Duniaindustri.com (Oktober 2015) – PT Indosat Tbk (ISAT), operator telekomunikasi terbesar ketiga di Indonesia, berencana menyiapkan investasi belanja modal hingga Rp 7 triliun tahun depan, terutama untuk modernisasi jaringan 4G. Seluruh dana investasi tersebut akan berasal dari kas, karena perseroan menahan penambahan utang baru.
Nilai investasi Indosat tahun depan lebih rendah dibanding tahun ini yang berkisar Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun. Penghematan investasi tersebut dilakukan seiring dengan perlambatan perekonomian nasional.
Alexander Rusli, Direktur Utama Indosat, mengatakan dana investasi belanja modal tahun depan akan digunakan untuk ekspansi modernisasi jaringan, khususnya jaringan 4G-LTE. Seluruh pendanaan investasi belanja modal tahun depan akan berasal dari kas. Perseroan menahan diri dari penambahan utang baru. “Pinjaman baru hanya akan dilakukan dalam hal refinancing atau membayar utang,” kata Alex.
Menurut dia, investasi belanja modal tahun depan lebih rendah mengingat ekspansi modernisasi jaringan sudah banyak yang selesai. “Kami ingin belanja modal kecil, tetapi mendapatkan pertumbuhan yang besar,” imbuhnya.
Indosat pada 2017 menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 6%-7% dibanding tahun ini, sama dengan pertumbuhan industri. Sejalan dengan itu, Indosat akan melakukan strategi konversi utang berdenominasi dolar AS menjadi rupiah untuk meminimalisir kerugian kurs.
Sampai Agustus 2015, jumlah utang Indosat dalam valuta asing terutama dolar AS mencapai US$ 515 juta dari total Rp 22,6 triliun. Namun, saat ini proses konversi utang masih harus menunggu penguatan rupiah dan perbaikan kondisi ekonomi. “Karena kalau dipaksakan, malah bisa tambah rugi, jadi harus dilakukan bertahap,” ujarnya.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) tahun ini mencari pinjaman eksternal sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun. “Kita akan coba. Ini bisa bertahap. Mungkin Rp 10 triliun akan coba tahun ini dari financing. Instrumen cari yang paling bagus,” ungkap Direktur Keuangan Telkom Honesti Basyir.
Nantinya, pendanaan ini akan digunakan sebagai belanja modal atau capital expenditure (capex) TLKM. Honesti bilang bahwa total capex, 40% akan diperoleh dari eksternal. Padahal selama ini, TLKM selalu mengandalkan kas internal untuk sumber pendanaannya. Adapun, kas dan setara kas TLKM tercatat Rp 16,28 triliun di semester pertama.
Honesti mengatakan, pihaknya tengah memperhitungkan kebutuhan pendanaan dalam jangka waktu 3 sampai 5 tahun ke depan. Ia pun masih melihat seperti apa perkembangan portfolionya.
Setiap tahunnya, TLKM menganggarkan capex Rp 20 triliun. Di situ, penggunan untuk Telkomsel memegang porsi 70%. Sedangkan anak usaha lainnya hanya 30%.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: