Duniaindustri.com (Agustus 2022) – Pemerintah menegaskan selama ini pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang konsumsi rumah tangga. Di kuartal II-2022, konsumsi rumah tangga berperan 2,92 persen dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44 persen. Sementara belanja pemerintah justru negatif 0,56 persen.
Karena itu, demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah akan mengoptimalkan belanja melalui pengadaan barang dan jasa yang dikhususkan untuk pembelian produk UMKM atau koperasi. Hal ini mengacu pada UU Cipta Kerja No 11/2020, kementerian dan lembaga (K/L) diwajibkan membelanjakan barang dan jasa produk UMKM sebesar 40 persen dari anggaran yang ditetapkan.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki, menyatakan dengan kewajiban membeli barang dan jasa produk dalam negeri, diharapkan konsumsi pemerintah akan terkerek sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Selama ini faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi masih dari konsumsi rumah tangga.
“Pemerintah mewajibkan sebanyak 40 persen anggarannya harus bisa menyerap produk UMKM dan koperasi, kalau dirupiahkan sekitar Rp400 triliun. BPS sudah menghitung ini akan menciptakan multiplier effect yang luar biasa karena bisa menambah tenaga kerja sekitar 2 juta orang atau bisa menambah pertumbuhan ekonomi hingga 1,85 persen,” ujar Teten, dalam keterangannya, kemarin.
Dia menjelaskan, di tengah tekanan ekonomi global yang melemah seperti saat ini, UMKM dinilai menjadi sumber penyelamat ekonomi nasional. Untuk itu diperlukan upaya bersama agar pasar UMKM bisa terus berkembang, salah satunya melalui e-Katalog LKPP .
“Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang positif di kuartal III, kita ingin mendorong konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah serta investasi. Kalau ini didorong dengan produk lokal, maka akan sangat positif bagi ekonomi kita,” kata dia.
Khusus untuk produk alat kesehatan (alkes) yang diproduksi UMKM , Teten menyatakan saat ini sudah banyak yang kualitasnya bagus dan bisa memenuhi standar industri. Oleh sebab itu, UMKM di sektor alkes bisa menjadi suplier kebutuhan bagi industri. Menurutnya hal ini juga sebagai strategi jitu untuk mengurangi produk alkes impor.
“Usaha mikro yang memproduksi alat kesehatan seperti kain kasa, masker, sarung tangan atau produk habis pakai itu bisa kita setop kran impornya, dan kita bisa perbesar kapasitas produksi dalam negeri untuk memenuhi pasar domestik,” kata Teten.
Sementara itu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menambahkan bahwa Kemenkes saat ini fokus untuk menjalankan enam transformasi di sektor kesehatan. Salah satunya adalah transformasi sistem ketahanan kesehatan. Untuk menjalankan transformasi ini, Kemenkes ingin agar 50-60 persen alkes dan obat-obatan dari hulu ke hilir diproduksi di dalam negeri.
“Khusus untuk alat kesehatan yang punya teknologi canggih, kita akan undang yang punya teknologi itu untuk bikin pabrik di sini. Kalau alkes itu teknologi yang bisa kita sendiri, ya kita bikin sendiri tidak usah impor,” papar dia.
Kemudian untuk mendorong UMKM , khususnya produsen alkes, bisa mendapatkan pasar yang lebih besar di dalam negeri, Kemenkes akan memberikan berbagai layanan kemudahan perizinan. Bahkan saat ini e-Katalog LKPP khusus sub domain sektor alat kesehatan untuk persyaratannya telah disimplifikasi. Dengan begitu UMKM produsen alkes bisa masuk dalam LKPP sehingga berkesempatan ikut lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
“Sekarang yang namanya e-Katalog yang ditaruh di Kemenkes itu saya minta dipermudah dan tidak bisa suap-suap. Kita permudah perizinan dan enggak usah pakai calo. Jadi pembinaan soal ini akan kita lakukan rutin ke daerah-daerah,” katanya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 256 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 256 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: