Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Sedikitnya dua perusahaan asal Jepang dan Australia berencana menanamkan investasi US$ 120 juta di industri perkapalan di Indonesia. Minat investasi itu didorong potensi yang cukup besar untuk membangun industri perkapalan di Indonesia, sekitar 3.293 kapal per tahun menjadi pasar jasa reparasi kapal.
Perusahaan Jepang yang berminat menanamkan investasi itu adalah Tsuneishi Shipbuilding Co Ltd, perusahaan industri galangan kapal asal Fukuyama, Jepang. Tsuneishi Shipbuilding menyatakan berkomitmen untuk investasi sebesar US$ 40 juta di Indonesia. Perusahaan ini berencana untuk berinvestasi di sektor jasa reparasi kapal di dalam negeri, yang diprediksi akan berkembang pesat seiring visi pemerintah saat ini.
“Tsuneishi Shipbuilding memastikan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada tahap pertama ini, mereka akan menanamkan modal US$ 40 juta. Ini berpotensi untuk dilakukannya perluasan,” ujar Franky Sibarani, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia.
Franky menambahkan sebagai tindak lanjut komitmen investasi yang disampaikan tersebut, pihaknya mengundang pihak Tsuneishi untuk mengunjungi Indonesia guna memperoleh lokasi yang tepat untuk investasi yang pertama di Indonesia.
“Setidaknya ada lima lokasi yang dapat kami rekomendasikan, yaitu Lampung, Lamongan, Surabaya, Makassar, dan Manado. Lampung dan Lamongan telah dikembangkan sebagai sentra industri terintegrasi untuk perkapalan,” tambahnya.
Yasuharu Fushimi, Chairman dan President Tsuneishi Holdings, menjelaskan pihaknya akan berinvestasi di Indonesia dalam dua tahap. Pertama, akan masuk dalam jasa reparasi kapal, dan pada tahap kedua akan memasuki sektor industri perkapalan.
“Kami melihat potensi yang cukup besar untuk membangun industri perkapalan di Indonesia. Kami telah menghitung ada sekitar 3.293 kapal per tahun yang berpotensi menjadi pasar jasa reparasi kapal,” tegas Yasuharu Fushimi.
Tsuneishi Shipbuilding Co Ltd merupakan industri perkapalan nomor tujuh terbesar di Jepang. Selain di Jepang, saat ini Tsuneishi juga telah membangun industri galangan kapal di Cebu, Filipina, Zoushan, China, dan Paraguay.
Perusahaan asal Australia juga berencana menanam investasi di sektor perkapalan dan fasilitas pelabuhan senilai US$ 80 juta. Franky Sibarani, Kepala BKPM, menjelaskan minat investasi itu terdiri atas investasi perkapalan senilai US$ 50 juta dan fasilitas pelabuhan senilai US$ 30 juta.
“Investor Australia menyatakan minatnya karena sudah memiliki rencana bisnis dan memilih lokasi investasi yang tepat. Sebagai contoh untuk industri pembuatan kapal, mereka sudah memiliki calon mitra lokal, memilih lokasi pabrik di Makassar atau Lampung,” kata Franky.
Menurut dia, investor Australia tersebut juga memiliki rencana bisnis menjadikan Indonesia sebagai basis produksi pembuatan kapal, antara lain untuk jenis kapal patroli berukuran 40-60 meter dengan kecepatan 45 knot. Investor Australia itu mengatakan dapat membuat kapal berteknologi tinggi yang memungkinkan perjalanan Jakarta-Surabaya dapat ditempuh selama 10 jam dan Jakarta-Lampung dalam jangka waktu tiga jam.
Naikkan Belanja Modal
Sementara itu, dua emiten pelayaran, yaitu PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) dan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), menaikkan anggaran belanja modal tahun ini masing-masing sebesar 166% dan 25%. Peningkatan anggaran belanja modal tersebut seiring dengan ekspansi yang ingin dilakukan perseroan tahun ini.
Samudera Indonesia berencana menambah kapasitas pelabuhan petikemas di Samarinda, pengembangan terminal baru di Batam, Dumai, dan Pontianak, serta pembelian lima unit kapal. Dengan alokasi tersebut, diperkirakan anggaran belanja modal perseroan tahun ini sebesar US$ 320 juta. Jumlah tersebut meningkat dari rencana anggaran belanja modal semula US$ 120 juta.
Perseroan juga berencana menambah lima kapal baru yang terdiri dari angkutan LNG, angkutan kontainer, dan tanker minyak. Selain itu, perseroan berencana untuk mengembangkan kapasitas terminal serta pengembangan pelabuhan di Pontianak, Balikpapan, dan beberapa daerah lainnya. Untuk itu, perseroan menganggarkan dana belanja modal hingga US$ 320 juta. Kapal jenis LNG akan digunakan untuk melayani PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero).
“Kami berencana mengembangkan Phase II di pelabuhan Samudera Palaran dari kapasitas existing 230.000 TEUs menjadi 330.000 TEUs yang akan dimulai tahun ini. Selain itu, kami melihat peluang lainnya di antaranya pengembangan pelabuhan di Pontianak, Balikpapan, dan beberapa daerah lainnya. Total investasinya diperkirakan sekitar US$ 320 juta,” ujar Ridwan Hamid, Direktur Keuangan Samudera Indonesia.
Sementara Trans Power Marine berencana mengalokasikan dana sebesar Rp 250 miliar untuk pembelian tiga unit kapal tahun ini. Anggaran belanja modal tersebut mengalami peningkatan dari anggaran belanja modal tahun lalu sebesar Rp 200 miliar.
Rudy Sutiono, Direktur Keuangan Trans Power Marine, mengatakan perseroan berencana membeli sekitar tiga unit kapal dengan jenis kapal tunda (tug boat), kapal tongkang, dan crane barge. Penambahan kapal untuk memenuhi besarnya permintaan di sektor jasa angkutan pelayaran. Menurutnya, jumlah penambahan kapal tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan.
“Kami perkirakan dengan anggaran belanja modal Rp 200 miliar-Rp 250 miliar, kami membutuhkan satu crane barge dan dua tug boat. Namun kami tetap harus mengkaji jenis kapal apa dan berapa jumlah yang dibutuhkan,” ujar dia. Adapun sumber pendanaan belanja modal perseroan tahun ini akan dipenuhi dari kas internal perseroan 30% dan 70% dari pinjaman bank.(*)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: