Duniaindustri.com (Agustus 2014) – PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menguasai 12% pangsa pasar farmasi di Indonesia dan menjadi market leader di sektor ini. Perseroan menilai pasar farmasi di Indonesia sangat berpotensi. Pasar farmasi di Indonesia totalnya sebesar Rp53,8 triliun pada 2013 dan diprediksi akan meningkat menjadi Rp60 triliun di 2014.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan, dari total pangsa pasar farmasi di Indonesia, pangsa pasar yang dikuasai Kalbe Farma baru mencapai 12 persen.
“Pangsa pasar Kalbe itu 12 persen dari pasar farmasi di 2013 yang sebesar Rp53,8 triliun, dan diprediksi akan mencapai Rp59 triliun-Rp60 triliun,” kata Vidjongtius.
Vidjongtius menuturkan, Kalbe Farma memiliki empat divisi usaha. Di mana pertama divisi obat resep dengan pertumbuhan sebesar 25 persen, yang kedua divisi obat kesehatan dengan pertumbuhan sebesar 17 persen.
Sedangkan divisi yang ketiga, yaitu divisi nutrisi mampu tumbuh sebesar 26 persen, dan divisi yang terakhir adalah divisi distribusi dan logistik yang hanya tumbuh 4,1 persen. “Kenapa yang distribusi dan logistik tumbuh kecil, karena yang distribusi logistik itu bukan produk Kalbe, melainkan sebagai pelayan produk pihak ketiga,” tambahnya.
Kalbe Farma, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp1 triliun guna melakukan pengembangan bisnis pada tahun ini.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Vidjongtius menuturkan beberapa rencana ekspansi yang disiapkan perseroan mulai dari pembangunan dua pabrik baru, penambahan kapasitas produksi pabrik, hingga ekspor ke sejumlah negara. “Seluruh dana berasal dari kas internal. Perusahaan masih memiliki kas internal yang cukup kuat untuk membiayai itu,” katanya.
Dia menjelaskan Kalbe berencana membangun dua pabrik susu dengan kisaran investasi Rp350 miliar hingga Rp450 miliar. Dua pabrik itu akan dibangun di Sukabumi dan Cikampek, Karawang, Jawa Barat pada awal tahun ini.
Pabrik di Cikampek akan memproduksi susu bubuk dengan kisaran investasi Rp200 miliar—Rp300 miliar di atas lahan 5 hektare. Sementara itu, pabrik di Sukabumi akan memproduksi produk susu cair dengan total investasi Rp150 miliar. Langkah itu merupakan kelanjutan dari penandatanganan perjanjian usaha patungan dengan PT Milko Beverage Industry (Milko) untuk mendirikan perusahaan patungan bernama PT Kalbe Milko Indonesia yang bergerak di bidang manufaktur produk nutrisi.
Dalam perusahaan patungan itu, Kalbe memiliki 51% saham, sedangkan 49% sisanya dimiliki Milko. Perusahaan patungan ini telah membangun pabrik dengan nilai investasi Rp100 miliar–Rp150 miliar yang akan memperkuat fasilitas produksi produk nutrisi untuk mendukung pertumbuhan penjualan. Kedua pabrik itu, ujar Vidjongtius, diharapkan rampung pada 2015. “Pembangunan pabrik itu diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi dari 12.000 ton menjadi 24.000 ton per tahun.”
Kalbe Farma menargetkan omzet 2014 bisa tumbuh sekitar 15%-18% pada 2014, didukung oleh ekspansi dan penjualan produk baru dari empat lini bisnis. Direktur Utama Kalbe Farma Irawati Setiady menyampaikan perseroan akan melakukan pengembangan usaha lebih agresif. Ekspansi organik akan dilakukan melalui penambahan melebihi 20 produk baru dari keempat lini bisnis perseroan, yakni farma, nutrisi, consumer health, dan beverage.
“Target pendapatan secara keseluruhan diharapkan naik 15%-18% pada tahun ini. Akan banyak penambahan produk lagi tahun ini, tapi harus sesuai regulasinya dulu, ” ujarnya.
Selain itu, Kalbe juga membuka peluang pengembangan usaha anorganik melalui akuisisi atau penggabungan usaha atas produk tertentu. “Untuk akuisisi kami tetap membuka kesempatan, tidak menutup diri. Semua dilihat apakah sesuai dengan strategi dan pertimbangan lain,” katanya.
Menurut Ira, emiten berkode saham KLBF itu berambisi meningkatkan porsi penjualan luar negeri atau ekspor mencapai 10% dari porsi saat ini yang hanya 4% pada tahun-tahun mendatang. Upayanya, dengan terus menggarap pasar baru seperti Filipina, Myanmar, dan Vietnam. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Ongkie Tedjasurja menambahkan perseroan meresmikan pabrik pembuatan obat kanker atau oncology di kawasan Pulo Gadung, Jakarta.
Dengan adanya pabrik pembuatan obat kanker pertama di Indonesia itu, diharapkan dapat mengurangi porsi impor barang jadi. Selain itu, dapat pula memenuhi kebutuhan obat-obatan kanker di dalam negeri dengan harga terjangkau melalui produksi mandiri.
Kalbe Farma telah meresmikan beroperasinya fasilitas pabrik obat kanker baru di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta dengan investasi sebesar Rp500 miliar, dengan kapasitas produksi 55 juta unit obat per tahun. Pabrik baru yang dikelola oleh anak perusahan Kalbe, PT Dankos Farma ini, didirikan di atas tanah 1.800 meter persegi, dengan bangunan seluas 3.800 meter persegi.
Irawati Setiady, Presdir Kalbe, mengatakan selain pabrik obat onkologi, dua fasilitas lainnya yang diresmikan di tempat ini. Yaitu perluasan unit produksi injeksi non betalaktam, dan Kalbe Learning Center.(*/berbagai sumber/AND)