Duniaindustri.com (Februari 2017) – Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menggencarkan lobi kepada Lotte Chemicals untuk mempercepat realisasi investasi US$ 4 miliar di Cilegon, Banten. Raksasa petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical, berencana membangun pabrik naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya.
“Mereka bakal investasi di Cilegon, Banten. Kami minta agar cepat terealisasi karena untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kimia di dalam negeri sehingga kita tidak perlu lagi impor,” kata Airlangga usai bertemu dengan President & CEO Lotte Chemicals Titan Holding Sdn Bhd Kim Gyo Hyun.
Proyek jumbo ini akan memakan waktu hingga 4-5 tahun dengan membuka lapangan pekerjaan sebanyak 9.000 orang.Untuk tahap konstruksi, pabrik baru Lotte Chemicals diperkirakan menyerap tenaga kerja sekitar 6.000 orang dan ketika beroperasi butuh 3.000 orang.
Dengan kapasitas Lotte Chemicals tersebut dan ditambah dengan ekspansi dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Indonesia mampu menghasilkan bahan baku kimia berbasis naphtha cracker sebanyak 3 juta ton per tahun sekaligus memposisikan sebagai produsen terbesar ke-4 di Asia Tenggara setelah Thailand, Singapura dan Malaysia.
“Lotte Chemicals akan memproduksi ethylene 1 juta ton per tahun, propylene 600 juta ton, serta produk turunan lainnya seperti olefin dan aromatik,” jelas Direktur Industri Kimia Hulu, Muhammad Khayam.
Bahan baku kimia tersebut dapat dimanfaatkan untuk sektor hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, dan farmasi. “Belakangan ini, impor bahan kimia secara keseluruhan mencapai US$ 5 miliar per tahun, tetapi dengan adanya produksi ini akan mengurangi impor senilai US$ 1,5 miliar per tahun,” ujarnya.
Khayam menambahkan, Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi pemberian insentif non-fiskal seperti tax allowance dan tax holiday bagi Lotte Chemicals. “Untuk lahan, mereka sudah selesaikan. Jadi, diharapkan tahun ini realisasi investasinya bisa dimulai,” imbuhnya.
Kemenperin tengah memprioritaskan akselerasi pertumbuhan industri petrokimia di dalam negeri yang merupakan sektor strategis pendukung banyak sektor hilir. Apalagi, selama 15 tahun ini investasi di sektor hulu petrokimia hampir tidak ada.
Untuk itu, Kemenperin mengusulkan agar industri petrokimia termasuk sektor yang perlu mendapatkan penurunan harga gas karena sebagai sektor pengguna gas terbesar dalam proses produksinya. Dengan harga gas yang kompetitif, daya saing industri petrokimia nasional makin meningkat.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: