Latest News
You are here: Home | Kimia | Perusahaan AS Gandeng Pertamina Bangun Pabrik Etanol US$ 2,5 Miliar
Perusahaan AS Gandeng Pertamina Bangun Pabrik Etanol US$ 2,5 Miliar

Perusahaan AS Gandeng Pertamina Bangun Pabrik Etanol US$ 2,5 Miliar

Duniaindustri (2013) – Perusahaan asal asal Amerika Serikat (AS), Celanes Corporation, akan bermintra dengan PT Pertamina (Persero) untuk membangun pabrik penghasil etanol pada akhir 2013. Pabrik itu akan dibangun di Kalimantan dengan nilai investasi US$ 2,5 miliar.

“Ini adalah proyek gasifikasi batubara, untuk mengubah menjadi metanol kemudian menjadi etanol untuk kebutuhan bahan bakar dan industri kimia, kick off pada kuartal IV tahun ini,” kata Dirjen Basis Industri Manufaktur Panggah Susanto.

Nilai investasi yang dikucurkan perusahaan AS itu berkisar antara US$ 2-2,5 miliar dengan kapasitas produksi mencapai 1,1 juta ton etanol. Etanol yang dihasilkan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar. Selain itu, proyek itu juga mendorong upaya hilirisasi mineral dan batubara, sesuai dengan program pemerintah untuk memberi nilai tambah pada komoditas ekspor.

“Saya kira ini sejalan dengan program hilirisasi bahan mineral batubara untuk jadi produk bernilai tambah tinggi, sekaligus mengatasi masalah ketersediaan bahan bakar ramah lingkungan,” jelasnya.

Indonesia berpeluang menarik investasi hingga US$ 26,8 miliar di sektor petrokimia sampai 2013. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, beberapa rencana investasi itu diharapkan terealisasi paruh kedua tahun ini atau tahun 2013.
Rencana investasi tersebut di antaranya, Honam Petrochemical Corp asal Korea Selatan akan membangun refinery senilai US$ 5 miliar. Selanjutnya, proyek kerjasama investasi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dengan Siam Cement Group  senilai US$ 1,5 miliar di industri petrokimia.

Kemudian, investasi Aramco dan Kuwait Petroleum Corporation (KPC) membangun refinery masing-masing senilai US$ 8 miliar. “Tahun ini atau tahun depan, beberapa konstruksi sudah bisa dimulai. Urusan KPC di Kementerian Keuangan sudah selesai. Soal negosiasi dengan Kementerian Energi akan saya kawal. Untuk Aramco kemungkingan bisa memulai tahun depan,” kata Menperin.

Pemerintah juga sedang menyusun rancangan kawasan industri petrokimia berbasis gas di Tangguh, Papua Barat. Saat ini sedang dilakukan studi lanjut atas rencana tersebut. Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi mengungkapkan, British Petroleum (BP) sudah menyampaikan minatnya ikut serta dalam investasi di kawasan industri petrokimia Tangguh tersebut.

“Kami baru menyusun master plan untuk pembangunan dan pengembangan kawasan itu. Kemungkinan, Oktober 2012 baru bisa selesai. Investor, saat ini yang berminat ada BP,” kata Dedi.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, pengembangan kawasan industri Tangguh tinggal menunggu kepastian pasokan gas dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). “Kami sudah menyurati ESDM. Begitu ada jawaban kepastian soal gas,  proyek ini bisa jalan. Total investasi yang potensial masuk ada sekitar  US$ 4,3 miliar,” kata Panggah.

Dia menuturkan, pembangunan tahap pertama industri petrokimia di wilayah tersebut butuh pasokan gas minimal 382 mmscfd. Dia memproyeksikan, untuk industri metanol dibutuhkan pasokan gas sekitar 138 mmscfd, urea sekitar 182 mmscfd, serta amoniak sekitar 60 mmscfd.

“Pembangunan pabrik methanol kira-kira butuh investasi US$ 800 juta. Ditambah dengan hilirnya, pabrik polipropilena yang butuh investasi US$  500 juta, jadi total US$ 1,3 miliar. Kemudian, untuk dua pabrik amoniak  dan urea diperkirakan menelan investasi US$ 2 miliar. Sedangkan, utilisasi dan sarana pelabuhan butuh US$ 1 miliar. Jadi, total US$ 4,3 miliar,” papar Panggah.(Tim redaksi 05)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top