Duniaindustri.com (Oktober 2018) – Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menilai teknologi cloud computing telah menjadi infrastruktur utama (backbone infrastructure) dalam mendukung revolusi industri 4.0. Karena itu, teknologi cloud computing mesti mulai memperhatikan cyber security.
“Aksesibilitas dari data itu menjadi hal yang krusial. Karena itu, kami mengharapkan cloud computing yang menjadi infrastruktur utama dari revolusi industri 4.0 mulai memperhatikan cyber security agar industri tidak ragu-ragu untuk memulai melakukan perubahan dengan mengadopsi teknologi baru,” ujar Menperin Airlangga Hartarto saat menjadi keynote speech dalam seminar bertema “Menyiapkan Industri Indonesia di Era Industri 4.0,” di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (24/10).
Menurut Menperin, revolusi industri 4.0 merupakan era di mana terjadi konektivitas secara nyata antara manusia, mesin, dan data. Meskipun tidak disadari, era ini mulai memasuki lini kehidupan masyarakat melalui teknologi-teknologi baru seperti cloud computing yang sehari-hari kita gunakan. Fenomena ini memberikan peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur Indonesia.
“Kehadiran revolusi industri 4.0 semakin lama semakin terlihat, dan perubahannya sudah terlihat, ini bisa disebut disrupsi atau transformasi digital. Bagi industri yang sudah 3.0, ini merupakan langkah lanjutan. Bagi yang lain ini merupakan lompatan. Karena revolusi industri 4.0 memungkinkan terjadinya loncatan, di mana tidak dimungkinkan terjadi di revolusi industri 2 ataupun 3,” ujarnya.
Dia menambahkan teknologi cloud computing saat ini sudah bergerak tanpa batas (borderless), dan bukan sesuatu yang “mahal”. “Dalam kehidupan sehari-hari mulai dari dropbox, google, office 365 itu akan menggantikan data-data yang ada dalam hardisk.Tentu ini akan menjadi bagian dari perkembangan cloud computing ke depan,” ucapnya.
Dalam era revolusi industry 4.0, lanjut Menperin, salah satu yang diandalkan adalah big data dan artificial intelligence. Bagi Indonesia dan negara maju, big data menjadi sesuatu yang berharga. “Jadi bagi Indonesia yang telah diberkahi oleh sumber daya alam, misalnya di bawah tanah punya minyak, mineral, emas. Di atas tanah punya perkebunan kelapa sawit, nah sekarang kita lihat ke atas lagi ada juga cloud. Itu another emas lagi, makanya kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan,” paparnya.
Pemerintah, kata Menperin, juga mendorong pengembangan data center sebagai backbone dari cloud computing di Indonesia. Ke depan dalam revolusi industry 4.0, tanpa data, revolusi ini tidak bisa berjalan. Tanpa data yang kuat, efisiensi tidak akan berjalan, sehingga tentunya ini menjadi bagian yang perlu didorong.
Menperin menilai Indonesia memiliki keunggulan kompetitif untuk mendorong upaya agar data center dibangun di negeri ini. “Pertama, cost di Indonesia lebih murah. Dan kedua, Indonesia masih memiliki lahan yang luas. Sehingga ini competitive advantage Indonesia dibanding Singapura,” paparnya.
Namun, Menperin mengingatkan, pengembangan data center di Indonesia perlu didukung sejumlah hal misalnya keamanan pasokan listrik. “Kita mesti perhatikan hal lain misalnya data center layer untuk power security itu bisa tiga tahap. Kalau data center mendadak mati, orang pas kirim whatsapp terus hilang, yang dikirim pesan via WA tidak terima, bisa bubar itu.Data-data itu tidak bisa di-collect lagi,” ucapnya.
Ketua Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (Wantiknas), Ilham Habibie, juga senada dengan Menperin. Dia menjelaskan negeri ini harus mengambil peluang atau kesempatan dalam revolusi industri 4.0 yang ditopang oleh digilitalisasi teknologi atau tranformasi digital. Dalam era tersebut, data menjadi sesuatu yang sangat berharga. “Data is the new oil,” ujarnya.
Untuk meraih peluang tersebut, lanjut dia, dibutuhkan infrastruktur pendukung seperti cloud, data center, internet of things (iot), artificial intelligence, quantum computing. Digitalisasi atau transformasi digital akan terjadi di seluruh sector yang akan berdampak pada perubahan proses, penggunaan asset, dan tenaga kerja. “Kita harus open minded dalam mengantisipasi revolusi industri 4.0 agar era itu dapat dimanfaatkan untuk menciptakan jutaan lapangan kerja dan menjadi lompatan besar bagi ekonomi Indonesia,” paparnya.
Ketua Umum Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto menambahkan melalui seminar ini kami ingin memberikan edukasi mengenai cloud computing dan bagaimana cloud computing berperan sebagai infrastruktur utama dalam era industri 4.0. Asosiasi yang berdiri pada tahun 2017 ini mempunyai visi menjadi wadah yang mampu menselaraskan perkembangan teknologi cloud computing serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan industri. “Kami siap bersama pemerintah mendukung Making Indonesia 4.0 melalui penerapan teknologi cloud computing dan juga pengembangan sumberdaya manusia untuk menguasai ini,” ujarnya.
Sementara itu, Arief Rakhmatsyah, VP Product Management, Cloud, & UC Telkomtelstra, menyoroti kedaulatan data dalam era revolusi industri 4.0. Dalam Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 pasal 17 ayat 2 disebutkan penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik wajib menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, dan penegakan kedaulatan negara terhadap data warga negaranya. “Namun, aturan tersebut sedang direvisi,” ujarnya.
Terkait kedaulatan data, lanjut Arief, paling berdaulat itu jika lokasi data center-nya di wilayah sendiri, kemudian dioperasikan sendiri, dan di-maintance oleh pihak sendiri. “Atau paling tidak, provider yang menyediakan jasa tersebut masih provider local, provider Merah Putih, Telkomtelstra misalnya,” paparnya.
Menurut Arief, cloud computing merupakan teknologi terbaru untuk memindahkan eksternal resource ke service provider. “Cloud itu seperti server. Provider sudah menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mengelola cloud. Karena itu, cloud bisa lebih efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya.(*/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: