Duniaindustri.com (November 2015) – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia pada periode Januari-Oktober 2015 mencapai US$ 14 miliar atau setara Rp 189 triliun (kurs Rp 13.500) dengan volume 20 juta ton. Secara volume, ekspor CPO Indonesia tumbuh 14% meski secara nilai terjadi penurunan.
Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono, mengatakan meskipun secara volume terjadi peningkatan signifikan, namun dari segi nilai justru menurun lantaran harga komoditas yang memang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. “Karena pengaruh harga. Yang jelas tahun ini turun harganya lebih signifikan dari tahun kemarin,” ungkap Joko.
Joko juga mengungkap, dari data GAPKI tercatat hingga akhir Oktober lalu, total nilai ekspor CPO mencapai US$14 miliar dengan total volume mencapai 20 juta ton.
Sepanjang bulan September, China membukukan kenaikan terbesar impor minyak sawit Indonesia sebesar 36% atau sebanyak 278.990 ton sawit. Kenaikan itu mengalahkan permintaan dari Afrika dan Amerika Serikat yang hanya mengimpor sebanyak 58.930 ton.
Ekspor komoditas CPO Indonesia mengalami peningkatan volume yang cukup signifikan, yakni 14% year on year hingga akhir Oktober, didorong permintaan tinggi dari sejumlah negara Afrika, Amerika Serikat, China, dan India.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan, tingginya permintaan di saat produksi sedang turun akibat El Nino dan bencana kabut asap yang melanda sentra-sentra produksi kelapa sawit juga turut mendongkrak harga CPO.
“Permintaan yang mulai banyak menyebabkan stok minyak biji-bijian menipis, dan meningkatnya serapan minyak sawit dalam program biofuel (B15),” kata Fadhil.
Fadhil melanjutkan, terjadinya peningkatan permintaan minyak sawit itu bisa terlihat pada pembukuan kenaikan permintaan minyak sawit dari Indonesia pada bulan September dan Oktober.
Pelemahan Harga
Harga jual minyak sawit mentah (CPO) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada periode Januari-Juli 2015 melemah 12,4% menjadi Rp 7.609 per kilogram dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 8.687 per kilogram. Harga jual kernel Astra Agro juga tercatat mengalami penurunan sebesar 14,2% menjadi Rp 4.948 per kilogram dari sebelumnya Rp 5.767 per kilogram.
Penurunan harga CPO ikut mempengaruhi kinerja keuangan perseroan. Laba bersih Astra Agro pada semester I 2015 anjlok hingga 67,5% menjadi Rp 444 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebear Rp 1,4 triliun, salah satunya dipengaruhi pelemahan harga jual CPO.
Berdasarkan data yang dirilis perseroan, sepanjang Januari-Juli 2015 Astra Agro mencatat produksi CPO sebanyak 984.559 ton, naik sekitar 1,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 973.406 ton. Kenaikan tersebut dipicu oleh tren produksi TBS perseroan yang sudah mulai mengalami peningkatan sejak Mei 2015. Selain itu, peningkatan produksi perseroan juga ditopang oleh adanya pembelian buah dari pihak eksternal oleh perseroan.(*/berbagai sumber/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: