Duniaindustri (Agustus 2012) — Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan pada semester I 2012 pertumbuhan industri pengolahan nonmigas (manufaktur) mencapai 6,09%, lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama pada 2011 sebesar 6,35%.
“Pelambatan kinerja pertumbuhan sektor industri tersebut disebabkan oleh melambatnya perekonomian dunia yang berdampak pada memburuknya kinerja perdagangan nasional, khususnya terhadap negara-negara tujuan ekspor utama seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan ASEAN,” kata Hidayat.
Hidayat mengatakan, Indonesia masih memiliki banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kinerja pertumbuhan industri agar tetap tinggi, di antaranya potensi perbaikan ekonomi di Amerika dan Jepang pada akhir 2012.
Selain itu, besarnya pasar dalam negeri dengan jumlah kelas menengah mencapai 134 juta orang. “Pemerintah sedang mendorong adanya perusahaan pembuat mesin tekstil karena ada sekitar 500 pabrik yang membutuhkan mesin baru, melakukan restrukturisasi. Program restrukturisasi mesin yang sudah dilaksanakan sejak 2007 dan akan diteruskan untuk meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri,” ujarnya.
Meski tumbuh melambat, Menperin optimistis kinerja sektor industri pada 2012 akan tumbuh sesuai target yang ditetapkan sebesar 7,1% dengan kontribusi terbesar oleh industri alat angkutan dan mesin.
“Setelah mengalami pertumbuhan yang lambat pada tahun 2005-2009, sektor industri manufaktur kembali mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup berarti. Pada tahun lalu, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 6,83%, lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,46% dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak lima tahun terakhir,” katanya.
Cabang industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi, katanya, dikontribusikan oleh industri alat angkutan dan mesin. “Industri alat angkutan serta mesin dan peralatannya tumbuh 8,98%, industri makanan, minuman, dan tembakau tumbuh 7,03%, serta industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 6,92%,” ujarnya.
Sebuah Ironi
Perlambatan pertumbuhan industri manufaktur di semester I 2012 merupakan sebuah ironi. Indonesia diperkirakan memasuki fase industrial wave dunia seiring pelemahan manufaktur Jepang akibat gempa dan tsunami serta penurunan penetrasi manufaktur China. Seiring dengan itu, rebound pertumbuhan industri manufaktur nasional pada 2010 setelah terpuruk pada 2009 dan terus berlanjut pada 2011.
Kajian tim redaksi duniaindustri menunjukkan, penerapan tax holiday yang dijadwalkan berlaku tahun ini akan mendorong fase industrial wave (gelombang booming industri manufaktur yang mengarah pada masuknya investasi asing serta berkembangnya basis produksi di suatu negara). Indonesia pernah mengalami industrial wave saat Orde Lama dan Orde Baru dengan beberapa megaproyek industri yang mendorong investasi di sektor manufaktur.
Faktor eksternal seperti pelemahan manufaktur Jepang, terutama di sektor otomotif, alat berat, dan elektronik, tampaknya akan berlanjut pada relokasi basis produksi negara itu ke Indonesia. Sedangkan penurunan penetrasi manufaktur China juga disebabkan ketergantungan negeri itu kepada Jepang, serta penguatan nilai mata uang yuan terhadap dolar Amerika Serikat.
Di internal, lonjakan pertumbuhan industri manufaktur nasional dari 2,2% pada 2009 menjadi di atas 5% pada 2010 menunjukkan potensi yang besar, terutama bagi investor asing. Sejumlah principal raksasa dunia pun sudah menjajaki untuk membangun basis produksi di Indonesia, antara lan Pohang Steel Corp (baja), Hankook Corp (ban), Indorama Group (tekstil), Kuwait Petroleum (petrokimia).(Tim redaksi/01)