Latest News
You are here: Home | Kimia | Perusahaan Petrokimia Terbesar di Indonesia Gandeng Michelin
Perusahaan Petrokimia Terbesar di Indonesia Gandeng Michelin

Perusahaan Petrokimia Terbesar di Indonesia Gandeng Michelin

BANGUN PABRIK KARET SINTETIS US$ 425 JUTA

Duniaindustri.com (Agustus 2015) – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan Michelin membentuk joint venture untuk membangun pabrik karet sintetis di Cilegon, Banten. Dana yang dianggarkan untuk investasi pabrik itu mencapai US$ 425 juta.

Perusahaan petrokimia terbesar dan terintegrasi secara vertikal di Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) mengungkap rencana besar mereka untuk membangun pabrik karet sintesis atau bahan baku utama pembuatan ban di Cilegon, Banten. Untuk tujuan itu perseroan berhasil menggandeng satu perusahaan ban terbesar di Prancis, Michelin. Kedua perusahaan kemudian membentuk usaha patungan (join venture) bernama PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI).

Nilai investasi pabrik yang rencananya akan beroperasi pada tahun 2019 tersebut mencapai US$ 425 juta. “Michelin akan menanggung sebagian besar dana tersebut, ini terlihat dari komposisi kepemilikan saham SRI dimana sebanyak 55% dikuasai Michelin, sementara 44% lainnya milik Chandra Asri,” kata Corporate Secretary Chandra Asri Suryandi.

Menurut Suryandi, kapasitas produksi PT Synthetic Rubber Indonesia ditargetkan 100.000 ton per bulan. Produksi karet sintetis rencananya digunakan sebagai bahan baku ban ini berkualitas premium. “Bahan baku butadiene diambil dari produksi anak usaha Chandra Asri, PT Petrokimia Butadiene Indonesia,” ujarnya.

Suryandi menambahkan, produksi karet sintetis memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Jika terealisasi, pabrik sejenis di Asia hanya ada di Jepang dan Indonesia. “Kalau sesuai produksi bisa diekspor sampai ke Eropa,” tandasnya.

Terkait pencapaian kinerja, Chandra Asri yang merupakan anak usaha PT Barito Pacific Tbk milik taipan Prajogo Pangestu tersebut terlihat cukup solid. Pada kuartal I 2015, laba bersihnya melonjak 485 persen (yoy) menjadi US$ 2,8 juta dibandingkan periode tahun sebelumnya US$ 0,5 juta.

Meskipun pendapatan bersih menurun 44 persen dari US$ 641,7 juta menjadi US$ 357,9 juta yang merefleksikan penurunan harga komoditas, margin bruto meningkat dari 3,2 persen menjadi 4,7 persen dengan Laba Bruto sebesar US$ 16,7 juta. “Margin bruto yang lebih tinggi pada kuartal I-2015 terutama diakibatkan oleh selisih harga polymer yang menguat dengan terbatasnya pasokan dan restocking, dan sebagian lagi diimbangi (offset) oleh volume penjualan yang lebih rendah secara keseluruhan,” jelas Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra.

Ekspansi pembangunan pabrik dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi rantai produksi petrokimia, termasuk membangun pabrik karet sintesis dikatakan Erwin merupakan strategi yang dilakukan perseroan untuk mempertahankan tren kinerja positif perseroan di masa datang.

Investasi Elsoro
PT Elsoro Multi Pratama juga berencana membangun pabrik petrokimia dan pupuk tahun ini senilai US$ 620 juta. E Sorohadmodjo, Presiden Direktur Elsoro, mengatakan pabrik baru itu akan dibangun di kawasan industri Petrokimia Gresik, Jawa Timur.

Menurut dia, pabrik tersebut nantinya akan memproduksi prolactam dengan kapasitas 120.000 metrik ton per tahun. Sementara untuk hasil sampingan dari produk tersebut adalah pupuk ZA. Pabrik ini akan meningkatkan pasokan bahan baku industri tekstil serta pertanian di dalam negeri.

Selain itu, eksistensi pabrik ini juga akan meningkatkan serapan bahan baku industri pertokimia di dalam negeri. Perusahaan menegaskan bahan baku yang akan digunakan nantinya seluruhnya dari dalam negeri.

“Bahan baku ini di dalam negeri seperti amonia, asam sulfat, dan gas alam sudah tersedia. Tadi Saleh Husin, Menteri Perindustrian, mengatakan sedang berjuang agar harga gas alam dapat lebih kompetitif. Bahan baku industri ini harus kompetitif,” ujarnya.

Meski tidak menyebutkan secara rinci, dia mengatakan sumber dana untuk investasi tersebut berasal dari internal kas perusahaan dan pinjaman dengan porsi 30%:70%. Salah sumber dana berasal dari Qatar dan China.

“Kami telah mendapatkan kredit ekspor dari perusahaan BUMN China, yaitu Sumex. Saat ini kami masih merancang struktur permodalan untuk investasi tersebut,” tambahnya.

Terkait pembangunan pabrik baru itu, perusahaan BUMN China juga akan bertindak sebagai kontraktornya selain membantu juga dalam permodalan. Teknologi yang digunakan untuk perancangan pabrik tersebut juga dikatakan sudah provent.

Perusahaan menargetkan pembangunan pabrik tersebut dapat rampung dalam tiga tahun ke depan. Untuk tahun pertama adalah tahapan engineering, selanjutnya manufaktur, dan tahap terakhir konstruksi.

Untuk investasi ini, pemerintah berencana memberikan tax holiday sekaligus tax allowance. Ini menjadi komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri saat ini. “Pertumbuhan ekonomi kita tahun ini ditargetkan 5,6%. Sedangkan industri ditargetkan tumbuh sekitar 7%. Kontibusi terhadap produk domestik bruto sekitar 40% dari industri manufaktur,” kata Harjanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemenperin.(*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top