Duniaindustri.com (April 2020) – Makin luasnya dampak pandemi virus corona (covid-19) terhadap aktivitas bisnis di Indonesia membuat pelaku usaha wajib beradaptasi atau terpaksa tergilas kondisi. Apalagi diketahui sekitar 60% dari total perusahaan industri di Indonesia mengalami ekses negatif paling menderita (hard hit/hard suffer) akibat pandemi corona, menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Kemenperin telah mengelompokkan tiga kelas industri yang terdampak wabah corona di Indonesia, masing-masing industri yang paling terdampak (hard hit/suffer), kelas moderat dan kelas dengan demang yang tinggi. Meski banyak industri yang terkena dampak buruk dari wabah ini, namun ternyata terdapat beberapa industri yang justru memetik berkah dari wabah tersebut.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menerangkan, untuk kelas yang paling menderita (suffer) sebanyak 60 persen dari total industri dan 40 persennya kelas moderat dan demand tinggi. Beberapa contoh kelompok industri yang masuk dalam kelas suffer di antaranya adalah industri logam, industri otomotif, industri peralatan listrik, industri semen, keramik, industri pariwisata, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan lainnya. Sementara kelas yang moderat adalah industri petrokimia. Sedangkan kelas dengan demand tinggi industri kesehatan, farmasi dan makanan – minuman.
Dengan tiga kelas yang dikelompokkan tersebut, Agus menegaskan bahwa kelompok suffer adalah perusahaan industri yang harus paling mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Sebab selain banyak jumlahnya, kontribusi industri-industri tersebut terhadap PDB industri cukup besar.
“Industri TPT terpaksa memang kita masukkan dalam kategori suffer karena walalaupun sektor TPT dia bisa melakukan diversifikasi produk bahkan masih bisa ekspor, tetapi karena dalam data per hari ini sektor TPT telah merumahkan 1,5 juta karyawannya,” kata Agus Gumiwang dalam teleconference, Selasa (21/4).
Agus menambahkan dengan berbagai paket stimulus yang diberikan pemerintah khususnya dalam penanganan wabah corona ini diharapkan secara perlahan-lahan perusahaan industri yang masuk dalam kategori suffer dapat kembali bergairah. Namun begitu dari klasifikasi industri kecil, menengah dan besar, Agus memperkirakan apabila wabah corona ini tidak segera berakhir akan banyak sektor industri yang masuk dalam kategori industri kecil menengah (IKM) yang akan gulung tikar.
“Untuk perusahaan industri yang gulung tikar sedang kami data yang pasti IKM menjadi sektor yang paling suffer dan setelah covid lenyap maka IKM menjadi sektor yang mungkin terbanyak melakukan gulung tikar termasuk PHK dan perumahan karyawannya,” pungkas Agus.
Berdasarkan pemantauan Duniaindustri.com, memang terjadi perubahan besar dan drastis dalam iklim usaha di Indonesia sejak pandemi corona mulai menyerang. Perdagangan dan aktivitas industri yang dilakukan secara fisik paling terdampak mengingat adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan sejumlah daerah. Dan kondisi itu dihadapi sejumlah sentra industri, sementara di sisi lain market demand mulai menurun tajam seiring melemahnya aktivitas harian masyarakat.
Duniaindustri.com menggarisbawahi sejumlah kelompok industri yang masuk dalam kelas suffer di antaranya adalah industri logam, industri otomotif, industri peralatan listrik, industri semen, keramik, industri pariwisata, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan lainnya. Sementara kelas yang moderat adalah industri petrokimia. Sedangkan kelas dengan demand tinggi industri kesehatan, farmasi dan makanan-minuman. Industri farmasi dan turunannya serta industri makanan terutama makanan siap saji hingga frozen food.(*/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: