Duniaindustri.com (November 2015) – Industri barang mewah (luxury industry) secara global diperkirakan mencatatkan penjualan sekitar 1 triliun euro atau setara Rp 14.647 triliun pada tahun ini. Sekitar 10 segmen terutama mobil mewah, rumah mewah, barang pribadi super mewah menguasai 80% dari penjualan industri barang mewah global.
Bain & Company, perusahaan riset internasional, dalam keterangan tertulis menjelaskan pasar industri barang mewah tumbuh 5% secara tahunan, mengindikasikan kuatnya permintaan di kalangan masyarakat kelas atas. Pertumbuhan itu terutama didorong oleh kenaikan penjualan mobil-mobil mewah (8%), rumah/hunian mewah (7%), dan lukisan atau seni rupa (6%).
Pertumbuhan pasar industri barang mewah itu juga dipengaruhi fluktuasi mata uang global dan tren belanja tanpa batas untuk kaum jetset (masyarakat kelas atas). Hal itu terlihat dari kunjungan wisatawan global yang berbondong-bondong ke Eropa dan Jepang untuk memanfaatkan lemahnya euro dan yen.
Sementara itu, Asia justru mencatat kinerja terburuk dalam sejarah, seiring rendahnya tren belanja barang mewah dari daratan China dan penurunan tajam dalam penjualan di Hong Kong dan Macau.
Di sisi lain, pasar barang pribadi super mewah termasuk aksesoris kulit, fashion dan produk kosmetik mencapai 253 miliar euro pada 2015. Angka tersebut tumbuh 13% dibanding tahun lalu.
“Tantangan bagi merek-merek barang mewah (luxury brand) adalah bagaimana untuk berhasil menavigasi melalui volatilitas kurs mata uang global yang sulit diprediksi,” tulis Bain & Company.
Menurut Bain, tantangan utama yang dihadapi sebagian besar merek-merek mewah adalah membangun model harga yang tepat. Munculnya e-commerce dan pertumbuhan pariwisata global menciptakan transparansi yang lebih besar di sekitar perbedaan harga internasional.
Selain itu, pembeli barang mewah sadar untuk menyesuaikan harga produk mewah dengan nilai riil mereka. Akibatnya, merek-merek mewah harus menilai bagaimana untuk mengurangi volatilitas dan cara terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik di tingkat lokal dan global. Ini termasuk mengelola persediaan untuk mengakomodasi fluktuasi di bidang pariwisata dan mengkoordinasikan harga di pasar. Merek-merek mewah juga menghadapi sejumlah masalah sulit seperti memikirkan kembali peran toko offline di dunia seiring tumbuh pesatnya digitalisasi.(*/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:
link tentang bain & company nya dimana, sang penulis? tulisannya bagus, cuma sayang tidak dicantum sumbernya… disitu hanya dijelaskan tentang Bain saja tetapi tidak ada tahunnya…
Terima kasih atas komentar Anda. Untuk memperoleh full report-nya, Anda dapat mengirim email kepada kami.