Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Penjualan semen secara nasional periode Januari-September 2015 meningkat tipis 3,4% menjadi 42,99 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu 41,579 juta ton. Angka penjualan itu mengacu pada data Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
Penjualan semen pada September 2015 mencapai 5,7 juta ton, turun tipis sebesar 1,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, Pulau Jawa masih mendominasi konsumsi semen sebanyak 24,314 juta ton per September 2015. Angka ini meningkat 4,3% dibandingkan September 2014, yakni 23,307 juta ton. Selanjutnya, Sumatera konsumsi semennya sekitar 8,946 juta ton naik 2,1%, Kalimantan 3,191 juta ton, Sulawesi 3,204 juta ton, Nusa Tenggara 2,447 juta ton, serta Maluku dan Irian Jaya 888.617 ton.
Turunnya penjualan semen pada September 2015 disebabkan penurunan pertumbuhan penjualan di wilayah Kalimantan sebesar 10%.
Peningkatan penjualan terjadi hanya pada PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Sementara dua pesaingnya PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) da PT Holcim Tbk (SMCB) mengalami penurunan penjualan. Penjualan semen Semen Indonesia tercatat meningkat 0,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, Indocement mengalami penurunan penjualan sebesar 9,1% dan Holcim mengalami penurunan sebesar 5,5%.
Semen Indonesia mencatat pertumbuhan volume penjualan dalam sembilan bulan pertama tahun ini sekitar 3,8% menjadi 18,922 juta ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu 18,231 juta ton.
“Volume penjualan Semen Indonesia masih di atas penjualan nasional yang tercatat 3,3%,” tutur Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto.
Dia menuturkan, volume penjualan perseroan terdiri dari Semen Indonesia sebanyak 10,188 juta ton atau naik 7,2%, Semen Padang sekitar 4,473 juta ton atau turun 2,6%, dan Semen Tonasa sebesar 3,830 juta ton atau naik 3,6%.
Periode Kritis
Industri semen di Indonesia akan memasuki periode kritis pada 2015-2020 seiring dengan kelebihan pasokan (oversupply) dengan hadirnya pemain baru, pelemahan permintaan domestik, serta kelesuan perekonomian nasional. Perusahaan semen yang tidak mampu bersaing diperkirakan akan mengalami kemunduran drastis hingga terancam bangkrut.
“Periode 2015-2020 adalah periode survival, yang tidak kuat bersaing tidak akan survive,” kata Komisaris Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Mahendra Siregar seperti dikutip dari Bareksa.com.
Duniaindustri.com juga menilai persaingan produsen semen akan makin runcing dan sengit sehingga berpotensi menimbulkan perang harga untuk mempertahankan penjualan dan pangsa pasar. Hadirnya pemain baru di industri semen Indonesia telah berdampak pada kondisi oversupply di pasokan lokal. Hal itu bisa terjadi mengingat penjualan semen nasional periode Januari-Juli 2015 turun 4,12% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Duniaindustri.com mencatat setidaknya terdapat sekitar 9 pemain baru yang berminat berinvetasi di Indonesia dengan membangun pabrik baru (greenfield). Total investasi sembilan pemain baru di industri semen di Indonesia yang berencana membangun pabrik baru dengan nilai investasi total sekitar US$ 4,4 miliar. Investasi baru itu akan menambah kapasitas produksi semen nasional sebanyak 40,3 juta ton.
Pemain baru itu terdiri dari Siam Cement (Thailand) yang akan berinvestasi sekitar US$ 360 juta untuk membangun satu unit pabrik baru di Sukabumi, CNBM (China) dengan investasi US$ 350 juta yang akan dialokasikan untuk membangun pabrik baru di Jawa Tengah serta beberapa investasi baru dari Anhui Conch Cement, Ultratech, Semen Puger, Semen Barru, Semen Panasia, dan Jui Shin Indonesia. Secara total investasi sembilan pemain baru tersebut sekitar US$ 4,4 miliar dengan tambahan kapasitas produksi sebanyak 40,3 juta ton di 2017 saat pabrik beroperasi.
“Beberapa produsen semen yang mulai merealisasikan investasi pembangunan pabrik baru tahun ini antara lain Semen Merah Putih di Banten dan Anhui Conch Semen di Kalimantan Selatan,” ujar Tuti Rahayu, Direktur Kimia Hilir Kementerian Perindustrian.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: