Duniaindustri.com – Pasar bursa saham Indonesia yang dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan 10-15 Februari 2013 menorehkan rekor tertinggi sepanjang sejarah bursa hadir di negeri ini. Lonjakan harga saham mestinya mampu membangkitkan dunia usaha di negeri ini yang ditandai dengan maraknya kehadiran pengusaha baru.
IHSG menguat ke level 4.609 pada perdagangan 15 Februari 2013, menandai rekor tertinggi yang pernah ditorehkan selama ini. Sejumlah praktisi bursa menilai kenaikan IHSG didongkrak oleh masuknya aliran dana asing yang mengharapkan gain tinggi di negara-negara berkembang.
Lonjakan IHSG juga menandakan perputaran uang panas (hot money) di pasar dunia mengalir ke negara-negara berkembang, karena krisis utang di Amerika Serikat dan Eropa yang belum pulih secara penuh.
Kenaikan IHSG akan memunculkan pengusaha-pengusaha baru yang memanfaatkan momentuk untuk meraih dana dari pasar saham. Dana dari pasar saham dapat diperoleh melalui penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) ataupun bentuk sindikasi lainnya.
Meski demikian, pasar saham juga memiliki risiko yang tidak kalah dibanding potensi keuntungan. Masih kental di benak saat IHSG terjun bebas saat krisis global 2007-2008. Berapa banyak pemodal yang merugi kala itu karena salah kalkulasi.
Indonesia, yang diprediksi menjadi negara berkembang yang bersinar di masa depan, memiliki potensi tumbuh pesat. Seiring kenaikan pasar saham, mestinya dunia industri yang menjadi salah satu motor penggerak perekonomian ikut terdongkrak. Terbukti, saat global company masuk ke Indonesia, nilai investasi langsung pemodal asing (foreign direct investment/FDI) meroket. Dampak lanjutannya, produksi industri manufaktur Indonesia naik.
Catatan duniaindustri.com menyebutkan sejumlah investasi asing dari global company yang masuk ke Indonesia antara lain Hankook Tire Co Ltd, produsen ban terbesar ketujuh di dunia asal Korea Selatan, akan menanamkan modal US$ 1,2 miliar di Indonesia hingga 2014 untuk pembangunan pabrik ban di Cikarang, Jawa Barat. Dalam tahap awal, Hankook Tire Co Ltd yang membentuk perusahaan bernama PT Hankook Tire Indonesia menginvestasikan US$ 353 juta.
Pohang Steel Corporation (Posco), raksasa baja asal Korea, yang menggandeng PT Krakatau Steel Tbk, akan merealisasikan investasi tahap awal sebesar US$ 2,7-3 miliar pada 2013. Krakatau Steel (KS) dan Posco tengah membangun pabrik baja berkapasitas 6 juta ton per tahun.
Siam Cement Group, raksasa produsen kimia milik kerajaan Thailand, makin agresif menguasai industri kimia Indonesia, terutama sektor petrokimia, semen, dan distribusi bahan bangunan. Siam Cement menanam investasi di Indonesia sekitar US$ 1 miliar.
Hingga 2011 Siam Cement sudah membenamkan investasi US$ 700 juta di Indonesia. Investasi itu antara lain dalam bentuk akuisisi empat perusahaan Indonesia. Siam Cement Group (SCG) Chemicals Co Ltd, perusahaan petrokimia terbesar di Asia Tenggara asal Thailand, mengakuisisi 30% saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Chandra Asri) senilai Rp 3,76 triliun.
Wilmar Group, raksasa agribisnis terbesar di Asia, terus memupuk investasi di Indonesia hingga Rp 42 triliun atau setara US$ 4,6 miliar periode 1991-2016. Investasi itu dibagi dua, yakni periode 1991-2011 sekitar Rp 33 triliun dan periode 2012-2016 sekitar Rp 9,2 triliun.
Kemudian, raksasa produsen minuman asal Swiss, Nestle SA, melalui anak usahanya di Indonesia, PT Nestle Indonesia, agresif menambah investasi di negeri ini. Nestle menambah investasi hingga US$ 390 juta mulai tahun ini sampai 2015, dengan perincian pembangunan pabrik baru di Karawang menelan investasi US$ 200 juta dan ekspansi di Jawa Timur senilai US$ 190 juta.
Tak ketinggalan, Pirelli & C SpA menjalin kerja sama dengan PT Astra Otoparts Tbk untuk membangun pabrik ban motor di Indonesia senilai US$ 120 juta. Nippon Steel juga menjalin kerja sama dengan PT Krakatau Steel Tbk.(Tim redaksi 02)