Duniaindustri.com (September 2015) – Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sekitar 13,3% sepanjang tahun ini hingga menyentuh Rp 14.300/US$ akan menguntungkan perusahaan eksportir komoditas. Duniaindustri.com mencatat Indonesia memiliki sedikitnya 18 komoditas unggulan yang diakui dunia.
Namun, di tengah perlambatan ekonomi dunia saat ini, hanya perusahaan eksportir komoditas yang memegang kontrak panjang yang bisa memanfaatkan peluang pelemahan kurs rupiah. Karena itu, perusahaan eksportir komoditas mesti menggandeng buyer agent untuk menangkap peluang permintaan di pasar ekspor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta para pengusaha dan eksportir memanfaatkan pelemahan rupiah dengan membuka pasar ekspor baru. Jokowi menyebut selama ini para pengusaha nasional hanya melihat Amerika Serikat, Eropa, China, Jepang, dan Korea Selatan sebagai negara tujuan ekspor.
“Beberapa negara di Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan negara-negara lainnya memberikan peluang komoditas dan produk dari Indonesia. Justru itu yang harus dimasuki,” ungkap Jokowi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada Januari-Juni 2015 mencapai US$ 78,29 miliar atau turun 11,86% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan juga terjadi di ekspor non-migas mencapai US$ 68,3 miliar atau lebih rendah 6,62% secara tahunan.
Selain itu, transaksi impor pada Januari-Juni 2015 mencapai US$ 73,94 miliar atau turun 17,81% secara tahunan. Untuk kumulatif nilai impor yang terdiri dari non-migas mencapai US$ 13,1 miliar, turun 39,91% dan nonmigas US$ 60,84 miliar, atau turun 10,74%.
Pada 2014, total ekspor Indonesia mencapai US$ 178 miliar meleset dari target US$ 184,3 miliar, menurut data Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan.
Indonesia sebenarnya memiliki sedikitnya 18 komoditas unggulan yang diakui dunia. Ke-18 komoditas tersebut merupakan sumber daya alam dan sumber daya industri Indonesia yang menempati peringkat strategis di dunia.(*/berbagai sumber)