Duniaindustri.com (April 2014) — Hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif, Rabu (9/4) kemarin yang menampilkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai pemenang Pileg 2014 versi hitung cepat (quick count) dengan perolehan suara 19% kurang membawa pengaruh positif pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kamis (10/4).
Bahkan, aksi jual langsung ramai terjadi sejak pembukaan perdagangan. Tak satu pun partai yang mendapat suara mayoritas membuat pelaku pasar khawatir akan adanya pemerintah koalisi yang bisa menimbulkan ketidakpastian.
Hal ini memicu IHSG tiarap di perdagangan Kamis (10/4) sebanyak 3,2% dan kurs rupiah melemah 1% terhadap dolar AS. Dua hari lalu IHSG berakhir stagnan setelah melewati perdagangan yang fluktuatif. Aksi beli asing makin ramai jelang Pileg.
IHSG pun tak tertopang oleh Pasar saham Wall Street yang ditutup positif terimbas dukungan The Federal Reserve dengan kebijakannya untuk mendukung pasar keuangan yang sudah diprediksi investor sebelumnya.
Tiga indeks utama di bursa Paman Sam menanjak hingga lebih dari 1%. Delapan dari 10 sektor di S&P 500 ditutup positif, dipimpin oleh saham-saham internet dan bioteknologi.
Sementara, dari pasar Asia, indeks di beberapa negara terkemuka juga dibuka menguat. Kenaikan pasar saham Asia ditunjukkan oleh Nikkei 225 di Jepang yang naik +1,43%. Sedangkan indeks KOSPI Composite di Korea Selatan dibuka terapresiasi +0,41%.
Dari sisi harga kontrak berjangka (futures) komoditas ditutup bervariasi. Harga minyak mentah WTI terkoreksi -0,22% ke US$103,37 per barel. Sementara harga emas Comex naik +0,47% ke posisi US$1312 per troy ounce.
Pengamat Pasar Modal Edwin Sinaga melihat, penurunan IHSG karena hasil quick count tidak sesuai ekspektasi pelaku pasar. Di mana, persentase kemenangan PDI-P yang tidak memuaskan menuntut adanya kompromi politik, yang notabenenya kurang disukai pasar.
“Penurunan ini (IHSG) lebih kepada bentuk kekecewaan pasar terhadap hasil Pemilu. Lebih kepada faktor dalam negeri karena kita tahu bursa global dan Asia juga tengah menguat,” ujarnya.
Selain faktor itu, kenaikan IHSG yang sudah terlalu tinggi di beberapa hari lalu juga memicu adanya aksi realisasikan keuntungan (profit taking) di hari ini. “Kalau di teknikal ada sell on news, artinya setelah rumor selesai akan ada profit taking,” tambah Edwin.
Sementara menurut riset MNC Securities ada sejumlah catatan penting terkait hal itu dan perkiraan arah IHSG selanjutnya. Pertama, tidak ada parpol pemenang dominan karena versi hitung cepat, PDI-P hanya mengantongi 19,1%.
Kedua ternyata Jokowi effect hanya sedikit berpengaruh atas peningkatan suara PDI-P yang sebenarnya punya target 27,02%. Hal itu menjadikan harus ada koalisi bagi parpol guna memenuhi persyaratan untuk mengajukan capres dan cawapres. Secara historis, pemerintahan koalisi tidak maksimal dan efektif karena adanya “kebijakan transaksional”.
“Maka, terkait IHSG, indeks bisa responsnya bagus di awal perdagangan. Namun bukan mustahil IHSG bisa turun karena market menunggu terbentuknya koalisi antarpartai. Investor akan kembali berpikir logis dan rasional serta fokus atas data ekonomi dan kinerja emiten yang diperkirakan melambat seiring perlambatan PDB tahun ini,” cantumnya.
Hal itu pun bisa menyeret indeks terkena ambil untung, khususnya bila IHSG menyentuh level 5.000. Terlebih di bulan Mei, IHSG diperkirakan melemah karena adanya sentimen fundamental, politik, dan Piala Dunia 2014.
Potensi Naik
Sedangkan Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, hasil Pileg jelas ada dampaknya pada pasar, namun hal itu hanya akan berlangsung sementara saja.
Ia pun memaparkan, keberhasilan mencetak angka tertinggi pada level 4.933, yang lebih tinggi dibandingkan dengan level tertinggi hari sebelumnya pada 4.931 dan kemampuan menutup perdagangan pada zona hijau, menunjukkan bahwa IHSG masih memiliki potensi kuat untuk kembali melanjutkan proses kenaikannya.
“Resistance terdekat yang harus digapai terletak pada level 4.941, untuk kemudian titik konfirmasi kembali pada level 4999 yang merupakan resistance yang wajib digapai untuk memperkokoh pola uptrend dari IHSG pada timeframe pendek, menengah maupun panjang,” ujar William.
Kondisi Terbalik
Perdagangan IHSG setelah pemilu legislatif sangat kontras ketika Jokowi dicalonkan PDI-P sebagai capres. Ketika itu, aksi beli masif usai pengumuman Joko Widodo menjadi calon presiden yang diusung PDI-P membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket 152 poin (3,2%) pada perdagangan di bursa saham Indonesia Jumat. Bursa Indonesia naik 100 poin dalam waktu 30 menit.
Posisi bursa Indonesia di level 4.878 tercatat naik 14,14% secara year to date, tertinggi dibanding bursa saham secara global. Posisi kedua ditempati bursa Filipina yang meningkat 8,51%, diikuti bursa Thailand naik 5,66%, dan bursa India naik 2,75%. Padahal, saham-saham di Asia bergerak di zona merah, seperti indeks Hang Seng turun 216,59 poin dan indeks Nikkei merosot 488,32 poin.
Pasar saham domestik melonjak tajam setelah Gubernur DKI Jakarta Jokowi Widodo (Jokowi) hari ini mengaku sudah menerima mandat dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai calon presiden.(*/berbagai sumber)