Duniaindustri.com (November 2016) – Sebagian besar emiten semen mencatatkan pelemahan laba bersih pada sembilan bulan 2016 seiring penurunan permintaan domestik serta persaingan yang makin ketat. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya kelebihan pasokan (oversupply) di pasar domestik.
Berdasarkan laporan keuangan, BUMN semen pemegang pangsa pasar terbesar di Indonesia, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menderita pelemahan laba bersih terbesar. Laba bersih Semen Indonesia turun 8,4% menjadi Rp 2,92 triliun hingga kuartal III 2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp3,54 triliun.
Pelemahan laba bersih itu dipengaruhi penurunan pendapatan usaha perseroan sebesar 0,16% menjadi Rp 19,08 triliun sepanjang Januari-September 2016. Penurunan pendapat itu juga diikuti oleh penurunan beban pokok, dari Rp11,6 triliun per September 2015 menjadi Rp11,5 triliun, sebagai bentuk efisiensi, namun tak mampu menopang bottom line.
PT Indocement Tungggal Prakarsa Tbk (INTP), pemegang pangsa pasar terbesar kedua di Indonesia, juga membukukan penurunan laba bersih sebesar 2,2% menjadi Rp3,14 triliun per 30 September 2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp3,14 persen.
Laba bersih Indocement turun seiring pelemahan pendapatan sebesar 12% menjadi Rp 11,34 triliun hingga kuartal III 2016 dari pendapatan Januari-September 2015 yang mencapai Rp12,88 triliun.
Sementara itu, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), pemegang pangsa pasar terbesar ketiga, mencatatkan perbaikan kinerja keuangan, meskipun masih tercatat rugi. Pendapatan Holcim tumbuh tipis menjadi Rp 6,9 triliun hingga kuartal III 2016 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,55 triliun.
Rugi bersih Holcim juga membaik menjadi Rp 160 miliar sepanjang Januari-September 2016 dibandingkan rugi sebesar Rp372,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) mengalami penurunan laba bersih sebesar 3,4% hingga kuartal III 2016. Perseroan tercatat hanya membukukan laba bersih sebesar Rp174,7 miliar sepanjang Januari-September 2016, lebih rendah dibandingkan dengan peridoe yang sama tahun lalu Rp265 miliar.
Penurunan laba Semen Baturaja itu sejalan dengan meningkatnya beban pokok pendapatan penjualan, dari Rp682,5 miliar pada sembilan bulan pertama tahun lalu menjadi Rp711,25 miliar.
Namun dari sisi penjualan, emiten berkode SMBR ini masih mencatatkan kenaikan tipis, dari Rp1,03 triliun menjadi Rp1,04 triliun.
Perlambatan Pasar
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang diperoleh duniaindustri.com, penjualan semen domestik pada Januari-September 2016 tercatat masih tumbuh 2,9% menjadi 44,7 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 43,44 juta ton. Meski demikian, penurunan pasar pada September 2016 menggerus pertumbuhan penjualan semen domestik sepanjang sembilan bulan tahun ini dari sebelumnya tumbuh 3,9% sepanjang Januari-Agustus 2016.
Penjualan semen domestik melemah 3,4% menjadi 5,63 juta ton pada September 2016 dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya 5,83 juta ton, menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Pelemahan tersebut ikut dipengaruhi penurunan pasar di Pulau Jawa sebesar -5,2%, Pulau Kalimantan -4%, dan Pulau Sumatera -3,1%.
Penjualan semen domestik di Pulau Jawa, yang berkontribusi 55% terhadap pasar semen nasional, turun -5,2% pada September 2016 menjadi 3,1 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 3,27 juta ton. Pelemahan pasar semen di Pulau Jawa dipengaruhi penurunan pasar di Jakarta sebesar -15,8%, Banten -11,4%, dan Jawa Barat -10,8%.
Ketiga daerah paling barat di Pulau Jawa itu menderita pelemahan penjualan semen sepanjang bulan lalu, dengan penurunan terparah dialami Jakarta. Daerah lain seperti Jawa Tengah (1,1%), Yogyakarta (5%), dan Jawa Timur (2,6%) masih mencatatkan pertumbuhan pasar semen. Di luar Jawa, hanya Sulawesi (5,8%) serta Maluku & Papua (10%) yang membukukan kenaikan permintaan semen.
Fitch Ratings Ltd, lembaga pemeringkat kredit internasional, memperkirakan kondisi kelebihan pasokan (over supply) semen di Indonesia akan memberikan tekanan terhadap margin laba produsen. Pasalnya, produsen semen di negeri ini telah memperluas kapasitas produksi mereka lebih cepat dari volume penjualan dalam dua sampai tiga tahun terakhir.
Menurut laporan terbaru Fitch Ratings di Jakarta, Senin (10/10), disebutkan industri semen Indonesia dalam jangka menengah cenderung masih mengalami kelebihan pasokan kendati mengalami pemulihan volume penjualan di tahun ini.
Fitch memperkirakan penjualan semen domestik akan meningkat sebesar 4%-5% pada tahun 2016 menjadi sekitar 63 juta ton. Pertumbuhan akan ditopang ekonomi domestik yang lebih kuat dan permintaan yang lebih baik dari sektor terkait infrastruktur. Fitch juga memperkirakan volume penjualan semen meningkat dalam dua tahun ke depan, sesuai dengan harapan bahwa pertumbuhan PDB akan meningkat menjadi 5,5% pada tahun 2017 dan 5,7% pada 2018.(*/berbagai sumber/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: