Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Dalam tiga tahun terakhir sejak booming e-commerce di Indonesia, banyak pemodal asing yang sangat tergiur dengan perkembangan startup di negeri ini. Pada 2014 hingga semester I 2015, tercatat sedikitnya 10 investor maupun modal ventura asal Jepang yang memberikan pendanaan bagi startup lokal.
Hal itu seiring dengan tingginya minat investasi para pemodal Jepang ke Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat minat investasi para pemodal asal negeri matahari terbit, Jepang, ke Indonesia mencapai US$ 10 miliar atau setara dengan Rp 131 triliun.
Angka sebesar ini untuk sektor kelistrikan, industri padat karya, hilirisasi pertanian, maritim, substitusi impor, teknologi informasi, dan infrastruktur. Suntikan dana dari investor (angle investor) ataupun modal ventura ke startup juga dapat dikategorikan sebagai forign direct investment (FDI), mengingat startup digital di Indonesia memiliki aset riil dan bukan sekadar perusahaan di atas kertas.
Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, minat investasi para pemodal Jepang yang sudah mengajukan izin ke BKPM dan segera didorong realisasi sebesar US$ 4,9 miliar dan Rp 38,01 triliun. “Jumlah tersebut termasuk minat yang disampaikan saat kunjungan Presiden Jokowi ke Jepang bulan Maret yang lalu,” ujar Franky.
Franky menyatakan, tindak lanjut atas berbagai minat investasi Jepang cukup penting mengingat posisinya sebagai salah satu mitra utama Indonesia di bidang investasi dan sejalan dengan upaya pemerintah mendorong investasi sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.
“Jepang potensial untuk mendukung program peningkatan investasi mengingat selama ini rasio investasi Jepang cukup tinggi, hingga 65 persen. Artinya komitmen Jepang merealisasikan minat yang sudah disampaikan cukup tinggi. Ini yang perlu dikawal,” jelas Franky.
Berikut adalah 10 investor terutama asal Jepang yang telah menginvestasikan uangnya di beberapa start-up di Indonesia:
1. Cyber Agent Ventures
Cyber Agent Ventures yang dipimpin oleh Takahiro Suzuki and Steven Vanada telah menginvestasikan uangnya melalui beberapa start-up Indonesia seperti Coda, Bilna, Touchten Studios, VIP Plaza, dan Tokopedia.
2. Mountain SEA Ventures
Sebastian Togelang dan Andy Zain adalah pendiri Mountain SEA Ventures, partner dari Mountain Partners yang berbasis di Zurich. Mountain SEA Ventures baru saja memiliki kantornya di Jakarta pada akhir 2013, namun sudah menginvestasikan uangannya ke beberapa start-up seperti Cek Aja, Qerja, Dealoka, dan YDigital.
3. GRUPARA Inc
Aryo Ariotedjo membangun Grupara Inc pada tahun 2011. GRUPARA Inc telah menjadi investment firm dan start-up incubator yang telah memberikan investasi di Gravira, dan di salah satu eCommerce pakaian pria, Maskool.in.
4. Ideosource
Ideosource dikepalai oleh beberapa entrepreneur, yaitu Andi S. Boediman, Sugiono Wiyono Sugialam, dan Edward Ismawan Chamdani. Ideosource menyediakan pendanaan untuk mendukung perusahaan agar bisa bekembang. Ideosource sudah memberikan investasinya pada Kark, Pasar Minggu, Saqina, Gimmie, Kelir TV, dan Touchten.
5. East Ventures
Dikepalai oleh Willson Cuaca, Batara Eto, Chandra Tjan, dan Taiga Matsuyama, East Ventures memberikan investasi pada pendanaan tahap awal yang berfokus pada consumer web dan mobile start-ups di Indonesia dan Singapura. Start-up yang sudah diinvestasikan oleh East Ventures adalah SCOOP, UrbanIndo, RedMart, Tokopedia, Tech In Asia dan Bilna.
6. Rebright Partners
Takeshi Ebihara menjalankan Rebright Partners dan berfokus pada start-up yang bergerak di bidang internet dan mobile start-ups di 6 kota besar di Asia Tenggara. Di Indonesia, Rebright Partners sudah menginvestasikan uangnya pada Qraved, iMoney,IndoTrading, dan Adskom.
