Duniaindustri.com (Februari 2013) – BUMN migas terbesar di Indonesia, PT Pertamina Tbk (Persero), menorehkan laba bersih sebesar US$ 2,76 miliar atau setara Rp 26,49 triliun (kurs Rp 9.600/US$). Di 2013, perusahaan pelat merah itu menargetkan laba bersih mampu naik 10,5% menjadi US$ 3,05 miliar.
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, mengatakan target laba bersih mengacu pada prediksi perolehan pendapatan perseroan pada tahun ini US$ 65,2 miliar. Dia mengatakan sebenarnya laba bersih Pertamina bisa lebih dari US$ 2,76 miliar.
Namun, BUMN migas itu masih mencatat kerugian sekitar US$ 120 juta dari bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan elpiji non subsidi 12 kilogram (kg) sekitar US$ 541,9 juta. “Kalau tanpa kerugian tersebut, maka laba bersih 2012 sebenarnya bisa mencapai US$ 3,42 miliar,” ungkap Karen.
Karen sebelumnya mengatakan Pertamina menargetkan laba bersih sebesar Rp 23,5 triliun pada 2012, meningkat 32% dari perkiraan realisasi 2011 sebesar Rp20,7 triliun.
Menurut dia, prognosa laba bersih di 2011 sebesar Rp20,7 triliun melampaui target semula sebesar Rp 17,7 triliun. “Kami akan memasuki 2012 lebih optimistis lagi,” katanya.
Kenaikan laba terjadi meskipun Pertamina mengalami kerugian dari BBM subsidi Rp640 miliar dan elpiji nonsubsidi Rp4,9 triliun. Prognosa laba bersih di 2011 naik 23,4% dibandingkan 2010 senilai Rp 16,78 triliun.
Jika dibandingkan dengan perusahaan energi dunia, Pertamina masih jauh di bawah Royal Dutch Shell. Di peringkat bergengsi Fortune 500, Shell yang bermarkas di Den Haag, Belanda, menorehkan pendapatan tahun 2011 sebesar US$ 484,489 miliar yang naik 28% dari US$ 378,152 miliar tahun 2010.
Malaysia dengan perusahaan minyak dan gasnya yaitu Petronas(petrolium nasional berhad) mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yang pada 2009 berada di urutan 107 naik ke urutan 86 di tahun 2010, dan dalam daftar 2011 di urutan 68. Petronas yang merupakan salah satu sponsor formula satu ’sauber’, yang juga menyediakan pelumas bahan bakar pada tim ini, jumlah pendapatannya di tahun 2011 tumbuh 26% menjadi US$ 97,355 miliar.(Tim redaksi 01/berbagai sumber)