Duniaindustri.com (Juni 2016) – Pasar semen di Jakarta dan Pulau Kalimantan anjlok paling parah pada lima bulan terakhir (Januari-Mei 2016). Kedua daerah tersebut masing-masing turun -17,2% sepanjang 5 bulan pertama 2016, menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
Pulau Jawa masih mendominasi konsumsi semen nasional sebanyak 13,361 juta ton selama lima bulan pada 2016. Angka tersebut meningkat 0,6% dibandingkan posisi serupa pada 2015, yakni 13,276 juta ton. Jika membandingkan persentasenya, maka wilayah Sulawesi mencatat pertumbuhan signifikan.
Konsumsi semen di wilayah Sulawesi meningkat 21% atau menjadi 2,109 juta ton dalam lima bulan pertama tahun ini dari periode serupa tahun lalu hanya 1,743 juta ton.
Selanjutnya, konsumsi semen wilayah Sumatera naik sekitar 6,3% menjadi 5,160 juta ton, Nusa Tenggara meningkat 3,2% menjadi 1,409 juta ton, serta Maluku dan Irian Jaya tumbuh 16,4% menjadi 644.192 ton.
Namun, konsumsi semen wilayah Kalimantan turun drastis sekitar 17,2% menjadi 1,686 juta ton dari capaian periode serupa tahun lalu 2,037 juta ton.
Kendati demikian, total konsumsi nasional periode yang berakhir Mei 2016 mencapai 24,852 juta ton, naik 3,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 24,035 juta ton.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat volume penjualan dalam lima bulan pertama tahun ini sebanyak 10,146 juta ton, naik tipis 0,5% dari periode serupa tahun lalu 10,097 juta ton.
Secara bulanan (MoM), pertumbuhan pada Mei 2016 tercatat 6,1% atau menjadi sebanyak 2,151 juta ton dari capaian tahun sebelumnya pada periode yang sama 2,028 juta ton.
Berdasarkan publikasi resmi perseroan di Jakarta, Senin (13/6), capaian tersebut atau dalam lima bulan ini didukung oleh meningkatnya volume penjualan masing-masing entitas, yakni Semen Indonesia naik 0,2% menjadi 5,3 juta ton dan Semen Tonasa naik 5,8% atau menjadi 2,235 juta ton. Sedangkan Semen Padang turun sekitar 3,3% menjadi 2,532 juta ton.
Persaingan industri semen terutama untuk sejumlah merek semen di Pulau Jawa dan Kalimantan diperkirakan makin memanas seiring kehadiran pemain-pemain baru, menurut riset duniaindustri.com. Munculnya pemain-pemain baru berpotensi menggerus pangsa pasar pemain existing jika tidak diantisipasi dengan strategi yang tepat.
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen di Jakarta (Pulau Jawa) pada 2015 mencapai 33,69 juta ton, turun 0,1% dibanding 2014 sebesar 33,73 juta ton. Pasar semen di Pulau Jawa berkontribusi 55,74% dari total pasar semen di Indonesia. Dari jumlah itu, pasar semen terbesar di Pulau Jawa terletak di Jawa Barat sebesar 8,93 juta ton atau setara 26,5% dari total pasar semen di Pulau Jawa. Setelah Jawa Barat, pasar semen terbesar kedua yakni Jawa Timur sebesar 8,1 juta ton, Jawa Tengah 7,12 juta ton, Jakarta 5,3 juta ton, Banten 3,28 juta ton, dan Yogyakarta 940 ribu ton.
Sementara pasar semen di Kalimantan pada 2015 mencapai 4,06 juta ton, atau setara 6,7% dari total pasar semen di Indonesia.
Tahun ini sejumlah pemain baru akan merealisasikan pabrik baru dan mulai merambah pasar terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan. Sebut saja, Semen Garuda, Semen Merah Putih, Semen Puger, Semen Bima, Semen Jawa akan meramaikan pasar semen di Pulau Jawa. Sementara Semen Conch akan memperketat persaingan semen di Pulau Kalimantan.
Berdasarkan kompilasi data duniaindustri.com, Pulau Jawa saat ini dikuasai dua produsen semen besar, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan pangsa pasar masing-masing sekitar 38,8% dan 37%. Begitu juga di Pulau Kalimantan, Semen Indonesia dan Indocement menguasai pangsa pasar masing-masing sekitar 51,6% dan 27,9%.
Kehadiran pemain-pemain baru dengan merek semen yang baru akan terus memanaskan kompetisi pasar dengan pemain existing, mengingat skala ekonomi dan perang harga dimungkinkan terjadi. Pemain baru diperkirakan menggencarkan promosi dan diskon harga terutama di daerah dekat pabrik untuk menopang pertumbuhan merek semen mereka. Hal itu tentu harus diantisipasi pemain-pemain existing.
Proyeksi 2016
Konsumsi semen di Indonesia pada 2016 diestimasi tumbuh 7% seiring perbaikan penyerapan anggaran pemerintah serta ekspektasi pemulihan perekonomian nasional menjadi 5,2% tahun depan, menurut analisis Credit Suisse. Harga jual rata-rata semen diprediksi naik 4% pada 2016, setelah cenderung flat pada 2015, karena persaingan makin ketat dengan adanya pemain baru.
Dengan proyeksi seperti itu, konsumsi semen di Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 64,8 juta ton, tumbuh 7% dibanding proyeksi 2015 sebesar 60,6 juta ton. Konsumsi semen di Indonesia pada tahun ini diprediksi hanya tumbuh 1,1% menjadi 60,6 juta ton, dibanding realisasi tahun lalu 59,9 juta ton. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menjelaskan tahun ini diperkirakan terjadi kesenjangan antara kapasitas dan konsumsi nasional.
Dengan adanya penambahan kapasitas dari sejumlah pemain existing dan munculnya pemain baru di industri ini, kapasitas semen nasional tahun ini diprediksi mencapai 79,8 juta ton, meningkat 9,7% dibanding tahun lalu 72,7 juta ton. Dengan demikian, diperkirakan terjadi kelebihan pasokan sekitar 24% atau setara 19,2 juta ton tahun ini.
Berdasarkan data ASI, pertumbuhan konsumsi semen mulai melambat sejak 2011 yang mencapai puncak pertumbuhan dengan catatan pertumbuhan pasar 17,7% secara tahunan. Setelah itu, pasar semen Indonesia pada 2012 tumbuh melambat menjadi 14,5%, dan terus melambat menjadi 5,5% pada 2013, 3,3% pada 2014, dan 2% pada 2015.(*/tim redaksi 05)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: