Duniaindustri (Juni 2012) — PT Pertamina (Persero), BUMN migas, telah menandatangani perjanjian pembelian saham (share purchase agreement) dengan Harvest Natural Resources(HNR) Inc, perusahaan migas yang tercatat di Bursa Saham New York, untuk mengakuisisi kepemilikan efektif 32% saham Petrodelta SA asal Venezuela.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dalam keterangan tertulis mengatakan dengan akuisisi ini Pertamina dapat bekerjasama lebih erat dengan Petróleos de Venezuela SA (PDVSA), perusahaan migas nasional milik Pemerintah Venezuela. Akuisisi itu bertujuan guna mempercepat pengembangan cadangan milik Petrodelta yang substansial untuk manfaat bersama bagi seluruh pemegang saham.
Petrodelta merupakan operator dan pemegang hak konsesi dari pemerintah Venezuela hingga tahun 2027 untuk mengeksplorasi, mengembangkan, memproduksikan, dan mengelola blok migas yang terdiri dari lapangan Uracoa, Bombal, Tucupita, El Salto, El Inseno dan Temblador, dengan keseluruhan cakupan wilayah seluas 1.000 kilometer persegi.
Berdasarkan sertifikasi dari Ryder Scott tahun 2012 sesuai dengan pedoman dari US Securities and Exchange Commission, lapangan Petrodelta mengandung cadangan terbukti dan mungkin (proven & probable, 2P) total sekitar 486 juta barrel ekuivalen minyak bumi (mmboe). Kandungan cadangan hidrokarbon tersebut lebih besar dibandingkan dengan cadangan Blok Cepu, yang merupakan penemuan terbesar di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
Saat ini saham Petrodelta juga dimiliki oleh Corporación Venezolana del Petróleo, S.A. (CVP), anak perusahaan PDVSA, dengan kepemilikan efektif 60%, dan Vinccler O&G Tech, perusahaan lokal Venezuela, dengan kepemilikan saham efektif sebesar 8%.
Catatan duniaindustri.com menyebutkan Pertamina akan melakukan investasi sebesar Rp52,8 triliun di 2012. Investasi itu akan terdiri atas 80% proyek hulu dan 20% untuk hilir. Karen Agustiawan menerangkan, proyek-proyek itu merupakan bagian dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan peningkatan pembangunan infrastruktur energi di seluruh Indonesia. “Pendanaan investasi ini akan dipenuhi dari pendanaan internal sebesar 20% dan 80% pendanaan eksternal,” tuturnya.
Sejumlah proyek utama Pertamina pada tahun depan, antara lain pembangunan Floating Storage Regassification Unit (FSRU) Jawa Barat, yang ditargetkan akan beroperasi pada April 2012 dengan kapasitas 3 juta metrik ton per tahun atau setara 400 juta kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD).
Selain itu, pembangunan kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap, yang akan menambah kapasitas Cilacap hingga 411.000 barel per hari.
Pertamina bersama ExxonMobil juga telah melaksanakan pembangunan fasilitas produksi Block Cepu yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2014 dengan kapasitas produksi 165 ribu BOPD.
Pertamina juga menargetkan penjualan pelumas sebesar 596.000 kilo liter pada 2012 atau meningkat 5,4% dibanding prognosa penjualan 2011 yang mencapai 565.430 kiloliter.
Prognosa penjualan 2011 ini meningkat 13% dibandingkan angka penjualan 2010, sebagian merupakan kontribusi peningkatan ekspor pelumas Pertamina.
Untuk penjualan BBM Retail Non PSO pada 2012 ditargetkan mencapai 1,7 juta kilo liter atau meningkat 21 persen dibandingkan prognosa penjualan 2011 sebesar 1,4 juta kiloliter.
Target Laba
Karen menambahkan Pertamina menargetkan laba bersih sebesar Rp 23,5 triliun pada 2012, meningkat 32% dari perkiraan realisasi 2011 sebesar Rp20,7 triliun. Menurut dia, prognosa laba bersih di 2011 sebesar Rp20,7 triliun melampaui target semula sebesar Rp 17,7 triliun. “Kami akan memasuki 2012 lebih optimistis lagi,” katanya.
Kenaikan laba terjadi meskipun Pertamina mengalami kerugian dari BBM subsidi Rp640 miliar dan elpiji nonsubsidi Rp4,9 triliun. Prognosa laba bersih di 2011 naik 23,4% dibandingkan 2010 senilai Rp 16,78 triliun.(Tim redaksi 02)