Duniaindustri.com (Oktober 2016) – Perekonomian negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik pada kuartal IV 2016 diprediksi tumbuh 4,2%, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Itu merupakan percepatan pertumbuhan untuk kali pertama sejak krisis ekonomi global 2010.
Kepala ahli ekonomi Dana Moneter Internasional, Maurice Obstfeld, mengatakan dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Washington DC, Amerika Serikat, Selasa, angka itu sedikit lebih tinggi dari perkiraan IMF pada Juli 2016, yakni 4,1%, dan diperkirakan tumbuh lagi menjadi 4,6% pada 2017.
“Secara keseluruhan, ketahanan perekonomian Asia Pasifik masih berlanjut di tengah kelesuan global,” kata dia, seperti dilansir Xinhua.
Meski tetap tumbuh, IMF menggarisbawahi bahwa terdapat perbedaan ketahanan yang cukup tajam di antara negara-negara berkembang di tiap kawasan.
Di kawasan Asia-Pasifik, pemulihan kondisi perekonomian China masih menjadi faktor utama yang mempengaruhi ekonomi negara-negara berkembang di sekitarnya, antara lain melalui kebijakan pemerintah yang terus berusaha mengganti ketergantungan mereka pada investasi dan industri menuju konsumsi dan jasa.
Kebijakan tersebut diperkirakan dapat memperlambat pertumbuhan perekonomian dalam periode singkat, namun dalam waktu yang sama juga membangun fondasi ekspansi ekonomi yang lebih berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama.
Meski demikian, Obstfeld mengatakan China harus mengambil langkah cepat untuk mengontrol kredit yang “meningkat dengan kecepatan berbahaya” dan menghentikan tunjangan modal pada perusahaan milik negara yang tidak menguntungkan.
Di tengah proses pemulihan tersebut, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,2% pada 2017, lebih rendah dari pertumbuhan perekonomian 2016 yang mencapai 6,9%.
Untuk terus mempertahankan pertumbuhan perekonomian di tengah kelesuan global, IMF mendorong negara-negara berkembang terus mereformasi struktural guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja, kesesuaian spesialisasi pekerjaan dan mengurangi hambatan perdagangan.
IMF akan menyelenggarakan konferensi pers tentang perkiraan ekonomi untuk negara-negara wilayah Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, Kamis (6/10).
Sementara itu, IMF mempertahankan proyeksinya untuk pertumbuhan perekonomian global pada 2016 sebesar 3,1%, dengan mengatakan bahwa pertumbuhan di bawah standar akan berlanjut tanpa tindakan kebijakan yang menentukan.
IMF merevisi turun prospek pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara maju, menyusul perlambatan di Amerika Serikat dan keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
IMF memperkirakan negara-negara maju tumbuh 1,6 persen pada 2016, lebih rendah dari pertumbuhan 2,1 persen pada tahun lalu, dan juga turun dari perkiraan Juli, yakni 1,8 persen.(*/berbagai sumber/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: