Latest News
You are here: Home | Sosok Industri | Nadiem Makarim Mewujudkan Mimpi bersama Go-Jek
Nadiem Makarim Mewujudkan Mimpi bersama Go-Jek

Nadiem Makarim Mewujudkan Mimpi bersama Go-Jek

Bisnis berbasis online makin booming di Indonesia. Berbagai aplikasi online makin menggurita seiring kenaikan penetrasi internet dan penggunaan smartphone. Salah satu startup bisnis online yang sedang booming adalah Go-Jek.

Adalah Pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Nadiem Makarim yang telah merintis aplikasi online tersebut sejak 2014. Padahal, Nadiem memiliki gelar yang cukup menarik bagi seorang pebisnis, lulusan program Master of Business Administration (MBA) di Harvard Business School (AS).

Namun, gelar pendidikan tinggi yang diraihnya tidak dimanfaatkan dengan bergabung di perusahaan-perusahaan hebat. Nadiem lebih memilih mempunyai perusahaan hebat ketimbang bekerja di perusahaan hebat.

Berikut ini petikan wawancaranya yang dikompilasi dari berbagai sumber oleh duniaindustri.com:

Mengapa Anda yang memiliki gelar tinggi malah terjun ke industri berbasis online?

Ngapain kerja di kantoran, mendingan punya perusahaan (Go-Jek) yang benar-benar digunakan orang Jakarta yang berguna, membantu, dan meningkatkan penghasilan orang. Ya jelas kerenan Go-Jeklah.

Mendirikan Go-Jek merupakan pekerjaan impian bagi saya. Saya sangat senang bisa mempunyai perusahaan yang laku dan dampak sosialnya besar.

Saya bisa menginspirasi ke anak-anak muda untuk bikin bisnis sendiri. Mau apa lagi hidup ini.

Sejak 2014 yang telah memiliki sistem jaringan mobile app, pertumbuhan Go-Jek menjadi tinggi. Hampir 200 ribu mobile app Go-Jek di-download. Salah satu cara menarik pelanggannya seperti memberikan voucher, tapi kebanyakan pelanggan dengarnya dari teman-teman. Di Indonesia apa-apa yang laku harus dengar dari teman dulu.

Bagaimana dengan rekrutmen pengendara?
Untuk rekrutmen pengendara atau ojek, yang pertama kali dilakukannya adalah melakukan interview dengan ojek-ojek yang dikenal atau ojek-ojek yang sering mengantarkan ke mana pun Nadiem pergi. Dari hal itulah mulai ide-ide ini menjadi ide yang kental.

Go-Jek sebelumnya tumbuh tapi organik, artinya pelan-pelan naiknya. Enggak mungkin ada perusahaan bisa meledak seperti ini tanpa investment.

Saya didukung oleh keluarga. Kata keluarga saya, ngapain kerja di perusahaan. Tujuan untuk meneruskan Go-Jek adalah menerima investment dan teman-teman serta keluarga yang complain karena tidak membesarkan Go-Jek.

Kalau untuk Indonesia, bagaimana Anda memandang perkembangan entrepreneurship?
Menjadi entrepreneur nggak usah pintar. Selain tidak harus pintar, menjadi entrepreneur harus mempunyai keberanian.
Sekarang pertumbuhan entrepreneur baik sekali, tapi jangan lupa bahwa menjadi entrepreneur harus tahan banting, berani, dan nggak usah punya modal.

Jika sudah melewati itu semua, bisa menemukan cara. Para investor yang memiliki uang banyak yang bingung menaruh uangnya dimana.

Yang paling susah dicari dalam berbisnis adalah tim yang hebat. Saya beruntung banget punya tim yang hebat.
Dari semua tim yang hebat, tim Go-Jek pun berasal dari manapun. Salah satunya seperti ada beberapa dari konsultan, tempat yang pernah dia bekerja sebelumnya.

Macam-macam background tim saya, tidak dari satu sektor. Saya tidak peduli pengalamannya apa, yang saya pedulikan adalah perilaku dia, seperti berani, kerja cepat, dan passionate.
Sistem kerja selama 24 jam ini, kalau dia enggak kerja nggak dapat duit. Dia kerja keras dapat duit banyak, itu yang saya suka, benar-benar rata dan adil.

Artinya dukungan tim sangat penting. Anda sendiri dalam tim berperan seperti apa?
Sejak kecil, saya enggak pernah punya cita-cita. Saya SD di Indonesia, SMA di Singapura, dan lulus kuliah di Brown University Amerika Serikat (AS) jurusan hubungan internasional (HI). Jadi enggak ada hubungannya sama yang saya kerjakan.
Setelah lulus kuliah, saya pulang ke Jakarta untuk bekerja menjadi konsultan di sebuah perusahaan sekaligus belajar bisnis manajemen. Lalu, melanjutkan kuliah di program Master of Business Administration (MBA) di Harvard Business School (AS).
Selama kuliah MBA dua tahun, saya ciptakan Go-Jek cuma sebagai proyek sampingan. Balik ke Indonesia enggak saya kerjakan Go-Jek, melainkan kerja part time.

Sepulangnya kuliah MBA di Negeri Paman Sam, saya bergabung menjadi pendiri pertama Zalora Indonesia hingga satu tahun. Kemudian, bergabung ke perusahaan lain bernama Kartuku, sebuah perusahaan Payment yang menjadikan dirinya sebagai Chief Innovation Officer.
Saya kembali ke Go-Jek pada 2014 yang menjadi perusahaan yang ibaratnya dilahirkan kembali. Saya belajar mengenai digital bisnis di Zalora.
Latar belakang lahirnya Go-Jek bukan karena tukang ojek, namun dari kebutuhan diri sendiri. Dari dulu, walaupun punya mobil sendiri tidak pernah saya gunakan. Karena ojek jauh lebih efisien buat ke mana-mana khususnya di Jakarta.
Parahnya kemacetan lalu lintas di Jakarta tersebut membuat saya kesal karena telah membuang-buang waktu. Dengan berlangganan ojek untuk kesehariannya, saya menjalin hubungan dengan para tukang ojek tersebut.
Dari situ saya sadar bahwa sebenarnya ojek yang sudah terpercaya memiliki banyak fungsi untuk kehidupan orang Jakarta.
Di Go-Jek, para ojek tidak hanya sekadar antar jemput pelanggan saja seperti tukang ojek pada umumnya, melainkan juga bisa menjadi kurir seperti personal shopper, pengantar makanan dan lainnya. Mau beli makanan apapun juga dapat dipesan, dari itulah konsepnya berkembang menjadi Go-Jek.
Fondasinya berbasis teknologi mobile, karena ojek-ojek itu tersebar di mana-mana. Jadi cara untuk menghubungi mereka adalah melalui mobile app, maka konsep pada 2014, Go-Jek menjadi Mobile App Business.

Bagaimana strategi untuk meningkatkan pelanggan?
Untuk menarik pelanggan, saya melancarkan strategi dengan membuat tukang ojek menjadi senang dan mengantongi penghasilan yang lebih tinggi untuk mereka. Hal tersebut merupakan kunci utama untuk mendapatkan loyalitas dan respek dari para tukang ojek-ojek
Hal yang paling utama, kita harus bisa menghasilkan penambahan uang bagi ojek itu. Maka, misi sosial Go-Jek itu sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme ojek-ojek di Jakarta.
Strategi lainnya, kami tidak hanya fokus bisnis di transportasi saja, tapi juga di kebutuhan-kebutuhan logistik atau kebutuhan belanja lainnya.(*/disarikan dari berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top