Duniaindustri.com (Desember 2016) – Jumlah miliuner di Indonesia diperkirakan bertumbuh pesat sebesar 13% menjadi 112.000 orang dengan total kekayaan sebesar USD 500 miliar pada 2016, menurut Credit Suisse Research Institute. Bahkan, jumlah individu dengan kekayaan bersih ultra tinggi (UHNW) bertambah signifikan sebanyak 25% menjadi 1.092 orang.
Credit Suisse Research Institute dalam Global Wealth Report tahunannya yang ketujuh, Selasa (29/11), melaporkan populasi miliuner di Indonesia diproyeksikan bertambah sebanyak 9,1% per tahun dan akan mencapai 173.000 di tahun 2021.
Sementara itu, jumlah miliuner sedunia bertambah 1,8% menjadi 33 juta pada 2016. Angka ini diperkirakan terus bertambah 6,5% per tahun menjadi 45 juta di tahun 2021. “Jumlah individu dengan kekayaan bersih ultra tinggi (yang memiliki lebih dari USD 50 juta) sedunia meningkat 3,9% dan diperkirakan akan mencapai 208.000, dari 141.000 di tahun 2016, dengan percepatan 8,1% per tahun,” kutip laporan Credit Suisse Research Institute yang diterima duniaindustri.com.
Di Asia Pasifik, jumlah miliuner akan bertambah lebih cepat sebanyak 10,3% menjadi 7,8 juta, dan akan naik sebanyak 7,8% per tahun dalam lima tahun ke depan menjadi 11,4 juta di tahun 2021. Jumlah individu dengan kekayaan bersih ultra tinggi di Asia Pasifik naik 8,8% menjadi 32.000 di tahun 2016. Sebanyak 11.000 di antaranya berada di Tiongkok yang mencatatkan pertambahan 100 kali lipat sejak tahun 2000. Kawasan ini diperkirakan akan mengalami pertambahan sebanyak 17.000 individu dengan kekayaan bersih super tinggi dalam lima tahun ke depan, mencapai jumlah total 49.000 – sebanyak 39% dari jumlah tersebut akan berasal dari Tiongkok (saat ini 34%).
Hasil riset Credit Suisse Research Institute menunjukkan kekayaan rumah tangga di Indonesia bertumbuh sebesar 6,4% pada 2016, mencapai USD 1,8 triliun. Menurut publikasi ini, pertumbuhan kekayaan global secara keseluruhan tetap terbatas pada 2016, melanjutkan tren yang bermula pada 2013 dan berbanding tajam dengan tingkat pertumbuhan dua-digit yang tercatat sebelum krisis finansial global 2008. Dalam jangka menengah, diperkirakan hanya akan terjadi percepatan yang moderat.
Bila ditilik dari mata uang domestik, krisis finansial global tidak berpengaruh besar pada kekayaan di Indonesia, yang sejak 2008 telah naik dengan laju tahunan rata-rata 5,9%. Kekayaan diproyeksikan meningkat sebesar 7,9% per tahun selama lima tahun berikutnya sehingga mencapai USD2,6 triliun pada 2021.
Kekayaan per orang dewasa dalam Rupiah juga telah meningkat enam kali lipat selama 2000-2016 (12,2% per tahun), sejalan dengan pertumbuhan kuat PDB per orang dewasa di Indonesia sebesar 12,3% antara tahun 2000 dan 2016.
Dari segi komposisi kekayaan, 88% aset bruto di Indonesia berupa aset riil, sedangkan utang pribadi tetap berada pada angka rendah 6%. Di Indonesia, 84% dari jumlah penduduk orang dewasa memiliki kurang dari USD10.000 – di atas angka rata-rata dunia yaitu 74%.
Jumlah kekayaan global di tahun 2016 meningkat tipis sebesar 1,4% atau sekitar USD3,5 triliun, dan mencapai total USD256 triliun. Peningkatan ini sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk dewasa di dunia. Terkait hal tersebut, rata-rata kekayaan penduduk dewasa di dunia tidak berubah dari nilai awalnya sebesar USD52.800. Meskipun total kekayaan global meningkat 3% jika dihitung dengan nilai tukar yang konstan, tingkat pertumbuhan mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Laporan ini menggarisbawahi dampak dari pelemahan nilai tukar yang mengakibatkan turunnya jumlah kekayaan di berbagai daerah kecuali Asia Pasifik. Selain itu, turunnya harga ekuitas dan kapitalisasi pasar juga berujung pada rendahnya kenaikan kekayaan finansial di tingkat rumah tangga. Dari perbandingan tiap negara, Jepang berhasil mencatat total kekayaan dengan jumlah pertumbuhan tertinggi sebanyak USD3,9 triliun menjadi USD24 triliun, diikuti oleh AS dengan tambahan USD1,7 triliun menjadi USD85 triliun. Inggris
mengalami penurunan kekayaan yang signifikan sebanyak USD1,5 triliun disebabkan oleh pemungutan suara Brexit yang memicu anjloknya harga saham dan nilai tukar.
Kekayaan Asia Pasifik naik 4,5% Asia Pasifik pada tahun 2016 mencatatkan kenaikan kekayaan sebesar 4,5% atau USD3,4 triliun menjadi hampir USD80 triliun. Hal ini disebabkan oleh ekspansi Jepang yang mencapai 19% berkat penguatan nilai tukar terhadap USD. Namun, jika dihitung menggunakan mata uang yen, tingkat kekayaan Jepang tidak banyak berubah; hal ini mencerminkan perlambatan pertumbuhan mereka dalam lima tahun terakhir.
Tiongkok dan India terkena dampak pelemahan nilai tukar sehingga tingkat kekayaan mereka turun 2,8% dan 0,8% masing-masing menjadi USD23 triliun dan USD3 triliun. Akan tetapi, jika dihitung menggunakan mata uang lokal, kekayaan Tiongkok dan India masingmasing justru meningkat sebesar 4,1% dan 5,1%. Dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki ukuran perekonomian relatif besar, Australia cenderung tidak mengalami banyak perubahan tingkat kekayaan, hanya sebesar 0,2%. Demikian pula dengan Korea Selatan yang hanya naik sebesar 1%.
Nilai kekayaan per orang dewasa di Asia Pasifik meningkat 2,9%, tertinggi dibandingkan kawasan lain. Di tingkat global, Swiss tetap merupakan negara terkaya dalam hal kekayaan per orang dewasa dengan nilai USD 562.000 di 2016, diikuti oleh Australia (USD 376.000), sedangkan Singapura berada di urutan ketujuh di antara negara ekonomi maju. Dari segi nilai median kekayaan, negara dengan tingkat kesenjangan yang rendah terus mencatatkan nilai median yang tinggi per orang dewasa.
Swiss dan Australia masih yang teratas di dunia dengan USD244.000 dan USD163.000. Sementara itu Jepang berada di urutan keenam di antara negara-negara Asia Pasifik dengan USD120.000, dan Singapura di peringkat sembilan dengan USD101.000.(*/press release/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: