Latest News
You are here: Home | Umum | Pasar E-Commerce Indonesia 2016 Ditaksir US$ 4 Miliar
Pasar E-Commerce Indonesia 2016 Ditaksir US$ 4 Miliar

Pasar E-Commerce Indonesia 2016 Ditaksir US$ 4 Miliar

Duniaindustri.com (Oktober 2014) – Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan pasar e-commerce yang tumbuh pesat, yang diproyeksikan akan menghasilkan total pendapatan hingga US$4 miliar (Rp 48 triliun) pada 2016.

Menurut Misty Agustini, general manager Weber Shandwick Indonesia, semakin panjangnya kemacetan di kota-kota besar Indonesia menjadi salah satu pendorong tumbuhnya e-commerce alias perdagangan melalui jaringan internet. “Gaya hidup sibuk, mendorong orang Indonesia untuk tidak mau menghabiskan banyak waktu di jalan, atau berpergian hanya sekedar untuk belanja,” kata Misty seperti dikutip CNBC.

Laporan UBS yang dilansir Juni lalu menyebutkan bahwa pasar ritel melalui internet (e-retail market) negara-negara Asia Tenggara sedang berada pada “titik perubahan”. Dengan penetrasi internet yang tinggi dan meluasnya penggunaan telepon pintar (smartphone) menyediakan ruang bagi para pedagang ritel yang relatif masih rentan untuk bisa bertumbuh.

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, merupakan rumah bagi sekitar 76 juta pengguna jaringan internet pada tahun 2013, terbanyak di Asia Tenggara. Menurut eMarketer, jumlah itu akan mencapai 93 juta pada 2015. Peluncuran berbagai produk smartphone murah diperkirakan akan mendongkrak jumlah pengguna telepon pintar hingga 71 juta orang pada 2015.

Para analis meyakini, meningkatnya produk layanan data bergerak berbiaya murah akan membantu menggenjot jumlah pengguna internet yang tentunya akan mempengaruhi jumlah transaksi belanja dalam jaringan (daring/online).

Angka-angka itulah yang mendasari peritel daring Lazada untuk mengembangkan bisnisnya. “Masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan 181 menit per hari untuk bereksplorasi melalui smartphone-nya – terlama di dunia – dan itulah yang telah menggerakkan pertumbuhan kami selama dua tahun terakhir. Infrastruktur internet juga tumbuh luar biasa,” papar Magnus Ekbom, direktur pelaksana Lazda Indonesia.

Kendati demikian, masih ada tantangan besar yang harus dihadapi para pelaku e-commerce di Indonesia. Menurut laporan UBS, buruknya infrastruktur logistik menyulitkan para peritel internet untuk menawarkan jasa pengiriman cepat. Kurangnya fasilitas internet berkecepatan tinggi di sebagian besar kawasan juga membatasi kelancaran pertumbuhan.

Survei yang dilakukan perusahaan riset pemasaran Nielsen, yang dirilis awal September lalu, menunjukkan bahwa pembelian melalui internet merupakan pilihan yang paling sedikit diambil konsumen Indonesia.

Para analis menemukan, kurangnya kepercayaan dan kartu kredit menjadi penghambat jutaan konsumen Indonesia untuk membeli barang melalui internet. Survei mengungkapkan, sekitar 80 persen konsumen Indonesia mengatakan, mereka sering terlebih dahulu melihat-lihat produk di internet sebelum berbelanja ke toko – jauh lebih besar dari rata-rata global sebesar 60 persen.

Alasan lain untuk tidak berbelanja melalui internet adalah ketidakpercayaan. Menurut Nielsen, 60 persen konsumen Indonesia tidak merasa aman untuk memberikan informasi kartu kredit mereka secara daring. Angka tersebut lebih besar dibanding konsumen negara lain di Asia Tenggara, kecuali Filipina.

Tapi para pelaku industri e-commerce meyakini halangan tersebut akan dapat diatasi. Menurut Ekbom dari Lazada, permasalahan pembayaran bukan hal unik di Indonesia. “Setiap konsumen di semua negara pada awalnya enggan melakukan transaksi online,” kata Ekbom.

Untuk menghadapinya, mereka menyediakan sejumlah pilihan pembayaran. “Kami mencatat bahwa pembelian pertama biasanya dibayar setelah pengiriman, yang berarti dibayar tunai ketika dikirimkan. Setelah konsumen merasa nyaman, mereka akan kembali menggunakan kartu kredit untuk berbagai pembelian,” imbuhnya. Bagi Ekbom, perlu waktu untuk membangun kepercayaan dan mengembangkan bisnisnya.

Besarnya pasar e-commerce juga telah memancing minat perusahaan skala besar di Indonesia. Tiga perusahaan skala besar di Indonesia, yakni PT Indosat Tbk (ISAT), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)–induk usaha SCTV, masuk ke bisnis e-commerce (bisnis dagang online). Kedua perusahaan tersebut akan meramaikan persaingan di bisnis dengan potensi omzet Rp 50 triliun tahun ini.

Dividen Meningkat

Pertumbuhan pesat bisnis e-commerce di Indonesia mendukung perkembangan start up lokal. Salah satu perusahaan startup digital yang potensial dan terus tumbuh secara dinamis adalah Desain Bagus Group. Kelompok bisnis ini menaungi desainbagus.com (multiplatform digital agency), duniaindustri.com (pioner komunitas industri di Indonesia), nuleutik.com (online shop khusus segmen anak), karyaweb.com (hosting and server company), rajabagus.com (perusahaan afiliasi), dan autokilap.com (lini usaha baru salon mobil).

Sejak 2011, Desain Bagus Group tumbuh pesat di tengah booming-nya bisnis e-commerce di Indonesia. Desainbagus.com menawarkan konsep terintegrasi dari mulai web development, web design, online application hingga brand management yang menyodorkan berbagai keunggulan seperti low cost, desain unik dan berkualitas, serta costumer friendly.

Tidak heran dalam waktu singkat, desainbagus.com dipercaya ratusan costumer baru mulai dari perusahaan skala besar, menengah, hingga industri kecil. Dengan sumber daya muda dan berdaya juang tinggi, desainbagus.com berambisi ikut memajukan bisnis e-commerce di Indonesia. Hingga awal Juni 2014, total jumlah website dan aplikasi online yang telah dikembangkan Desain Bagus Group mencapai 300, naik dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Jumlah aset Desainbagus Group juga melonjak 200% pada periode tersebut.

Begitu juga dengan kinerja finansial Desain Bagus Group. Pertumbuhan permintaan mendorong kenaikan pendapatan dan profitabililitas, sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dan karyawan. Nilai tambah itu berupa pembagian dividen dari laba bersih perusahaan yang dibagikan pada Juli 2013. Bahkan, pada akhir Maret 2014, Desain Bagus Group mampu memberikan dividen kedua bagi pemegang saham yang meningkat dibanding dividen pada 2013, sekitar 30% dari laba bersih perusahaan.

“Dengan strategi yang tepat dan terarah, Desain Bagus Group akan terus berekspansi dan menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan kinerja yang efisien dan berkesinambungan,” kata CEO Desain Bagus Group Caturama Aritsyah. Untuk mengembangkan bisnis ke depan, Desain Bagus Group membuka peluang untuk kerjasama menguntungkan dengan mitra strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan lebih pesat. Desain Bagus Group juga memiliki rencana jangka panjang yakni go public dalam 10 tahun mendatang.(*tim redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top