Latest News
You are here: Home | Baja | Operasional Pabrik Hulu Krakatau Steel Terkendala Harga Gas
Operasional Pabrik Hulu Krakatau Steel Terkendala Harga Gas

Operasional Pabrik Hulu Krakatau Steel Terkendala Harga Gas

Duniaindustri.com (Mei 2017) – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menunda pengoperasian tiga pabrik hulu seperti pabrik besi spons (sponge iron), pabrik baja lembaran setengah jadi (slab), dan pabrik baja setengah jadi (billet) akibat mahalnya harga gas industri. Padahal, gas menjadi bahan bakar dengan kontribusi biaya yang paling besar dalam produksi baja.

“Pabrik-pabrik ini belum bisa beroperasi karena harga gas yang masih tinggi. Kami konsentrasi dulu pada proyek-proyek yang sedang berjalan, seperti blast furnace yang harus beroperasi tahun ini,” kata Presiden Direktur Krakatau Steel, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, kepada pers di Jakarta, kemarin.

Harga gas saat ini, menurut Mas Wigrantoro, memakan biaya produksi sekitar 51%, dan cukup memberatkan industri. Untuk itu, diperlukan harga gas yang kompetitif agar bisa mengoperasikan kembali pabrik-pabrik tersebut.

“Kami dapat US$6 per mmbtu, tapi jumlahnya sedikit. Sementara yang jumlahnya banyak masih US$9,3 per mmbtu dan perseroan sedang berupaya mendapatkan harga gas yang efisien tadi, seharga US$6 per mmbtu,” papar dia.

Saat ini, lanjut Mas Wigrantoro, pihaknya tengah fokus pada proyek-proyek yang sedang berjalan, seperti peningkatan produksi di Hot Strip Mill (HSM), Cold Rolling Mill (CRM), dan blast furnace.

“Perseroan menekankan prinsip kehati-hatian, jadi nanti kalau sudah jalan tidak ada masalah yang bisa membuat tertunda lama. Diharapkan, pabrik berkapasitas 1,2 juta ton ini bisa rampung pada Juli mendatang dan pabrik senilai US$656,3 juta ini bisa mulai beroperasi komersil pada September atau Oktober 2017,” ujar Mas Wigrantoro.

Target Produksi 2025
Pemerintah menargetkan Indonesia siap mandiri di industri baja karena dengan adanya klaster industri baja di Cilegon dengan kapasitas produksi 10 juta ton baja pada 2025. Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Steel Conference 2017.

“Industri baja sebagai salah satu prioritas yang tengah kami kembangkan. Sektor ini sebagai mother of industry karena produknya merupakan bahan baku utama bagi kegiatan sektor industri lainnya,” kata Airlangga.

Airlangga menambahkan, industri baja terbesar saat ini dimiliki oleh PT Krakatau Steel Tbk (KS), sehingga pemerintah mendorong BUMN baja ini untuk mendukung pencapaian kapasitas produksi tersebut.

Dengan kapasitas tersebut, lanjut Airlangga, diharapkan industri baja hilir bisa semakin tumbuh, di mana saat ini masih terjadi defisit anggaran.

“Saat ini kan ada over supply dari China. Jadi, kami melihat masalah standarisasi dan safeguard jika ada persaingan tidak sehat. Tapi sejauh itu bersaing dengan sehat ya kita lepaskan di pasar,” tegas Airlangga.

Kapasitas produksi PT KS digabungkan dengan PT Krakatau Posco saat ini mencapai 4,5 juta ton. Angka tersebut akan segera meningkat kembali dengan beroperasinya pabrik HSM 2 berkapasitas 1,5 juta ton pada akhir tahun 2019, sehingga total akan mencapai 6 juta ton. Artinya, hanya perlu tambahan 4 juta ton untuk mencapai proyek 10 juta ton dari klaster tersebut.

Pelaku Industri Optimis
Pelaku industri baja optimistis menghadapi 2017 karena dinilai memiliki harapan yang cemerlang, demikian disampaikan Ketua Asosiasi Industri Besi dan Baja (IISIA) Hidayat Triseputro. “Betul, kami harapkan bisa tumbuh positif. Bersyukur bisa lebih dari 7%-8%,” kata Hidayat.

Hidayat menyampaikan, harapan cemerlang tersebut dapat diprediksi dari harga gas untuk industri baja yang turun mulai 1 Januari 2017. Selain itu, tambahnya, proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang masih berlanjut juga akan memberikan angin segar bagi industri ini.

Hidayat menambahkan, penurunan harga gas untuk industri baja juga diyakini akan meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing.

Namun, menurut Hidayat, yang masih menjadi tantangan industri baja tahun ini adalah pengamanan industri baja nasional dari serbuan baja impor dengan harga yang dinilai tidak sesuai.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)

Riset Komprehensif Industri Baja 2007-2017

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top