Latest News
You are here: Home | Otomotif | Perusahaan Taiwan Maxxis Bangun Pabrik Ban US$ 400 Juta
Perusahaan Taiwan Maxxis Bangun Pabrik Ban US$ 400 Juta

Perusahaan Taiwan Maxxis Bangun Pabrik Ban US$ 400 Juta

Duniaindustri.com (Agustus 2016) – Perusahaan Taiwan yakni Maxxis International sedang membangun pabrik ban otomotif dengan nilai investasi US$ 400 juta. Pabrik baru yang dibangun di Kota Deltamas, Cikarang, itu akan memiliki kapasitas produksi 10 ribu ban per hari dan menyerap 1.500 tenaga kerja.

“Kapasitas produksi mereka sebanyak 10 ribu ban sehari dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1500 orang dan investasi sebesar US$ 400 juta,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan.

Perusahaan Taiwan itu telah membeli lahan seluas 35 hektare di Deltamas untuk merealisasikan pabrik barunya di Indonesia. Pabrik ban di Indonesia merupakan pabrik ke-16 yang ditujukan guna memproduksi berbagai jenis ban, mulai ban sepeda motor hingga kendaraan berukuran besar.

Menurut Putu, perusahaan Taiwan itu menilai pasar Indonesia sangat berkembang untuk bisnis ban mobil dan motor. Produsen ban tersebut juga menilai terdapat keterbukaan di pasar ban Indonesia dimana hal itu memperkuat keyakinan untuk membuka pabrik produksi.

Indonesia sendiri merupakan negara dengan peringkat jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan memiliki peringkat penguna sepeda motor terbanyak ketiga di dunia. Hal ini disokong dengan kekayaan alam berupa karet yang merupakan bahan utama dari ban berbagai kendaraan.

Sementara itu, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), produsen ban terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, menargetkan kapasitas ban radial untuk truk dan bus (TBR) naik lima kali lipat pada 2017 setelah pembangunan pabrik baru selesai. Menurut manajemen perseroan, dengan adanya pabrik baru tersebut, kapasitas produksi ban radial TBR akan naik dari 350 ban per hari saat ini menjadi 2.200 ban per hari pada 2017.

Manajemen perseroan dalam materi investor summit menjelaskan untuk menghadapi proses radialisasi ban truk dan bus yang semakin dekat, pada 2014 perusahaan memulai pembangunan pabrik baru ban radial TBR. “Saat pabrik TBR itu selesai dibangun, perusahaan memiliki keunggulan sebagai pionir dalam teknologi TBR di Indonesia,” tulis manajemen perusahaan.

Saat ini perusahaan memiliki kapasitas produksi yang terbatas untuk memproduksi ban TBR, yaitu 350 ban per hari. Pembangunan pabrik baru tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksi secara eksponensial menjadi 2.200 ban per hari pada 2017.

Sebelumnya, perseroan mengalokasikan US$ 20 juta dari belanja modal 2014 untuk pembangunan pabrik dan proses produksi ban TBR. Perseroan menargetkan produksi 300 unit per hari. Pada 2016, target produksi dibidik 1.600 unit TBR per hari.
Dalam tiga tahun (2013-2015), Gajah Tunggal menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 270 juta. Tahun lalu, perseroan menganggarkan capex US$ 135 juta, naik dari capex 2013 sebesar US$ 85 juta.
“Capex berasal dari kas internal. Hingga 2015, perseroan mempersiapkan diri untuk memasuki masyarakat ekonomi Asean (Asean economic Community/AEC),” ujar direktur perseroan Catharina Widjaja.

Dia mengatakan, perseroan akan memastikan pemasaran produk ke semua negara Asean. Perseroan berambisi menguasai pangsa pasar (market share) ban radial untuk bus dan truk (BTR) pada level minimal 45% di Asean.

Kondisi Industri
Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) memperkirakan penjualan ban di 2015 akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pasalnya, kondisi industri otomotif dan komoditas masih lesu yang diperparah dengan pelemahan daya beli masyarakat.

Ketua APBI Aziz Pane mengungkapkan penurunan permintaan ban di dalam negeri sudah mulai terasa sejak 2013 yang tercatat 10 juta unit. Kemudian pada 2014 permintaannya turun menjadi sekitar 9 juta unit.

“Tahun ini perkiraan permintaan ban itu sekitar 8 juta–8,5 juta unit. Kondisi puncaknya itu pada 2011 yang permintaannya hampir 11,4 juta unit,” tutur Aziz.

Sementara itu, dampak pelemahan nilai tukar rupiah dirasa tidak akan berpengaruh terhadap permintaan ban di pasar luar negeri yang disebutnya juga mengalami penurunan.

Aziz mencatat, pada 2011 hingga 2014 ekspor ban bisa mencapai 35 juta–45 juta unit. Namun tahun ini diperkirakan hanya bisa di angka 30 juta unit.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04)

Riset Persaingan Brand Rokok di Indonesia

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top