Duniaindustri.com (November 2013) – Pasar semen di Indonesia pada periode Januari-September 2013 mencapai Rp 52,29 triliun, naik 7% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 48,85 triliun. Nilai pasar semen di Indonesia dibuat berdasarkan perhitungan tim redaksi duniaindustri dengan mempertimbangkan volume penjualan semen dikalikan harga rata-rata per sak semen yang berisi 50 kilogram. Satu ton semen setara dengan 20 sak berisi 50 kilogram semen.
Menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen di dalam negeri selama sembilan bulan pertama tahun ini hanya 41,5 juta ton, tumbuh 5,3% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sebagai perbandingan, selama Januari sampai September 2012, penjualan semen nasional mampu tumbuh 15% menjadi 39,4 juta ton.
Sementara harga jual semen di Indonesia berada di kisaran Rp 63-64 ribu per sak berisi 50 kilogram pada 2013. Harga semen di Indonesia dalam dua tahun terakhir melonjak 24%, dari Rp 50 ribu per sak di 2010 menjadi Rp 62 ribu per sak di pertengahan September 2012.
Tim redaksi duniaindustri.com melakukan penelusuran ke lapangan dan menemukan harga eceran semen telah meningkat 5% dari Rp 55 ribu per sak di semester I 2012 menjadi Rp 62 ribu per sak di awal September 2012.
Widodo Santoso, Ketua Umum ASI, mengatakan penjualan semen tahun ini tampaknya mulai melambat. Buktinya, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan semen hanya mampu tumbuh 5,3%, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu dengan persentase pertumbuhan 15%.
“Tren pelambatan pertumbuhan penjualan semen sampai kuartal III 2013 ini tak lepas dari volume konsumsi yang sudah lumayan tinggi pada tahun lalu. Sehingga tahun ini angka pembandingnya juga cukup tinggi,” katanya.
Widodo mengakui, pada tahun lalu, tren penjualan semen melonjak tinggi lantaran pertumbuhan permintaan baik ritel maupun untuk proyek besar jauh lebih tinggi ketimbang tahun 2011. Meski begitu, secara volume, permintaan semen tetap tumbuh dari tahun ke tahun.
Dilihat dari peta penyebarannya, selama 9 bulan pertama tahun ini, pertumbuhan penjualan semen tertinggi di pasar domestik terjadi di kepulauan Nusa Tenggara. Widodo menjelaskan penjualan semen di wilayah ini selama Januari hingga September tumbuh 8,6% menjadi 2,4 juta ton.
Sedangkan penjualan semen di Jawa dan Kalimantan masing-masing hanya tumbuh 7,1% sepanjang Januari – September 2013. Selama sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan semen di Jawa mencapai 23,3 juta ton. Sedangkan di Kalimantan, konsumsinya mencapai 3,1 juta ton.
Tapi pertumbuhan penjualan semen di beberapa daerah masih jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 7%, antara lain di Sulawesi yang naik 3,3% dan Sumatera yang cuma tumbuh 1%. Bahkan, permintaan semen di Maluku dan Papua justru minus 1,5%.
Persaingan Ketat di 2014
Dua pemain baru di sektor semen, PT Semen Jawa dan PT Cemindo Gemilang (produsen semen merek Merah Putih) berencana melakukan investasi secara masif di industri semen di Tanah Air sehingga meramaikan persaingan di sektor tersebut. Semen Jawa, anak perusahaan SCG Cement-Building Materials, akan membangun pabrik semen di Sukabumi, Jawa Barat, sebesar US$ 365 juta.
Sementara Cemindo Gemilang, produsen semen merek Merah Putih, siap merealisasikan investasi senilai US$ 600 juta untuk membangun pabrik dan infrastruktur pelabuhan di Lebak, Banten.
Menurut duniaindustri.com, investasi itu dilakukan untuk menyerap pertumbuhan pasar semen nasional. Selain itu, kenaikan harga semen yang mencapai 24% dalam tiga tahun terakhir menarik perhatian investor.
PT Semen Jawa, anak perusahaan SCG Cement-Building Materials berencana membangun pabrik semen pertamanya yang berlokasi di Jampang Tengah, Nyalindung, Sukabumi Jawa Barat. Pembangunan pabrik itu telah dimulai pada kuartal II tahun 2013 dengan investasi sebesar US$ 356 juta atau sekitar Rp3,43 triliun.
Presiden & CEO SCG Kan Trakulhoon mengatakan, pabrik ini akan menjadi prototipe ramah lingkungan dengan teknologi yang dirancang untuk melindungi lingkungan, memanfaatkan sumber daya yang efisien, serta standar keamanan yang tinggi.
“Pabrik ini merupakan pabrik semen pertama SCG di Indonesia, sekaligus pabrik kedua SCG di negara ASEAN di luar Thailand,” kata Kan saat konferensi pers.
Total kapasitas produksi Semen Jawa sebesar 1,8 juta ton/tahun untuk pembangunan tahap petama. Sementara pembangunan tahap kedua akan dilaksanakan setelah evaluasi efisiensi logistik. Adapun target pasar perusahaan adalah Sukabumi, Bogor, dan Jakarta.
“Kebutuhan pasar semen di Indonesia berkisar 55 juta ton per tahun, jadi kami yakin produk kami masih dapat terserap pasar,” papar Kan. Dia juga mengatakan pada 2015 SCG memiliki pabrik semen di Myanmar, Indonesia, dan Kamboja.
PT Cemindo Gemilang, produsen semen merek Merah Putih, siap merealisasikan investasi senilai US$ 600 juta untuk membangun pabrik dan infrastruktur pelabuhan di Lebak, Banten. Pabrik yang dibangun di atas lahan seluas 90 hektare dan ditargetkan mulai beroperasi kuartal III 2015 tersebut diharapkan mampu meningkatkan penetrasi perseroan di pasar semen Indonesia.
“Dengan beroperasinya pabrik baru tersebut serta tambahan pasokan dari produksi semen anak usaha, perseroan mengharapkan bisa menguasai 8% pangsa pasar di 2015,” kata Aan Selamat, Direktur Utama Cemindo.
Sumber dana pembangunan pabrik tersebut sekitar 70% di antaranya berasal dari pinjaman sindikasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan 30% sisanya dari dana internal.
Penjualan Semen Merah Putih sebelumnya masih dipasok dari anak usaha, yakni Chinfon Cement Corporation Vietnam. Dari total kapasitas produksi Chinfon Vietnam sebesar 4,5 juta ton per tahun, hanya sekitar 1 juta ton di antaranya yang dipasok ke Indonesia sebagai tes pasar dan pengenalan merek Semen Merah Putih. Chinfon Cement Corporation sendiri merupakan perusahaan semen asal Vietnam yang diakuisisi Cemindo pada tahun lalu dengan investasi sebesar US$ 250 juta.(*)