Duniaindustri.com (September 2020) – Memulai bulan kesembilan tahun 2020, pandemi Covid-19 diyakini sedang mendaki puncak penyebaran virus di negeri ini. Berbagai kebijakan dan instruksi pemerintah berupaya untuk menangani dan meredam puncak kurva tersebut agar pandemi cepat berlalu. Seiring dengan itu, geliat iklim usaha yang tercermin dari Indeks manufaktur Indonesia alias Purchasing Managers Index (PMI) justru meningkat, menandakan upaya pemulihan setelah tujuh bulan dilanda efek pandemi.
Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus melaju ke titik tertinggi pada 29 Agustus 2020 sebesar 3.308 dalam sehari, melampui level tertinggi harian pada 29 Juni 2020 sebesar 2.657. Hal itu memicu kekhawatiran serangan gelombang kedua dari pandemi Covid-19, di tengah menguatnya harapan vaksin penyembuh.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprediksi puncak pandemi virus corona (covid-19) di Indonesia bakal terjadi pada kisaran Agustus – September 2020. Menyadari hal itu, dalam enam bulan terakhir pemerintahan Jokowi telah all out dan menginstruksikan seluruh jajaran menterinya untuk bekerja keras menangani dan mencegah penyebaran Covid-19.
Meski demikian, tren geliat industri manufaktur secara global mulai bergairah ditandai peningkatan indeks produksi dan pesanan baru. Indeks manufaktur Indonesia alias Purchasing Managers Index (PMI) dari IHS Markit naik menjadi 50,8 di Agustus 2020, membaik dari posisi Juli 2020 yang di level 46,9.
Menurut data survei PMI, perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan peningkatan yang solid baik dalam produksi maupun pesanan baru pada Agustus 2020, yang berkontribusi pada perbaikan pertama sejak Februari 2020. Kepercayaan bisnis juga naik ke level tertinggi sejak Mei 2019 karena perusahaan menyesuaikan diri dengan pelonggaran bertahap pembatasan sosial karena Covid-19.
Pabrik-pabrik di Eropa, Asia, dan Amerika Utara terus melepaskan diri dari kesuraman virus Covid-19. Kondisi itu mendorong perekonomian global mulai bangkit dari tekanan penurunan yang dipicu oleh krisis kesehatan, sebagian berkat program stimulus fiskal dan moneter besar-besaran.
Pengukuran aktivitas manufaktur global periode Agustus oleh J.P. Morgan memperlihatkan kenaikan ke level tertinggi 21 bulan sebesar 51,8, dari 50,6 pada Juli lalu, bulan kedua berturut-turut di atas angka netral 50. Survei yang memperlihatkan adanya ekspansi aktivitas manufaktur, akan mengurangai tekanan pada pembuat kebijakan sehingga dapat mengambil langkah yang lebih berani guna mencegah resesi yang lebih dalam.
Banyak analis memperkirakan proses pemulihan akan berombak, akibat gelombang baru infeksi virus sehingga mengekang aktivitas bisnis dan mencegah beberapa negara untuk membuka perekonomiannya secara penuh. Sejumlah analis mengatakan, kekhawatiran akan bangkitnya kembali infeksi di beberapa negara dapat membuat perusahaan enggan meningkatkan belanja modal sehingga menunda rebound yang berkelanjutan.
Di Amerika Serikat, indeks PMI sektor manufaktur versi The Institute for Supply Management naik menjadi 56 pada Agustus – tertinggi sejak November 2018 – dari 54,2 di bulan Juli. Kenaikan dipimpin oleh lonjakan pesanan barang baru ke posisi tertinggi dalam lebih dari 16 tahun.
Sementara itu aktivitas manufaktur zona euro, tetap pada jalur pemulihan pada Agustus lalu, namun para manajer pabrik masih khawatir untuk melakukan investasi dan perekrutan pekerja saat pandemi berlanjut. Output manufaktur, yang tidak mengalami penurunan tajam seperti industri jasa selama lockdown virus korona, meningkat untuk dua bulan berturut-turut.
Indeks PMI manufaktur akhir zona euro versi IHS Markit turun menjadi 51,7 pada bulan Agustus, dari 51,8 di Juli, sejalan dengan pembacaan singkat sebelumnya yang berada di level ekspansi di atas 50
“Dengan meningkatnya kekhawatiran tentang resesi ganda dan kasus virus yang meningkat di seluruh Eropa, indeks PMI – terutama di sisi jasa – memberikan alasan untuk mengkhawatirkan kecepatan pemulihan dan mungkin bahkan pembalikan pertumbuhan output.”
Pemulihan pabrikan Jerman dari tindakan penguncian pada bulan lalu berlanjut, tetapi aktivitas di Prancis tergelincir kembali ke wilayah kontraksi karena masih bergulat dengan penurunan aktivitas bisnis yang disebabkan oleh pandemi.
Sebaliknya, aktivitas manufaktur di China pada Agustus lalu, meningkat dengan laju tercepat dalam hampir satu dekade. Hasil sebuah survei swasta yang dirilis Selasa kemarin, menunjukkan bahwa pabrikan meningkatkan produksi untuk memenuhi lonjakan permintaan, menunjukkan. Pesanan ekspor baru juga naik untuk pertama kalinya tahun ini.
Temuan optimis tersebut kontras dengan hasil survei resmi sehari sebelumnya, yang menunjukkan bahwa aktivitas pabrikan di China pada periode Agustus tumbuh pada kecepatan yang sedikit lebih lambat dari bulan sebelumnya.
Indeks PMI Caixin/Markit China naik menjadi 53,1 pada Agustus dari 52,8 Juli, menandai tingkat ekspansi terbesar sejak Januari 2011.
Sementara itu, Jepang dan Korea Selatan sama-sama mengalami kontraksi produksi pabrikan dengan laju paling lambat dalam enam bulan. Kondisi tersebut memperkuat ekspektasi bahwa mesin ekspor di kawasan Asia itu telah melewati masa yang terburuk dari jatuhnya permintaan, setelah virus melanda.
Meskipun ekspor Korea Selatan turun selama enam bulan berturut-turut di Agustus, data perdagangan – yang pertama kali dilaporkan di antara negara-negara pengekspor utama – mengisyaratkan pemulihan bertahap dalam permintaan global.
Namun, imbasnya ke bagian lain Asia masih tidak merata. Meskipun aktivitas manufaktur di Taiwan dan Indonesia meningkat, namun justru meluncur turun di Filipina, Vietnam, dan Malaysia.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08 & 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 195 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 195 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: