Duniaindustri.com (Oktober 2024) — Penurunan keyakinan konsumen (Indeks Keyakinan Konsumen/IKK) yang dicatat oleh Bank Indonesia baru-baru ini patut menjadi perhatian serius. Pada September 2024, IKK berada di level 123,5, turun tipis dari 124,4 pada Agustus. Meski terlihat kecil, penurunan ini, jika berlanjut, dapat memberikan sinyal negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang ditargetkan mencapai 5%.
Terlebih lagi, kinerja penjualan eceran yang menurun 2,5% pada bulan yang sama menunjukkan bahwa konsumen mulai menahan pengeluaran mereka. Di tengah situasi ini, muncul sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab untuk memahami implikasi lebih lanjut dari fenomena tersebut.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) adalah salah satu indikator penting yang mencerminkan tingkat optimisme atau pesimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi. Ketika IKK mengalami penurunan, ini berarti konsumen mulai merasa kurang yakin terhadap prospek ekonomi saat ini dan masa depan.
“Keyakinan ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat inflasi, prospek lapangan kerja, pendapatan rumah tangga, dan stabilitas harga barang kebutuhan pokok. Penurunan IKK juga mengindikasikan adanya kekhawatiran di kalangan konsumen terhadap situasi ekonomi yang mungkin sedang tidak stabil. Dalam hal ini, konsumen cenderung menahan pengeluaran mereka, mengurangi konsumsi, atau menunda pembelian barang-barang yang tidak mendesak,” kata Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta) dalam keterangan tertulis.
Dalam jangka panjang, penurunan konsumsi rumah tangga dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB).
Untuk mengatasi tantangan ini, lanjut dia, pemerintah dapat mengambil sejumlah langkah strategis yang bertujuan meningkatkan daya beli masyarakat dan mengembalikan keyakinan konsumen. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah memberikan stimulus fiskal berupa subsidi langsung kepada kelompok masyarakat yang paling terdampak, terutama pada barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan dan energi.
Selain itu, pemerintah juga bisa memperkuat program padat karya untuk menciptakan lapangan kerja baru, sehingga pendapatan rumah tangga meningkat dan konsumsi dapat kembali tumbuh. Kebijakan moneter yang akomodatif dari Bank Indonesia juga bisa menjadi faktor pendukung, misalnya dengan menurunkan suku bunga guna mendorong pinjaman dan investasi.
Di sisi lain, pemerintah perlu menjaga stabilitas harga dan mengurangi ketidakpastian dengan memperkuat koordinasi antar sektor dan mempercepat proyek-proyek ekonomi strategis. Dengan kombinasi stimulus fiskal, moneter, dan kebijakan ekonomi yang tepat, pemerintah dapat membantu memperbaiki situasi dan mendorong pemulihan konsumsi domestik, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan menurut analisis tim Duniaindustri.com, September 2024 merupakan titik terendah market demand di pasar lokal, mengingat kuartal IV cenderung belanja pemerintah akan lebih meningkat. Di sisi lain, factor deflasi beruntun hingga September 2024 juga telah dilakukan penyesuaian oleh konsumen.
“Dengan karakteristik dan kekuatan ekonomi domestic Indonesia yang unik, tim Duniaindustri.com menilai market demand di pasar lokal sedang menuju titik equilibrium baru di mana kuartal III 2024 menjadi titik terendah. Setelah ini market demand akan secara bertahap naik,” tulisnya.
Perlu dicatat, lanjut analisis tim Duniaindustri.com, efek pemerintahan baru di Oktober 2024 serta awal 2025 bisa menjadi titik balik pemulihan market demand, jika didorong dengan stimulus yang tepat. Di sisi lain penurunan suku bunga acuan juga akan ikut mendorong pemulihan market demand di 2025.(*/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 296 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 296 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: