Latest News
You are here: Home | Umum | Perekonomian RI Melambat, Industri Terapkan Efisiensi
Perekonomian RI Melambat, Industri Terapkan Efisiensi

Perekonomian RI Melambat, Industri Terapkan Efisiensi

Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Pelaku industri di berbagai sektor memilih melakukan efisiensi menyusul perlambatan ekonomi nasional yang diperparah dengan depresiasi rupiah. Berdasarkan pantauan Duniaindustri.com, sejumlah pemain besar seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melakukan efisiensi dengan menutup sementara tiga pabrik yang tidak efisien, sedangkan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) menutup 63 gerai Starmart yang tidak efisien.

Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Christian Kartawijaya mengakui sudah menghentikan operasi tiga pabrik yang berada di Citeureup. Ketiga pabrik tersebut terdiri dari pabrik P1, P2, dan P6.

“Langkah ini sebagai bentuk efisiensi, sejalan dengan permintaan domestik yang turun, kami akan alihkan produksi semen ke pabrik yang lebih efektif,” ujar Christian.

Dia menguraikan, efisiensi yang dijalankan, perseroan bakal men‎gurangi pabrik tua dan produksi yang sedikit. Sehingga produksi pabrik yang besar diincar oleh perseroan.

“Kalau volume kecil makan, kita produksi pabrik besar, supaya per ton harganya hemat, karena pabrik baru bisa sampai 15-20 persen,” tuturnya.

Namun demikian, Christian menegaskan jika penyetopan tiga pabrik yang ada di Citeureup hanya bersifat sementara sembari menunggu permintaan semen kembali meningkat. Menurut dia, tiga pabrik itu memiliki kapasitas sebanyak 1,5 juta ton semen.

Saat dikonfirmasi apakah ada pemutusan hubungan kerja (PHK), Christian sekali lagi menegaskan jika perseroan tidak mem-PHK karyawan. Hanya saja, lanjut dia, para karyawan ini sementara waktu akan dialihkan ke pabrik lain yang lebih produktif.

“P14 butuh pegawai karena memproduksi empat juta ton semen. P1 dan P2 hanya satu juta ton. P1, P2, dan P6 sebanyak 1,5 juta ton. Jadi tidak ada pengurangan karyawan,” sebut dia.

Sementara itu, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencatat kerugian sebesar Rp31,59 miliar pada akhir Juni lalu karena kenaikan upah minimum, peningkatan persediaan dan rasionalisasi gerai.

Presiden Direktur Hero, Stephane Deutsch, mengatakan beberapa waktu lalu bahwa perseroan pada periode yang sama 2014 mencatat laba sebesar Rp94,75 miliar dan kenaikan pendapatan bersih ke level Rp7,48 triliun dari Rp6,5 triliun. “Sepanjang 2015, perseroan telah menutup 63 gerai dan sebagian besar adalah Starmart yaitu sebanyak 39 gerai,” katanya.

Ekonomi Melambat

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,67% pada kuartal II 2015, melambat dari periode yang sama tahun lalu (year on year) mencapai 5,12%. Perekonomian nasional juga melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,71 persen secara tahunan.

Kepala BPS Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.866,9 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.

“Perekonomian global pada triwulan II 2015 diperkirakan melambat masih dipicu oleh rendahnya harga komoditas di pasar internasional dan ketidakpastian Fed fund rate (suku bunga AS),” ujar Suryamin dalam konferensi pers di Kantor BPS Pusat, Jakarta, Rabu (5/8).

Suryamin menilai wajar jika pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum menggembirakan. Kendati demikian, menurutnya angka 4,67 persen tersebut dinilai lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.

Ia menyebut pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia juga masih cenderung stagnan dan bahkan melemah. Suryamin mencontohkan, pertumbuhan Amerika Serikat melemah dari 2,9 persen pada kuartal I 2015 menjadi 2,3 persen pada kuartal II.

“China stagnan pada posisi pertumbuhan 7 persen, Singapura melemah dari 2,1 persen pada kuartal I 2015 menjadi 1,7 persen pada kuartal II 2015. Artinya bahwa kepada negara kita tentu akan ada imbasnya,” ujarnya.

Secara sektoral, lanjut Suryamin, tercatat sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni 10,09 persen atau meningkat dari 7,73 persen dari periode yang sama tahun lalu.

“Karena ada pergeseran panen waktu itu, jadi yang tadinya harus panen di kuartal I bergeser ke kuartal II karena cuaca,” ujarnya.

Sementara itu, sektor jasa pendidikan juga menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan kedua setelah pertanian, tercatat sektor tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 6,31 persen. Adapun pengadaan listrik dan gas juga mengalami pertumbuhan tertinggi ketiga sebesar 4,43 persen.(A1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top