Duniaindustri.com (Juni 2016) – Pasar mobil murah di Indonesia atau yang dikenal dengan low cost green car (LCGC) akan terganggu oleh mobil kecil asal Jepang yang disebut kei car, seiring rencana pemerintah Indonesia untuk ikut skema kerjasama perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP). Soalnya, melihat tren dan daya beli masyarakat Indonesia yang masih di bawah, pasar mobil segmen paling murah itu paling kena dampaknya.
Perjanjian TPP diikuti 12 negara, seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Brunei Darussalam, Chile, Jepang, Kanada, Malaysia, Meksiko, Peru, Selandia Baru, Singapura dan Vietnam.
Menurut Sekjen Institut Otomotif Indonesia Yanuarto WH, salah satu ancaman nyata, yakni pasar “mobil murah” (low cost green car/LCGC) akan terganggu oleh mobil kecil asal Jepang yang disebut kei car. Sebab, melihat tren dan kemampuan masyarakat Indonesia masih di bawah, sehingga sektor itu paling kena dampaknya.
“GDP per kapita kita saat ini masih sekitar 3.500. Artinya, berada di medium low atau range harga untuk membeli mobil di bawah Rp 200 juta. Di Jepang ada juga produk seperti LCGC, sehingga kalau dengan kondisi sekarang ada kemungkinan kita ekspor LCGC kesana atau Kei Car yang bisa masuk ke Indonesia,” ujar Yanuarto dalam acara Focus Group Discussion (FGD) oleh Forwin di Kemenperin.
Pasar mobil di Indonesia mulai bangkit, ditandai dengan pertumbuhan positif pada April 2016 atau pertama kali dalam setahun terakhir. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo), pasar mobil di Indonesia tumbuh 3,7% menjadi 84.600 unit pada April 2016 dibanding bulan yang sama tahun lalu.
Capaian penjualan mobil pada April 2016 merupakan tren positif setelah sebelumnya pasar mobil terus melambat sejak April 2015. Dari sisi pabrikan, penjualan tetap didominasi Toyota Motor Corp, disusul Honda Motor Co Ltd dan Daihatsu Motor Co Ltd.
Di Indonesia, penjualan mobil pada kuartal I 2016 terkoreksi 5% menjadi 266.885 unit secara wholesales dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 282.344 unit. Kelesuan ini masih dipengaruhi perlambatan ekonomi nasional, meski pemerintah telah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) serta menstabilkan kurs rupiah.
Pasar mobil di ASEAN pada kuartal I 2016 turun 3,8% menjadi 741.392 unit dibanding periode yang sama tahun lalu 770.566 unit, menurut data Asean Automotive Federation (AAF). Penurunan itu sejalan dengan pelemahan produksi akibat anjloknya permintaan. Produksi mobil di ASEAN pada kuartal I 2016 turun 4,7% menjadi 994.147 unit dibanding periode yang sama tahun lalu 1,04 juta unit.
Kejutan terjadi di industri mobil di Filipina. Produksi mobil di Filipina pada kuartal I tahun ini mencapai 25.209 unit, meningkat dari periode yang sama tahun lalu sebesar 21.285. Sedangkan penjualan mobil di Filipina pada kuartal I 2016 sebanyak 76.479 unit, naik dari kuartal I 2015 sebesar 62.882 unit. Peningkatan penjualan mobil di Filipina karena pemerintah setempat melakukan revisi pajak menjadi lebih ringan.
Sedangkan di negara Asean lainnya, pemerintah Singapura menerapkan kebijakan pembatasan usia kendaraan bermotor. Kebijakan ini tentu akan berpengaruh terhadap penjualan mobil di negara tersebut.
Nilai Pasar Mobil
Nilai omzet penjualan mobil di Indonesia diestimasi mencapai Rp 121,5 triliun pada tahun lalu, menurut riset duniaindustri.com. Nilai omzet penjualan industri mobil di Indonesia dihitung berdasarkan total penjualan mobil pada 2015 dikalikan rata-rata harga jual mobil di negeri ini.
Menurut riset data duniaindustri.com, harga jual rata-rata mobil di Indonesia sepanjang tahun lalu diperkirakan Rp 120 juta/unit, dilihat dari harga terendah mobil yang dipasarkan di negeri ini. Sementara total penjualan mobil di Indonesia pada 2015 turun 16% menjadi 1.013 ribu unit dibandingkan realisasi 2014 sebesar 1.208 ribu unit, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Penurunan penjualan mobil itu disebabkan perlambatan ekonomi nasional, fluktuasi kurs rupiah, dan kejatuhan harga komoditas dunia yang menyebabkan pelemahan daya beli konsumen lokal.
Realisasi penjualan mobil pada 2015 masih di bawah tahun 2012 sebesar 1.116 ribu unit. “Merosotnya penjualan mobil nasional diakibatkan karena kondisi perekonomian nasional tidak stabil,” kata Marketing dan Cr Div Head PT Astra International, Daihatsu Sales Operation, Hendrayadi Lastio.
Meski menurun, produsen mobil mulai optimistis dengan perbaikan di 2016 seiring penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) serta penurunan suku bunga. Namun, produsen masih berhati-hati dengan kondisi makro dan sentimen eksternal untuk menentukan target penjualan mobil pada 2016.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: