Duniaindustri (April 2011) — Perbedaan harga obat generik dengan obat bebas sangat mencolok, atau ibarat langit dan bumi. Ambil contoh obat penurun panas untuk anak, harga obat generik merek Parasetamol hanya Rp 6.000 per botol, sedangkan harga obat bebas merek Tempra Paracetamol Rp 32.000 per botol (sirup) dan Rp 36.000 per botol (drop).
Perbedaan harga obat penurun panas antara obat generik dan bebas bisa mencapai 500-600% di tingkat ritel.
Pantauan tim redaksi duniaindustri menunjukkan, konsumen cenderung membeli obat resep karena pengaruh merek yang kuat serta rendahnya pengetahuan terhadap obat generik.
“Padahal komposisi dan manfaatnya hampir sama,” kata seorang dokter yang enggan menyebutkan jati dirinya mengingat terikat dengan kode etik kedokteran.
Parasetamol diproduksi oleh PT Mudita Karuna (Tangerang) dengan komposisi setiap 5 ml mengandung parasetamol 120 mg dan etanol sebagai pelarut 8%. Sementara Tempra Paracetamol diproduksi oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk dengan komposisi setiap 0,8 ml mengandung 80 mg paracetamol.
Saat ini harga obat generik yang beredar di masyarakat diatur oleh pemerintah. Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Sri Indrawati mengatakan, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) obat generik maksimum Rp 9.800.
Direktur Utama PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Jun Kuroda dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia menjelaskan, pendapatan Taisho Pharmaceutical pada 2010 turun 27,2% menjadi Rp 305,25 miliar dari Rp 419,69 miliar pada 2009. Laba kotor perseroan merosot 38% menjadi Rp 171 miliar.
Laba usaha Taisho Pharmaceutical turun 31% menjadi Rp 132 miliar. Taisho mampu menurunkan beban penjualan dan distribusi hingga 62%, sementara beban umum dan administrasi juga dapat ditekan hingga 28%. Laba bersih pada 2010 turun 29% menjadi Rp 93 miliar dengan margin bersih tercatat sebesar 30%.
(Tim redaksi/1)