7. GREE Ventures
GREE Ventures adalah investor yang berasal dari Jepang yang digerakkan oleh Yusuke Amano, Tatsuo Tsutsumi, dan Naoki Aoyagi. GREE telah menunjukkan ketertarikannya kepada start-up di Indonesia dengan memberikan investasi kepada Bukalapak, Berrybenka, and UrbanIndo. Investor lainnya yang berasal dari GREE juga memberikan pendanaan kepada start-up yang berbasis di Singapura seperti Luxola dan juga PriceArea, yang akhirnya diakuisisi oleh Yello Mobile.
8. Fenox Venture Capital
Perusahaan yang dimulai dari Silicon Valley di 2011 sudah mulai mengembangkan perusahaannya. Fenox memberikan advokasi start-up untuk membantunya agar dapat berkembang lebih cepat. Fenox juga menghubungkan start-up untuk bekerja sama dengan perusahaan di Silicon Valey dan Jepang. Fenox sampai saat ini sudah mendanai Sidecar, ShareThis, Lark Technologies, Tech In Asia dan Bottlenose.
9. 500 Startups
Salah satu inkubator ternama, 500 Startups adalah Silicon Valley seed fund dan juga akselelator yang dibangun oleh alumni PayPal and Google. 500 Startups memberikan investasi kepada start-ups yang mengutamakan platform pencarian, sosial dan juga mobile. Di Indonesia sendiri, 500 Startups telah memberikan investasinya untuk Qraved, dan Bukalapak.
10. IMJ Investment Partners
IMJ memulai kegiatan investasinya pada start-up Jepang dan Amerika pada Januari 2012. Dengan kantornya di Jakarta, IMJ Investment Partners menyediakan investasi, bantuan pengembangan produk, business support to Internet, mobile, dan software start-ups di Indonesia. IMJ telah memberikan investasinya untuk UrbanIndo, iMoney, 8 Villages, Bukalapak, dan Klik-eat.
Start-up Potensial
Salah satu start-up potensial yang terus berkembang di Indonesia adalah Desain Bagus Group. Desain Bagus Group merupakan kelompok bisnis yang menaungi desainbagus.com (multiplatform digital agency), duniaindustri.com (pioner komunitas industri di Indonesia), dan autokilap.com (lini usaha baru salon mobil).
Sejak 2011, Desain Bagus Group tumbuh pesat di tengah booming-nya bisnis e-commerce di Indonesia. Desainbagus.com menawarkan konsep terintegrasi dari mulai web development, web design, online application hingga brand management yang menyodorkan berbagai keunggulan seperti low cost, desain unik dan berkualitas, serta costumer friendly.
Tidak heran dalam waktu singkat, desainbagus.com dipercaya ratusan costumer baru mulai dari perusahaan skala besar, menengah, hingga industri kecil. Sebut saja, PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR), PT Hexa Eka Life Insurance, hingga brand terkemuka seperti Kusuka dan Catylac.
Dengan sumber daya muda dan berdaya juang tinggi, desainbagus.com berambisi ikut memajukan bisnis e-commerce di Indonesia. Hingga semester I 2015, total jumlah website dan aplikasi online yang telah dikembangkan Desain Bagus Group mencapai 1.100, naik dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Kontrak pembuatan aplikasi online juga datang dari korporasi besar dari sektor asuransi, farmasi, perbankan, telekomunikasi, sekuritas, media, agroindustri, dan lainnya. Jumlah aset Desainbagus Group juga melonjak 200% pada periode tersebut.
Begitu juga dengan kinerja finansial Desain Bagus Group. Pertumbuhan permintaan mendorong kenaikan pendapatan dan profitabilitas, sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dan karyawan. Nilai tambah itu berupa pembagian dividen dari laba bersih perusahaan yang dibagikan pada Juli 2013. Bahkan, pada akhir Maret 2014, Desain Bagus Group mampu memberikan dividen kedua bagi pemegang saham yang meningkat dibanding dividen pada 2013, sekitar 30% dari laba bersih perusahaan.
“Dengan strategi yang tepat dan terarah, Desain Bagus Group akan terus berekspansi dan menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan kinerja yang efisien dan berkesinambungan,” kata CEO Desain Bagus Group Caturama Aritsyah. Untuk mengembangkan bisnis ke depan, Desain Bagus Group membuka peluang untuk kerjasama menguntungkan dengan mitra strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan lebih pesat. Desain Bagus Group juga memiliki rencana jangka panjang yakni go public dalam 10 tahun mendatang.(*tim redaksi)