Duniaindustri.com (Februari 2017) – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 yang ditargetkan berkisar 5,3%-5,5% akan ditopang pemulihan harga komoditas sehingga meningkatkan devisa ekspor.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengatakan, komoditas ekspor impor yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi harus distabilkan. Dia menilai, jika memungkinkan sektor komoditas pangan impor dikurangi.
“Komoditas yang potensial (ekspor) sebenarnya masih di sektor pertambangan dan migas, kelapa sawit juga perlahan pulih. 2017 ekonomi Indonesia berharap dari pemulihan harga komoditas,” paparnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini juga masih bergantung pada perbaikan konsumsi rumah tangga. “Konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh stabil 5,01% pada 2016, lebih baik dari tahun 2015,” jelasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02% di 2016. Meski tidak sesuai target, namun angka tersebut mengalami kenaikan dibanding 4,88% pada 2015.
Pada Februari 2017, harga CPO di pasar internasional sempat menyentuh US$ 717 per ton, lebih tinggi dibanding bulan yang sama tahun lalu US$ 694 per ton. Kenaikan harga CPO juga terpengaruh harga minyak dan batubara yang naik tinggi. Harga minyak naik ke level US$ 57 per barel pada Februari 2017 dibanding bulan yang sama tahun lalu US$ 53 per barel. Demikian juga harga batubara yang menembus US$ 82 per ton, jauh di atas posisi bulan yang sama tahun lalu US$ 71 per ton.
Tambah 20 Pabrik
Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) akan menambah 20 pabrik baru untuk mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah karena 75 pabrik yang sudah ada dirasa masih kurang mengingat semakin bertambahnya luas panen. “Pertengahan 2017 akan banyak perusahaan perkebunan dan petani sawit yang melakukan panen perdana setelah masa tanamnya tiga tahun, jadi tentu produksi ini membutuhkan pabrik baru,” ujar Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim Ujang Rachmad di Samarinda.
Saat ini, kata dia, Kaltim telah memiliki setidaknya 75 unit pabrik pengolahan minyak sawit Pabrik-pabrik tersebut telah beroperasi dengan kapasitas total 4.170 ton TBS per jam. Ke 75 pabrik pengolahan minyak sawit tersebut tersebar di seluruh kabupaten, terutama di kawasan yang terdapat perkebunan kelapa sawit.
Rinciannya adalah terdapat 18 pabrik di Kabupaten Paser, enam pabrik di Kabupaten Penajam Paser Utara, 28 pabrik di Kutai Timur, 13 pabrik Kutai Kartanegara, tiga pabrik di Kutai Barat, dan tujuh pabrik di Kabupaten Berau.
Sedangkan rencana penambahan 20 pabrik baru akan memiliki kapasitas produksi 885 ton TBS per jam. Pembangunan pabrik itu tersebar di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Paser, Penajam Paser Utara, dan Berau. Saat ini, di Kaltim terdapat 351 perusahaan sawit yang memegang 297 Ijin Usaha Perkebunan (IUP) dengan luasan mencapai 2,26 juta hektare (ha). Sedangkan pemegang ijin Hak Guna Usaha (HGU) sebanyak 156 perusahaan dengan luas lahan 1,02 juta ha.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: