HD Finance, FIF, Adira Finance, CS Finance Saling Bajak Tenaga Ahli
Duniaindustri (Mei 2012) – Perusahaan pembiayaan otomotif sedang bersaing memperebutkan pekerja, terutama tenaga ahli, untuk mendukung rencana ekspansi bisnis. Tak heran, saling ‘bajak’ pekerja dengan iming-iming gaji tinggi pun dilakukan.
Sumber duniaindustri.com yang mengetahui informasi ini membisikkan, terjadi perebutan tenaga ahli di 4 perusahaan pembiayaan otomotif, yakni PT HD Finance, PT Federal International Finance (FIF), PT Adira Finance, dan PT CS Finance. “Tren ini terjadi sejak tahun lalu,” katanya.
Menurut dia, tahun lalu PT CS Finance (Grup BCA) yang sedang mengembangkan usahanya membajak sekitar pekerja dari Adira Finance dan FIF. “Tahun ini giliran HD Finance yang membajak pekerja dari FIF,” bisik sumber yang berasal dari salah satu perusahaan pembiayaan otomotif.
HD Finance (Grup Orang Tua) membajak sekitar 30 pekerja dari FIF dengan tawaran gaji hingga 3 kali lipat. 30 orang itu antara lain 3 orang branch manager yang lansung menjadi general manager di tempat baru dan sejumlah tenaga ahli di tingkat officer.
Saling bajak pekerja di industri merupakan hal wajar untuk mendukung perkembangan perusahaan. Hal itu biasanya dilakukan dengan dasar profesionalisme dan pengalaman kerja.
Sekitar 85% konsumen di Indonesia membeli mobil dan motor (otomotif) secara kredit. Hanya 15% konsumen yang membeli otomotif secara tunai. Kondisi itu menyuburkan pasar pembiayaan otomotif di Indonesia.
Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), 90% penjualan motor di Indonesia dibiayai oleh kredit melalui perusahaan pembiayaan, sedangkan 80% penjualan mobil dibiayai melalui skema perusahaan pembiayaan.
Pembiayaan produk otomotif mendominasi 90% aktivitas perusahaan pembiayaan di Indonesia. Pada akhir 2008, pembiayaan kredit otomotif mencapai Rp 83,2 triliun, naik 23% dari Rp 67,6 triliun pada 2007. Pada 2009, nilai pembiayaan kredit otomotif hanya tumbuh sekitar 10% karena penjualan mobil dan motor pada saat itu turun akibat krisis global. Sedangkan pada 2010, pembiayaan produk otomotif diprediksi mencapai Rp 109,3 triliun.
Suburnya pembiayaan pembelian otomotif dengan kredit ini mendorong pendapatan bunga perusahaan pembiayaan. Hal itu terlihat dari penetapan suku bunga pembiayaan pembelian mobil yang mencapai 16% per tahun pada 2009. Suku bunga kredit pembelian mobil baru pernah mencapai 20% pada akhir 2008.
Namun, saat ini perusahaan pembiayaan mengalami hambatan berupa kewajiban uang muka (down payment/DP) kredit kendaraan bermotor sebesar 25% dari harga mulai pertengahan Juni 2012. Ketentuan baru tersebut diatur oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran (SE) Nomor 14/10/DPNP tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).(Tim redaksi 02)