Duniaindustri.com (Juni 2020) – Momentum pemulihan sektor riil pasca pandemi Covid-19 mendapat angin segar. Suara pelaku industri yang memburu modal kerja untuk membangkitkan kembali usahanya didengar pemerintah dengan kucuran kredit.
Sebagai respons suara pelaku industri, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menempatkan dana pemerintah sebesar Rp30 triliun di bank-bank BUMN. Dana tersebut diharapkan bisa menjadi sumber pembiayaan untuk kembali menggerakkan roda sektor riil agar pulih dari dampak pandemi virus corona.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo sangat memperhatikan efektivitas penempatan dana pemerintah di bank umum. Penempatan dana tersebut harus betul-betul efektif menjadi sumber pembiayaan untuk kembali menggerakkan dunia usaha yang lesu akibat pandemi Covid-19.
“Untuk tahap ini, pemerintah akan menempatkan dana sebesar Rp30 triliun di bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara),” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/6).
Menkeu telah menyurati Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Dia menyampaikan pemerintah akan memindahkan dana milik pemerintah di BI ke bank-bank umum yang kuat dan sehat. Untuk tahap awal, dana tersebut akan ditempatkan di bank “pelat merah”.
“Bunga yang ditetapkan hanyalah 80% dari BI 7-Day Reverse Repo Rate. Diharapkan dengan bunga yang rendah, ini tidak membebani bank BUMN. Sehingga kalangan bank BUMN bisa menyalurkan kredit pada dunia usaha dengan suku bunga yang kompetitif,” jelas Sri Mulyani.
Secara umum, hanya ada dua larangan dalam hal penempatan dana pemerintah di bank umum. Pertama, larangan menggunakan dana tersebut untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN). Kedua adalah larangan menggunakan dana pemerintah untuk transaksi valuta asing.
Dengan demikian, diharapkan dana tersebut bisa menjadi tambahan likuiditas yang maksimal agar bank umum bisa menyalurkan kredit kepada dunia usaha. Menurut Sri Mulyani, Presiden Jokowi juga telah menugaskan Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengawasi efektivitas penggunaan dana pemerintah yang ditempatkan di bank BUMN. “Nanti akan ada evaluasi dari kami berdua. Setiap tiga bulan,” tutur Sri Mulyani.
Belum lama ini Kemenkeu menerbitkan beleid yang mengatur mekanisme penempatan uang negara di bank umum dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN), yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 70/PMK.05/2020.
Dari regulasi tersebut, otoritas fiskal meminta bank mitra yang dijadikan tempat penempatan uang negara harus memberikan remunerasi atau bunga kepada pemerintah. Selain remunerasi, dalam beleid ini pemerintah juga merinci kriteria bank yang nantinya akan dijadikan bank umum mitra.
Menanggapi kebijakan tersebut, Ketua Himbara sekaligus Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso menilai penempatan dana milik pemerintah sebesar Rp 30 triliun di bank BUMN adalah sebuah keistimewaan. “Tetapi ini mengandung konsekuensi, kami harus melalukan ekspansi kredit tiga kali lipat dari dana yang ditempatkan dalam waktu tiga bulan ke depan,” kata Sunarso dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan.
Menurut Sunarso, apabila memperoleh dana pemerintah Rp 10 triliun, maka BRI harus menggelontorkan ekspansi kredit sebanyak Rp 30 triliun dalam tiga bulan. Prioritas utama adalah UMKM baik yang berada di pedesaan, urban maupun suburban. Kebanyakan BRI akan menyasar ke UMKM yang bergerak di sektor pangan, logistik dan alat kesehatan. “Sebanyak 50% di pedesaan, 30% di perkotaan, sisanya di suburban. Kami sudah petakan wilayahnya,” ujar Sunarso.
Sedangkan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Royke Tumilaar, menjelaskan Bank Mandiri memperoleh alokasi Rp 10 triliun. Dari jumlah tersebut, mayoritas akan digunakan untuk melakukan ekspansi kredit ke sektor perdagangan dan industri pariwisata. “Terutama di daerah-daerah yang destinasi wisatanya sudah mulai dibuka,” ujar Royke.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05 & 07/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 185 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 185 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: