Duniaindustri.com (September 2015) – Philip Morris International Inc, perusahaan raksasa asal Amerika Serikat, menargetkan raihan dana sekitar US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 20,16 triliun (kurs Rp 14.400) dengan menjual sahamnya di PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Mengutip The Wall Street Journal, Philip Morris yang berbasis di New York akan memulai penerimaan pesanan dari investor institusi atau ritel atas penjualan saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) pada Senin (21/9).
Menurut sumber media tersebut, Philip Morris menjual sahamnya melalui rights issue dengan penawaran harga Rp65.000-Rp77.000 per saham. Penjualan saham ini akan memungkinkan Philip Morris memenuhi regulasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mewajibkan semua emiten setidaknya melepas 7,5 persen sahamnya ke publik. Saat ini Philip Morris memegang 98,2 persen saham di HM Sampoerna, dengan kapitalisasi market sekitar US$ 23,6 miliar, perusahaan dengan aset terbesar di Indonesia.
Hampir 45% saham yang ditawarkan sudah diambil investor jangkar, yang mayoritas adalah investor asing dan investor domestik dengan pendanaan jangka panjang, menurut sumber The Wall Street Journal. Goldman Sachs Group Inc, Credit Suisse Group AG, Citibank Inc, JP Morgan, dan Mandiri Sekuritas menjadi pengelola dan transaksi ini.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), produsen rokok terbesar di negeri ini yang dikuasai Philip Morris Inc, menggalang dana dari rights issue (penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu/HMETD) hingga sebesar Rp 26,7 triliun. Perseroan akan melepas sebanyak 269,72 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 63-99 ribu per saham.
Setiap 65 pemegang saham lama berhak atas 4 HMETD. Setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak 1 saham baru. “Rights issue ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat jumlah saham beredar di publik menjadi 7,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh,” ungkap manajemen dalam prospektus.
Saat ini, PT Philip Morris Indonesia menjadi pemegang saham terbesar perseroan dengan kepemilikan 430,31 miliar saham (98,18 persen), sedangkan investor publik 7,98 miliar saham (1,82 persen).
Apabila Philip Morris tidak melaksanakan seluruh haknya dalam aksi rights issue ini, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya. Pemegang saham lama yang tidak menyerap rights issue akan terdilusi maksimum 5,8 persen. Namun, jika Philip Morris mengeksekusi haknya, maka struktur kepemilikan saham tidak akan mengalami perubahan.
“Dana yang diperoleh dari rights issue ini akan digunakan seluruhnya untuk keperluan perseroan secara umum, modal kerja, termasuk pembayaran fasilitas pinjaman modal kerja,” tulis manajemen.
Hingga 30 Juni 2015, HM Sampoerna memiliki total liabilitas Rp 14,42 triliun. Nilai tersebut terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 12,9 triliun, dan liabilitas jangka panjang Rp 1,51 triliun.
HM Sampoerna menargetkan pernyataan efektif pendaftaran penawaran rights issue dan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 September. Lalu, perdagangan saham terakhir saham dengan HMETD (cum right) di pasar reguler dan negosiasi pada 28 September, dan pasar tunai 1 Oktober.
Sementara itu, perdagangan saham tanpa HMETD akan dimulai di pasar reguler dan negosiasi pada 29 September dan pasar tunai 2 Oktober. Perseroan menjadwalkan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia pada 5 Oktober. Periode perdagangan HMETD akan digelar pada 5-9 Oktober.
Perseroan menunjuk PT Sirca Datapro Perdana sebagai pelaksana pengelola administrasi saham dan sebagai agen pelaksana PUT.
Tahun ini, HM Sampoerna mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1,11 triliun, turun dari realisasi capex tahun lalu Rp 1,57 triliun. Adapun capex tahun ini akan diserap untuk aset tetap yang berkaitan dengan fasilitas manufaktur perseroan. Sampai semester I-2015, perseroan telah menyerap capex Rp 481,8 miliar.
“Belanja modal aktual perseroan dapat berbeda dari jumlah yang ditargetkan. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rencana bisnis, kinerja keuangan, kondisi pasar, prospek kondisi bisnis di masa mendatang, dan perubahan peraturan pemerintah,” kata manajeman.
Sepanjang semester I-2015, HM Sampoerna membukukan penjualan bersih Rp 43,74 triliun, naik 11,9 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp 39,09 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih perseroan tercatat Rp 5,01 triliun, turun tipis dari Rp 5,03 triliun.
Belum lama ini, RUPSLB perseroan menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 4,52 triliun. Nilai dividen yang dibagikan tersebut setara Rp 1.033 per saham. Pembagian dividen ini berasal dari laba ditahan perseroan selama 15 tahun dari 1999 sampai 2014.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: