Duniaindustri (Oktober 2011) – Lafarge SA, produsen semen terbesar di Indonesia, melalui anak usahanya PT Lafarge Cement Indonesia tengah merancang investasi di Langkat, Sumatera Utara. Rencananya, Lafarge akan membangun pabrik semen dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun di Langkat.
Rencana itu pernah disampaikan manajemen Lafarge kepada Menteri Perindustrian MS Hidayat. Lafarge sedang mengadakan feasibility study termasuk kajian analisis dampak lingkungan pembangunan pabrik semen. “Mereka punya rencana bangun pabrik di Jawa Timur dan Sumatera Utara. Pemerintah arahkan mereka ke luar Pulau Jawa,” ujar Menperin.
Lafarge SA saat ini menguasai mayoritas saham PT Semen Andalas Indonesia, yang sempat hancur diterjang tsunami pada 2004. Lafarge kemudian menggelontorkan investasi sekitar US$ 350 juta-US$ 300 juta untuk merekontruksi pabrik Semen Andalas di Aceh.
Rencana investasi sejumlah perusahaan semen di Sumatera itu dipicu besarnya pasar semen di Indonesia. Berdasarkan perhitungan duniaindustri.com, pasar semen di Indonesia pada 2011 ditaksir mencapai Rp 43 triliun. Angka itu meningkat 5,6% dibandingkan pasar semen Indonesia pada 2010 yang mencapai Rp 40,7 triliun.
Nilai pasar semen di Indonesia dibuat berdasarkan perhitungan tim redaksi duniaindustri dengan mempertimbangkan volume penjualan semen dikalikan harga rata-rata per sak semen yang berisi 50 kilogram. Satu ton semen setara dengan 20 sak berisi 50 kilogram semen. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan, penjualan semen di Indonesia 2010 sebanyak 40,7 juta ton atau meningkat 6% dari tahun 2009 sebesar 38,4 juta ton.
Menperin menerangkan saat ini terdapat sembilan produsen semen di Indonesia dengan kapasitas terpasang 52 juta ton per tahun. Pada tahun 2010, produksi semen di Indonesia mencapai 40,7 juta ton. Pertumbuhan konsumsi semen di dalam negeri sendiri mencapai 7% hingga 10% per tahun. Pada 2015, konsumsi semen nasional diperkirakan mencapai 55 juta ton.
Vice Presiden CSR and Communications PT Lafarge Cement Indonesia Nuke Prabandari mengakui pihaknya sedang dalam tahap pengurusan berbagai hal perizinan. “Harusnya prosesnya perizinanan dan lain-lain sudah berjalan, tetapi hingga dewasa ini belum juga karena manajemen terfokus pada perbaikan dan pembangunan pabrik semen di Lho Ngah Aceh pascatsunami,” katanya.(Tim redaksi 02)