Duniaindustri.com (Maret 2016) – Hampir seluruh segmen kategori di industri minuman menderita pertumbuhan negatif untuk penjualan sepanjang 2015 hingga awal 2016, baik secara nilai maupun volume. Minuman karbonasi menderita pelemahan penjualan paling parah, menurut analisis Kantar Wordpanel. Sebagian besar konsumen menurunkan belanja minuman karbonasi, sementara konsumen lainnya mengalihkan ke aim minum dalam kemasan (AMDK), teh siap minum (ready to drink tea), kopi siap saji, dan jus siap saji.
Kondisi itu sejalan dengan pelemahan yang terus terjadi di industri consumer goods di Indonesia. Pasar belum bereaksi positif sejalan dengan penurunan daya beli masyarakat secara luas.
Menurut data riset Kantar Worldpanel yang diterima duniaindustri.com, pada 12 minggu hingga akhir Januari 2016, penjualan makanan (food) anjlok -9,8% secara volume dan turun -5,5% secara nilai. Padahal pada periode yang sama 2015, penjualan makanan masih tumbuh 7,5% secara nilai, meski turun -1,4% secara volume.
Penjualan industri minuman (beverage) juga turun -5,6% secara volume, dan anjlok -5,2% secara nilai pada awal 2016. Padahal periode yang sama di 2015, penjualan minuman masih tumbuh 5,9% secara nilai dan 0,6% secara volume.
Penjualan produk dairy juga mengalami kondisi serupa. Pada awal 2016, penjualan dairy merosot -4% secara nilai dan -3,1% secara volume. Kejatuhan yang paling parah dialami penjualan produk rumah tangga (home care) yang -2,7% secara nilai dan -5,2% secara volume. Padahal pada periode yang sama 2015, penjualan home care tumbuh 15,1% secara nilai dan 11,2% secara volume. Penjualan produk perawatan tubuh (personal care) juga turun -1,6% secara nilai dan -6% secara volume pada awal 2016, dibanding periode yang sama 2015 tumbuh 7% secara nilai dan 2,8% secara volume.
Pada awal 2016, hanya produk susu kelapa (coconut milk) yang masih menikmati pertumbuhan pesat sebesar 4% secara volume dan 3% secara nilai.
Pelemahan pasar consumer goods di awal 2016, tepatnya hingga Februari 2016, melanjutkan pelemahan yang terjadi sebelumnya. Volume penjualan barang konsumsi dengan perputaran cepat (fast moving consumer goods/FMCG) pada Desember 2015 tercatat melanjutkan penurunan dari sisi volume, atau dalam tren negatif. Menurut Kantarworldpanel dalam FMCG monitor, seiring kenaikan harga jual produk consumer goods per unit, konsumen cenderung untuk mengurangi belanja pada Desember 2015.
Tidak heran, nilai pasar (market value) penjualan barang konsumsi harian di Indonesia turun -1,2% pada awal Desember 2015 (12 minggu hingga 6 Desember 2015) dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu terjadi meski inflasi pada Desember 2015 turun menjadi 3,35% dibanding November 2015 sebesar 4,89%. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Desember 2015 tercatat menguat 1% menjadi Rp 13.926 dibanding November 2015.
Penurunan nilai pasar industri consumer goods pada Desember 2015 lebih disebabkan pelemahan volume penjualan sekitar -4,5%, meski harga jual per unit mengalami peningkatan sekitar 3,5%. Pelemahan volume penjualan pada Desember 2015 merupakan yang terparah dalam dua tahun terakhir, meski harga jual telah rebound pada periode tersebut.
Perlambatan Berlanjut
Secara total, pasar fast moving consumer goods (FMCG) di Asia, terutama Indonesia, diperkirakan tumbuh melambat pada tahun ini menjadi 4,6%, hanya separuh dari persentase pertumbuhan dalam dua tahun lalu (10% pada 2014 & 2013). Menurut data Kantar Worldpanel Indonesia–lembaga riset, perlambatan terjadi di semua subwilayah, Asia Utara, Asia Tenggara (terutama Indonesia), dan India.
Soon Lee, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, menjelaskan perlambatan tren pertumbuhan itu dipengaruhi pelemahan penjualan makanan dan minuman yang berkontribusi sekitar 60% dari belanja rumah tangga di Asia.
“Dibandingkan dengan tahun lalu, nilai pasar fast moving consumer goods di Indonesia, Thailand, dan Vietnam melambat secara tajam. Volume penjualan fast moving consumer goods hanya tumbuh 0,4% di Asia. Di sektor non-makanan tumbuh tercepat 3,8%,” paparnya dalam keterangan tertulis.
Nilai penjualan industri minuman Indonesia dan China melambat, sementara Malaysia menderita pertumbuhan negatif. Sementara penjualan industri makanan di sebagian besar negara-negara Asia melambat, kecuali Vietnam yang mengalami kontraksi. Untuk penjualan produk personal care, kategori perawatan pribadi, di China menunjukkan pertumbuhan positif.
Pertumbuhan tinggi masih terjadi di segmen produk home care. Penjualan segmen ini mencakup pelembut, sabun cuci piring, masih bisa tumbuh dua digit di Indonesia. Sementara penjualan susu tumbuh dua digit di China dan Filipina, namun terjadi kontraksi di kategori susu di India dan Malaysia.
Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.
Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%.
Lee menambahkan sejumlah produk FMCG diperkirakan masih dapat tumbuh digit ganda pada tahun ini seperti frozen food dan diapers. Berdasarkan riset Kantar Worldpanel pada tiga bulan terakhir terhadap 20.000 responden, produk siap minum (ready to drink product) seperti kopi siap minum, minuman isotonik, dan minuman energi mempunyai kontribusi volume paling besar untuk konsumsi di luar rumah.
Perusahaan riset itu menemukan hal yang menarik pada pola konsumsi di luar rumah pada setiap kelompok umur. Pada kelompok anak di bawah 10 tahun, preferensi kategori kelompok ini terutama susu cair, biskuit, dan es krim. Remaja usia 11-20 tahun terutama teh siap minum, biskuit, susu cair, dan es krim. Preferensi untuk dewasa usia 31-45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik. Sementara preferensi untuk dewasa di atas 45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: