Latest News
You are here: Home | Makanan & minuman | Perusahaan Makanan Cari Dana Via Obligasi Rp 1 Triliun
Perusahaan Makanan Cari Dana Via Obligasi Rp 1 Triliun

Perusahaan Makanan Cari Dana Via Obligasi Rp 1 Triliun

Duniaindustri.com (Maret 2014) — PT Siantar Top Tbk (STTP), perusahaan makanan, berencana menawarkan obligasi berkelanjutan senilai Rp1 triliun untuk mendanai ekspansi. Untuk tahap pertama, perseroan akan menawarkan obligasi senilai Rp250 miliar.

Menurut siaran pers perseroan, obligasi berkelanjutan I Siantar Top Tahap I tahun 2014 ini dibangi dalam dua seri. Seri A bertenor 370 hari dan seri B bertenor tiga tahun. Obligasi ini telah mendapatkan peringkkat idA dari Pefindo. Penjamin pelaksana emisi obligasi adalah PT Mandiri Sekuritas dan wali amanat adalah PR Bank CIMB Niaga Tbk.

Nantinya, dana hasil obligasi ini akan dipergunakan perseroan untuk pengembangan usaha di bidang industri makanan dan minuman beserta dengan sarana penunjangnya dengan tujuan mendiversifikasi dan meningkatkan kapasitas paling lambat tahun 2014.

Perseroan tercatat akan membangun pabrik di beberapa lokasi, yakni di Jawa Timur. Untuk itu perseroan membutuhkan mesin-mesin untuk membuat crackers, biskuit, dan wafer berupa mixer, oven, packaging serta sarana pendukung lainnya. Perseroan mengalokasikan dana 70% dari hasil obligasi.

Nilai penjualan (omzet) industri makanan dan minuman (mamin) olahan ditargetkan mencapai Rp 850 triliun pada 2014, tumbuh 6% dibanding estimasi 2013 sekitar Rp 800 triliun. Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan itu adalah stabilnya pertumbuhan ekonomi nasional dan pemulihan ekonomi negara tujuan ekspor.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memperkirakan penjualan domestik tumbuh 6% menjadi Rp 790 triliun tahun ini, dibanding proyeksi 2013 sebesar Rp 745 triliun. Adapun ekspor ditargetkan naik 10% menjadi US$ 5,2 miliar atau Rp 62 triliun (kurs US$ 1 = Rp 12 ribu) dibanding 2013 sebesar US$ 4,8 miliar.

Pertumbuhan omzet domestik dan ekspor membuat arus investasi mengalir ke sektor mamin. Tahun ini, nilainya diperkirakan tumbuh 10% menjadi Rp 40 triliun, dibanding 2013 sebesar Rp 36 triliun. Industri mamin olahan mer upakan salah satu cabang industri manufaktur unggulan, karena menjadi penyumbang PDB terbesar dan motor pertumbuhan industri secara keseluruhan.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman menyatakan, pertumbuhan penjualan domestik diharapkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang diprediksi mencapai 5,3-5,8%. Salah satu faktor pemicunya adalah pemilu legislatif dan presiden 2014. “Selama masa kampanye, caleg dan capres akan lebih banyak bertatap muka dengan konstituen. Ini tentunya membutuhkan mamin olahan sebagai konsumsi,” ujar Adhi.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top