasitas produksi perusahaan. Saat ini kapasitas produksi Kujang IA dan IB masing-masing 570.000 ton per tahun, sehingga jumlah total produksi Pupuk Kujang mencapai 1,1 juta ton – 1,4 juta ton per tahun. Jumlah produksi Pupuk Kujang terdiri atas pupuk urea 998.000 ton, pupuk majemuk (NPK) 159.000 ton, dan pupuk organik 30.000 ton.
“Pupuk Kujang mengalami kendala dalam meningkatkan kapasitas terpasang pabrik yang ada karena usia mesin IA yang sudah tua dan boros bahan bakar gas,” ujarnya.
Konsumsi gas pabrik Pupuk Kujang IA dan IB diperkirakan mencapai 34 juta kaki kubik gas (mmbtu) per tahun. Sementara satu unit pabrik baru Kujang IC konsumsinya hanya sekitar 29 juta mmbtu per tahun.
Pasokan gas dua pabrik Pupuk Kujang IA dan IB sudah terpenuhi hingga 2014. “Kontrak pasokan gas sudah ditandatangani dengan PT Pertamina Hulu Energi pada Desember 2011, yang akan dipasok sebesar 86 juta mmbtu per tahun,” ujarnya.(*)