Duniaindustri.com (Januari 2014) — Pasar saham Indonesia yang diwakili Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2014 diprediksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2013, meski masih dipengaruhi oleh beberapa isu penting di dalam negeri yaitu neraca perdagangan, transaksi berjalan, nilai tukar rupiah, dan pemilu. Sedangkan sentimen dari luar negeri masih seputar rencana pengurangan stimulus moneter (tapering off) di Amerika Serikat (AS).
Kalangan analis pasar modal optimistis IHSG tahun ini mampu menembus level 5.000, bahkan bisa mencapai level 5.200-5.300. Sementara pada tutup tahun 2013 perdagangan saham di Indonesia terkoreksi 1% di level 4.274 poin dari akhir 2012 di level 4.316.
Dengan prediksi tersebut, maka pertumbuhan IHSG hingga akhir 2014 bisa mencapai 22%-23%. Pertumbuhan IHSG tahun ini yang lebih tinggi bakal ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang masih bagus. Bahkan, pemilu diyakini bisa menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2-0,3%.
Selain itu, defisit transaksi berjalan, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan membaik. Sedangkan suku bunga acuan (BI rate) diperkirakan turun dan laba emiten diproyeksi tumbuh 16%-18%.
Wakil Presiden Boediono usai membuka perdagangan perdana IHSG menilai, kendati memiliki empat risiko di tahun 2014 ini, pemerintah optimistis Indonesia bisa menanganinya dengan baik. Keempat resiko tersebut ialah faktor likuiditas global dengan diputuskannya perubahan postur kebijakan moneter AS, harga minyak, harga bahan makanan, dan politik dalam negeri.
Terkait faktor pengetatan stimulus AS, Boediono pengetatan ini berbeda sekali dengan yang dialami tahun 1997, 1998 dan 2008. Di mana, langkah ini diambil bukan karena bangkrutnya perusahaan finansial dan hilangnya kepercayaan pasar, namun karena pemulihan negara maju. Langkah ini diputuskan juga tidak secara mendadak. “Oleh karena itu jangan terlalu khawatir,” tegas Boediono.
Ia pun mengatakan, postur fiskal moneter Indonesia sampai saat ini masih bagus, tidak ada yang kelewatan termasuk defisitnya. Jikapun ada masalah defisit transaksi berjalan, namun bila ditangani secara konsisten maka akan bisa dilewati. Apalagi, sektor keuangan Indonesia saat ini kuat. Selain itu, fundamental makro sudah berjalan sesuai. “Dengan demikian kita siap hadapi perubahan postur likuiditas ini,” katanya.
Sementara terkait harga minyak, menurutnya harga saat ini sudah mencerminkan keseimbangan jangka panjang, bahkan bisa saja menurun. Meski begitu, gangguan suplai dari negara penghasil menjadi hal yang patut diperhatikan.
“Kita lihat harga yang dijumpai sekarang serupa dengan demand jangka panjang. Didalam negeri faktor resikonya sudah ada perbaikan. Konsumsi BBM yang ditargetkan juga on track,” ucap Boediono.
Sedangkan terkait politik, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu mengharapkan apa yang terjadi di 2004 dan 2009 bisa terulang di 2014. Dalam arti bisa berjalan lancar dan aman. “Semoga di semester II 2014 akan terbuka political capital yang sangat signifikan,” kata ia.
Di penghujung pidatonya, Boediono dengan canda mengatakan bahwa apa yang disampaikannya mungkin tidak lebih baik dibandingkan paranormal. Tapi, ia yakin tahun 2014 akan jadi tahun yang baik buat bangsa asalkan dilandaskan komitmen.
Saham Naik
Membuka perdagangan perdana tahun ini, Kamis (2/1) IHSG naik 28,358 poin (0,66%) ke level 4.302,535. Investor langsung berburu saham sejak pembukaan perdagangan tadi. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di posisi Rp 12.200 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 12.160 per dolar AS.
Pembukaan perdagangan ini sendiri dihadiri oleh jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu II seperti Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ( PANRB) Azwar Abubakar, dan Kapolri Sutarman, serta pelaku pasar modal.
Tahun lalu IHSG mengalami pasang-surut, sempat cetak rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Senin 20 Mei 2013 di level 5.214,976 setelah naik 69,293 (1,35%). Lalu, anjlok 940,799 poin sejak menyentuh rekor tertingginya itu akibat tapering off The Fed, trio defisit, dan depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hingga tercatat sebagai terburuk di regional. IHSG akhir tahun 2013 ditutup di level 4.274,18 atau turun 0,98% dibandingkan penutupan IHSG di tahun sebelumnya yang mencapai 4.315,316.
Saat IHSG beranjak naik dari awal 2013 hingga puncak tertinggi Mei 2013 di level 5.214, duniaindustri.com menilai banyak kesempatan yang dapat digunakan oleh para pengusaha di Indonesia. Sejumlah praktisi bursa menilai kenaikan IHSG didongkrak oleh masuknya aliran dana asing yang mengharapkan gain tinggi di negara-negara berkembang.
Lonjakan IHSG juga menandakan perputaran uang panas (hot money) di pasar dunia mengalir ke negara-negara berkembang, karena krisis utang di Amerika Serikat dan Eropa yang belum pulih secara penuh.
Kenaikan IHSG akan memunculkan pengusaha-pengusaha baru yang memanfaatkan momentuk untuk meraih dana dari pasar saham. Dana dari pasar saham dapat diperoleh melalui penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) ataupun bentuk sindikasi lainnya.
Bursa Global
Sementara, indeks utama di Wall Street ditutup di level terbaik sepanjang tahun pada perdagangan akhir 2013 di tengah keputusan the Fed memangkas stimulus moneter dan harapan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Penutupan Wall Street akhir tahun 2013 didukung data kepercayaan konsumen bulan Desember yang lebih baik dari estimasi. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menutup perdagangan akhir tahun lalu pada level tertinggi.
Indeks S&P 500 menguat 29,6% keĀ level 1.848,36 selama tahun 2013, yang merupakan kinerja terbaik sejak 1997. Sedangkan indeks Dow Jones naik 26,5% menjadi 16.576,66 atau terbaik sejak 1995 dan Nasdaq melesat 38,3% menujuĀ 4.176,59 dan menjadi level terbaik sejak 2009.
Untuk perdagangan awal tahun 2014 ini, dari dalam negeri investor menanti rilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis Biro Pusat Statistik (BPS) siang nanti. Di sisi lain, tekanan terhadap rupiah masih menjadi sentimen negatif bagi pergerakan IHSG hari ini. Sedangkan indeks saham Asia pagi ini mayoritas masih tutup karena libur tahun baru.
“Memasuki hari pertama perdagangan di Tahun 2014, merujuk EIDO yang naik 1.56% dan kenaikan DJIA 72.37 poin, 0,44% maka diperkirakan IHSG Kamis ini berpotensi akan menguat sambil market menantikan data ekonomi penting yakni Inflasi bulan Desember yang diperkirakan berkisar 0,5-0,7%,” ujar Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang.(*/berbagai sumber)