Duniaindustri.com (Juli 2021) – Tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi berada di kisaran 4,6% – 5,4%. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih tinggi dibandingkan proyeksi BI terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 3,5% – 4,3%.
“Kami prediksi pertumbuhan ekonomi kita tahun depan berada di kisaran 4,6 persen sampai dengan 5,4 persen, yang mana on track (sejalan) dengan tren pemulihan ekonomi,” ujarnya, Jumat (6/8).
Tahun ini, BI memprediksi titik tengah pertumbuhan ekonomi di level 3,9 persen (yoy). Optimisme ini ditopang oleh capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 yakni 7,07 persen.
“BI memprediksi tahun ini pertumbuhan ekonomi berada di rentang 3,5 persen-4,3 persen dengan titik tengah 3,9 persen. Dengan realisasi kuartal II, kami pikir bisa lebih tinggi dari 3,9 persen (sepanjang 2021),” imbuh dia.
Ia mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 7,07 persen ditopang oleh basis rendah pada periode yang sama tahun lalu, yakni minus 5,32 persen. Namun, menurutnya, realisasi itu merupakan capaian positif yang patut disyukuri.
“Kami melihat pemulihan ekonomi Indonesia sedang berlangsung. Kami ingin lebih tinggi, tapi kita harus harus bersyukur dengan apa yang telah kita capai,” jelasnya.
Ia menuturkan indikator ekonomi berada dalam kondisi stabil sesuai dengan target. Tingkat inflasi terkendali, sehingga diprediksi masih dalam target BI yakni 3 persen plus minus 1 persen.
Sementara, current account deficit (CAD) diprediksi berada di rentang minus 0,6 persen hingga minus 1,4 persen. Namun, bank sentral menilai perlu dorongan pada penyaluran kredit perbankan.
“Kami harus meningkatkan penyaluran kredit bank, kami bekerja keras untuk meningkatkan ini. Kami harap penyaluran kredit bank bisa tumbuh 4 persen -6 persen tahun ini,” tandasnya.
Sejumlah ekonom dan pengamat menilai pemerintah wajib mewaspadai perubahan laju perekonomian imbas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Jika pemilihan prioritas kebijakan cenderung tidak terarah, justru akan membuat penanganan pandemi terkesan lamban dan memicu ekonomi tersengal-sengal. Yang dibutuhkan lebih pada kejelasan penanganan pandemi dengan batas dan waktu tertentu untuk kembali menata pemulihan ekonomi.
Fadhil Hasan Ekonom Senior menilai aspek ekonomi lebih mendominasi dibandingkan kesehatan dalam penanganan pandemi COVID-19 menyebabkan pandemi dan ekonomi malah akan terseok-seok. Hal tersebut disampaikan dalam Zoominari Kebijakan Publik Narasi Institute, Jumat (23/7).
“Penanganan akibat pandemi Covid-19 lebih menitikberatkan pada akibat bukan sebab. Karenanya, aspek ekonomi lebih mendominasi dibandingkan dengan kesehatan. Itu pun dilakukan dengan tidak fokus, dan dengan tata kelola yang lemah. Akibatnya, pandemi Covid 19 masih belum tertangani dengan baik dan ekonomi pun terseok-seok,” ujar Fadhil Hasan pada zoominari bertema meneropong pertumbuhan ekonomi triwulan III imbas PPKM Darurat.
Fadhil mengatakan ada dua penyebab Indonesia kedodoran dalam penanganan pandemi sekaligus ekonomi yaitu keengganan Pemerintah menerapkan UU karantina kesehatan dan munculnya varian baru yang lebih ganas.
“Dua hal yang menunjukkan hal tersebut. Pertama, pemerintah enggan menerapkan UU Karantina Kesehatan, dan lebih memilih berbagai aturan baru yang menghindarkan pemerintah memenuhi dari kewajibannya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan, aturan penanganan pandemi Covid 19 seperti PSBB dengan segala modifikasinya dan PPKM, dengan segala variannya membuat penanganan pandemi Covid 19 tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Kedua, ketika terjadi penyebaran varian Delta yang lebih membahayakan dan mematikan, pemerintah memilih mengikuti saran dan masukan dari kelompok pengusaha yang lebih khawatir akan dampak ekonomi dibandingkan mengikuti anjuran kalangan dan ahli kesehatan yang menyarankan karantina wilayah. Akibatnya, krisis diperkirakan berjalan panjang dan berliku tanpa kejelasan kapan akan berakhir,” ujar Fadhil Hasan.
Fadhil mengatakan bahwa PPKM menyebabkan tiga hal yaitu ekonomi kecil melemah, daya beli masyarakat turun, dan kelompok menengah menahan konsumsinya. “Pada bidang ekonomi dengan adanya PPKM, maka kita melihat dampaknya sebagai berikut; a. ekonomi rakyat berbasis UMKM mengalami kematian; b. daya beli kelompok menengah bawah menderita karena restriksi yang diterapkan dan berbagai layoff yag diberlakukan; c. kelompok masyarakat menengah atas kembali menahan konsumsinya. Hal ini diperparah dengan lambatnya berbagai program bantuan sosial yang diberikan pemerintah karena birokrasi dan mungkin ketidakcukupan anggaran,” ujar Fadhil Hasan.
Fadhil memprediksi ekonomi tidak langsung cepat bergerak setelah PPKM level 4 dinyatakan selesai pada akhir Juli 2021 nanti karena ekonomi butuh terkendalinya kasus covid. “Diperkirakan PPKM Darurat (Level) akan diakhiri pada akhir Juli 2021. Namun diperlukan waktu untuk kembali kepada kegiatan ekonomi normal dengan asumsi bahwa pandemi Covid 19 sudah tertangani dengan lebih baik. Berdasarkan pengalaman sebelumnya ketika pemerintah menerapkan PSBB pada pertengahan Maret 2020 dimana kemudian pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 turun sebesar 2% an dibanding triwulan I 2019, nampaknya hal ini akan terjadi lagi. Pertumbuhan ekonomi akan terpangkas tajam dibandingkan dengan prediksi awal berkisar 4%-5%. Berbagai lembaga internasional dan nasional sudah menngkonfirm hal tersebut,” katanya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 07/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 230 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 230 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini: