Duniaindustri (Oktober 2011) — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menyatakan, pasar baja Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai Rp63,7 triliun atau setara 9,5 juta ton. Angka itu meningkat 53,4% dibandingkan 2010 yang mencapai Rp41,5 triliun. Sementara itu harga jual rata-rata baja pada 2011 akan naik 15-23% dibanding tahun 2010.
Peningkatan itu dipicu oleh konsumsi baja di sektor konstruksi dan manufaktur yang tahun ini diperkirakan naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diramalkan bisa mencapai 6,4%. Sektor konstruksi tahun ini diperkirakan tumbuh menjadi 7,3%, sedangkan tahun 2010 hanya 6,8% dan sektor manufaktur ditargetkan tumbuh 6,2%, sedangkan realisasi 2010 hanya mencapai 5%.
Khusus kebutuhan baja di dalam negeri, selain ditopang pertumbuhan ekonomi, konsumsi baja juga didorong oleh peningkatan produksi automotif.
Indonesia termasuk salah satu konsumen sekaligus produsen baja yang besar. Namun yang terjadi saat ini, produksi baja nasional tidak pernah seimbang dengan konsumsi kebutuhan dalam negeri.
IISIA merilis, diperkirakan tahun ini Indonesia masih harus mengimpor baja sekitar 3 juta ton untuk memenuhi tingginya kebutuhan baja di dalam negeri. Oleh karena itu, saat ini masing-masing produsen dalam negeri berlomba meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar untuk dapat memenuhi target penjualannya.
Salah satunya adalah PT Power Steel Mandiri yang memproduksi baja berkualitas tinggi. PT Power Steel Mandiri berkonsentrasi penuh untuk memasuki pasar baja di dalam negeri dengan memproduksi baja berkualitas tinggi. “Tentunya dalam memproduksi, selalu mengikuti aturan dan standarisasi yang berlaku,” kata Direktur Utama PT Power Steel Mandiri Agus Tamun dalam keterangan tertulisnya.
Agus mengatakan, PT Power Steel Mandiri yang berlokasi di Milenium Industrial Estate, Blok A, Jalan KH Syech Nawawi, Desa Budimulya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang telah melakukan antisipasi untuk merebut pasar tersebut.
Salah satunya, adalah penambahan daya listrik menjadi 260.000 MW di lahan pabrik seluas 3 hektare untuk mencukupi kebutuhan listrik yang dalam operasionalnya bekerjasama dengan PLN. Selain itu PT Power Steel Mandiri juga mendatangkan 4 unit tungku peleburan untuk proses produksi.
Menurutnya, 4 unit tungku tersebut diimpor dari India. Untuk mengurangi polusinya saat ini, pihak perusahaan sedang memesan alat yang dapat meminimalisasi polusi.
“Kami membeli cerobong asap tersebut untuk menjawab keraguan bahwa kami konsern untuk kelangsungan lingkungan sehingga permasalahan lingkungan tak akan pernah ada di kawasan pabrik Power Steel Mandiri,” kata Agus.
Apalagi keempat cerobong asap itu dipastikan ramah lingkungan dan sesuai standarisasi yang telah ditentukan. “Kami akan selalu mendukung konsep go green yang sedang dikampanyekan banyak pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah juga kawasan,” papar Agus Tamun.
Agus juga menambahkan selain program CSR yang dilakukan juga melakukan pembibitan untuk penghijauan dan pengolahan air—water treatment.
Diketahui, PT Power Steel Mandiri mempekerjakan tenaga-tenaga ahli bidang logam berat sebagai quality control serta memberdayakan warga sekitar pabrik menjadi karyawan.
“Sekitar 80% dari seluruh karyawan yang ada merupakan warga sekitar. Kami selalu mencoba melakukan pendekatan terbaik untuk menjaga quality. Hal ini disebabkan Power Steel Mandiri melayani kebutuhan besi baja untuk kebutuhan kontruksi yang notabene harus dapat menjamin daya tahan besi baja untuk dapat bertahan di berbagai macam kondisi,” jelas Agus.(Tim redaksi 02/sds)