Duniaindustri.com (April 2016) – Perusahaan menara telekomunikasi di Indonesia dan India dinilai paling berkembang di Asia. Menurut penilaian lembaga pemeringkat utang global Moody`s, perusahaan menara telekomunikasi di kedua negara tersebut diperkirakan menikmati pertumbuhan pendapatan 8%-10% secara tahunan dalam dua tahun ke depan.
“Kami perkirakan pertumbuhan berlanjut di kedua pasar (Indonesia dan India) seiring langkah operator telekomunikasi di kedua negara membangun dan memperkuat teknologi 3G dan 4G. Mereka (para operator) akan mencari menara untuk disewa dan sekaligus menjual menara yang mereka punya,” kata analis Moody`s, Nidhi Dhruv, Selasa (5/4).
Dhruv menjelaskan, langkah merger dan akuisisi serta konsolidasi industri telekomunikasi di kedua negara masih memungkinkan dalam dua tiga tahun ke depan. Para operator akan menjual menara yang dimiliki dan menggunakan dana penjualan untuk belanja modal dan mengurangi utang. Dalam hitungan kasar, masih menguntungkan bagi operator untuk menyewa ketimbang memiliki menara sendiri.
Dalam sebuah laporan terbarunya, Moody mengatakan perusahaan menara India memiliki skala lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan perusahaan sejenis di Indonesia. India, yang memiliki populasi dan pelanggan mobile yang jauh lebih besar, memiliki lebih dari lima kali jumlah menara di Indonesia. Namun, operator menara di Indonesia dimiliki secara independen yang lebih umum, karena peraturan yang lebih mendukung.
“Berbeda dengan perusahaan Indonesia, perusahaan menara India memiliki metrik operasi kuat dan neraca tetapi profitabilitas yang lebih rendah,” kata Dhruv.
Sementara itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), emiten menara telekomunikasi, melalui TBG Global Pte Ltd kembali menjajaki penerbitan surat utang (notes) hingga sebesar US$ 500 juta atau setara Rp 6,6 triliun tahun ini. Sebelumnya, perseroan sempat membatalkan rencana tersebut karena kondisi pasar yang tidak kondusif.
Direktur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso mengatakan, perseroan akan meminta persetujuan rencana penerbitan notes pada rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 11 Mei 2016. Dengan persetujuan tersebut, perseroan bisa lebih cepat, jika ingin mengeksekusi penerbitan.
“Waktu persis rilisnya belum ditetapkan. Kami akan lihat terlebih dahulu kebutuhan dana ekspansi dan pelunasan (refinancing) utang. Notes ini bisa menjadi salah satu sumber pendanaan,” jelas Helmy.
Adapun notes US$ 500 juta akan jatuh tempo pada 2025. Bunga surat utang tersebut maksimal 8% per tahun. Penetapan bunga tersebut berdasarkan berlakunya tingkat suku bunga di pasar, yang merupakan beban bunga yang dapat mendukung kegiatan operasional perseroan. Pembayaran bunga akan dilakukan setiap enam bulan atau periode lain yang disetujui para pihak.
Skema transaksi penerbitan ini adalah TBG Global bakal menggunakan hasil penerbitan notes untuk pemberian pinjaman dan penyertaan modal pada Tower Bersama Singapore Pte Ltd (TBS). Selanjutnya, TBS akan memberikan fasilitas pinjaman antar perusahaan kepada Tower Bersama.
Adapun Tower Bersama akan memberikan jaminan perusahaan (corporate guarantee) untuk menjamin kewajiban TBG Global Pte Ltd dalam penerbitan notes. Nantinya, setelah dikurangi biaya-biaya transaksi, hasil penerbitan bersih yang akan diterima perseroan sekitar US$ 495 juta. Pembeli awal surat utang masih belum ditentukan.
Helmy menerangkan, hingga kini total outstanding utang obligasi perseroan mencapai US$ 650 juta dan utang pinjaman bank perseroan juga hampir US$ 650 juta. Periode jatuh tempo utang tersebut antara 2018-2022. Perseroan belum menentukan utang mana yang akan dipercepat pelunasannya,
Sepanjang tahun lalu, Tower Bersama berhasil mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 3,42 triliun dan Rp 2,91 triliun. Margin EBITDA perseroan meningkat menjadi 85,1% pada 2015 dibandingkan dengan 82,2% pada 2014. Jika hasil kuartal IV-215 disetahunkan, total pendapatan perseroan mencapai Rp 3,52 triliun dan EBITDA mencapai Rp 3,03 triliun.
Per 31 Desember 2015, Tower Bersama memiliki 19.796 penyewaan dan 12.389 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 11.389 menara telekomunikasi, 936 shelter-only, dan 64 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 18.796, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,65.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: