Latest News
You are here: Home | Otomotif | Laporan Bank Dunia, Bridgestone Hentikan Satu Lini Produksi
Laporan Bank Dunia, Bridgestone Hentikan Satu Lini Produksi

Laporan Bank Dunia, Bridgestone Hentikan Satu Lini Produksi

Duniaindustri.com (September 2019) — Bridgestone menghentikan produksi satu lini produksi karena Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan tak mampu memutuskan apakah impor ban vulkanisir membutuhkan surat rekomendasi atau tidak, menurut laporan Bank Dunia. Kerancuan regulasi ini berimbas terhadap Bridgestone.

Selain itu, dalam laporan Bank Dunia, sejak 2016 Kementerian Perindustrian mewajibkan impor baja tabung dan casing (steel tubing and casing) yang digunakan untuk eksplorasi minyak dan pertambangan, mesti mengantongi surat persetujuan dari masing-masing produksi domestik bahwa mereka tidak mampu memasok produk tersebut.

Hal itu terungkap dalam Laporan Bank Dunia tentang ‘Global Economic and Implications for Indonesia’ yang dirilis September 2019 halaman 13. Materi paparan Bank Dunia itu beredar luas di publik. Materi laporan itu disebut telah dipresentasikan di depan Presiden Joko Widodo dalam pertemuan 2 September 2019.

Bridgestone merupakan prinsipal produsen ban serta konglomerasi karet asal Jepang yang didirikan pada 1931 oleh Shojiro Ishibashi. Perusahaan ini adalah produsen ban kedua terbesar di dunia, setelah Michelin, dan produsen ban terbesar di Jepang. Kini Bridgestone menjadi pemasok utama ban untuk tim Formula Satu.

Di Indonesia, Bridgestone memiliki entitas usaha yakni PT Bridgestone Tire Indonesia (BTI). Saat ini, BTI memiliki pabrik di Bekasi, Jawa Barat, yang memproduksi ban bias, ban dalam, dan flap dengan kapasitas produksi 14 ribu unit ban per hari. Jumlah karyawan pabrik ini mencapai 1.759. BTI juga memiliki pabrik di Karawang, Jawa Barat, yang memproduksi ban radial mobil penumpang untuk pasar ekspor dan domestik berkapasitas 27.500 unit per hari. Jumlah karyawan di pabrik ini mencapai 1.656 orang.

Di sisi lain, Bank Dunia dalam materi laporannya menyimpulkan bahwa Indonesia tidak bisa mengekspor mobil listrik sebab bukan bagian rantai pasokan otomotif global. Dicontohkan pada mobil listrik Tesla Model X yang populer di Amerika Serikat, tidak ada satupun komponennya berasal dari produsen komponen di Indonesia.

Menurut Bank Dunia ada empat hal penyebab Indonesia terputus dari rantai pasokan komponen manufaktur otomotif dunia. Pertama, impor untuk memproduksi produk ekspor dinilai mahal, terlalu lama, dan tergantung ‘kebijakan non-tarif’. Bank Dunia menyoroti kebijakan pre-shipment inspections di pelabuhan pada produk impor seperti baja dan ban, rekomendasi impor dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang mengontrol barang impor, dan penyesuaian Standar Nasional Indonesia yang dikatakan sebagai verifikasi pihak ketiga.

Ekspor juga disebut akan tidak kompetitif sebab sebagian besar produk impor kena pajak impor seperti 15 persen pada ban. Bank Dunia juga menyebut Indonesia tidak memiliki banyak Sumber Daya Manusia (SDM) seperti insinyur manufaktur dan insinyur desain.

Bank Dunia menilai pemerintah Indonesia fokus pada Current Account Deficit (CAD) sedangkan solusi yang dikatakan seharusnya dilakukan mengacu pada Foreign Direct Invesment (FDI). Selain itu disinggung juga tentang kelistrikan di Indonesia yang mahal dan tidak bisa lebih diandalkan ketimbang negara tetangga.

Diskresi kebijakan dari kementerian pun dinilai menjadi masalah besar buat ekspor dari Indonesia. Diungkapkan, surat rekomendasi impor dari Kemenperin seharusnya menghabiskan waktu lima hari namun disebut bisa sampai 3-6 bulan, bahkan lebih.

Dalam laporan tersebut, Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian suram, setidaknya hingga 2022. Pelemahan tersebut tak lepas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China dan memanasnya tensi geopolitik di sejumlah kawasan.

Pada 2020, ekonomi Indonesia diprediksi hanya mampu terangkat 4,9 persen atau di bawah target Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, 5,3 persen. Bahkan, laju perekonomian RI ditaksir bakal tertekan ke level 4,6 persen pada 2022.

Bank Dunia mengingatkan jika pertumbuhan ekonomi China merosot 1 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal merosot sekitar 0,3 persen. Pada resesi 2009 lalu, pertumbuhan ekonomi global turun 6,2 persen dari 2007. Di saat yang sama harga komoditas anjlok sehingga pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia melambat sebesar 1,7 persen.

Pelemahan ekonomi domestik juga diperparah oleh produktivitas Indonesia yang rendah serta perlambatan pertumbuhan angkatan kerja. Selain perlambatan pertumbuhan ekonomi, risiko peningkatan aliran modal yang keluar (capital outflow) juga membayangi Indonesia. (*/berbagai sumber/tim redaksi 05 & 07/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 171 database, klik di sini

** Butuh competitor intelligence, klik di sini

*** Butuh copywriter specialist, klik di sini

**** Butuh content provider (branding online), klik di sini

***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 171 database, klik di sini
  • Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik
Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2014-2020 (Top 10 Perusahaan Kosmetik & Market Analysis)
Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil)

Pemasok alkes berkualitas dan termurah:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top