Duniaindustri.com (Juli 2016) – PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), emiten consumer goods yang menjadi pemegang pangsa pasar terbesar sejumlah produk konsumen, mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 12,3% pada semester I 2016 menjadi Rp3,29 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,93 triliun. Menurut laporan keuangan perseroan, kenaikan laba bersih itu ditopang pertumbuhan penjualan dan efisiensi.
Penjualan Unilever tercatat tumbuh 10,32% menjadi Rp20,74 triliun dari posisi sebelumnya sebesar Rp18,8 triliun. Penjualan dalam negeri naik menjadi Rp19,67 triliun dari sebelumnya 17,89 triliun. Sedangkan, penjualan ekspor meningkat dari sebelumnya sebesar Rp907 miliar menjadi Rp1,07 triliun.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) merupakan produsen barang-barang konsumsi yang sifatnya fast moving consumer goods (FMCG), atau produk yang sifatnya cepat habis, seperti produk perawatan tubuh, produk perawatan rumah tangga, dan makanan.
Saat ini Unilever Indonesia menguasai 39 merek produk consumer goods untuk 14 kategori produk. Dari jumlah tersebut 71% merupakan produk home and personal care (seperti Rinso, Domestos, Molto, Surf, Vixal, Wipol, Lux, Rexona, Lifebuoy, Sunsilk, Ponds, Dove, Tresemme, Pepsodent, Axe, Clear, Vaseline, Citra, Closeup, Zwitsal), sedangkan 21% merupakan produk foods and refreshment (seperti Sariwangi, Bango, Blueband, Royco, Buavita, Walls, Lipton, Magnum, Cornetto, Paddlepop, Feast, Populaire, dan Viennetta).
Perusahaan mengklaim produk-produknya tersedia di 1 juta toko/gerai dan setiap rumah di Indonesia sedikitnya menggunakan satu produk Unilever. Di 12 kategori produk consumer goods, merek yang diusung Unilever mendominasi pasar Indonesia. Di kategori skin care, hair care, skin cleansing, deodorants, oral care, dish wash liquid, fabrication condition, savoury, tea, spread, ice cream, merek Unilver menduduki peringkat pertama di pangsa pasar Indonesia. Hanya di kategori fabrication clean, merek/produk Unilever menempati posisi pangsa pasar kedua.
Duniaindustri.com menilai pertumbuhan penjualan dan laba bersih Unilever Indonesia di semester I 2016 menjadi prestasi yang cukup gemilang di tengah perlambatan perekonomian serta pelemahan daya beli. Hal ini mengindikasikan permintaan produk-produk consumer mulai rebound. Padahal sebelumnya, permintaan produk consumer goods melambat.
Pelemahan Permintaan
Permintaan produk consumer goods per Februari 2016 anjlok 9,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, mengindikasikan konsumen masih tetap menahan pembelian. Menurut analisis lembaga riset Kantar Wordpanel Indonesia, volume penjualan consumer goods turun 9,6%, sementara secara nilai anjlok 6,3%, meski harga per unit naik 4%.
Pasar produk consumer goods pada 12 minggu hingga akhir Februari 2016 belum mampu bangkit, seiring perlambatan ekonomi nasional yang memukul daya beli konsumen. Pelemahan demand produk consumer goods secara volume menjadi yang terburuk dalam delapan kuartal terakhir, menandakan tekanan berat bagi produsen.
Penjualan produk makanan anjlok 15,2% secara volume dan turun 7,9% secara nilai per akhir Februari 2016. Demikian juga produk dairy yang melemah 4,2% secara volume dan turun 4,5% secara nilai. Penjualan produk minuman juga turun 6,3% secara volume, dan anjlok 8% secara nilai. Penjualan produk home care turun 7,1% secara nilai dan anjlok 4,4% secara nilai. Penjualan produk personal care turun 7,5% secara volume dan anjlok 4,3% secara nilai.
Seluruh kategori produk consumer goods menderita pertumbuhan negatif per Februari 2016 mengindikasikan tekanan berat dialami daya beli konsumen. Tren negatif ini mesti diwaspadai oleh seluruh produsen consumer goods agar tidak terjebak pada kemerosotan penjualan yang berimplikasi negatif terhadap cash flow perusahaan.
Dilihat dari tren makro ekonomi, inflasi pada Februari 2016 naik menjadi 4,42% dari inflasi Januari sebesar 4,14%. Perekonomian Indonesia tumbuh 5,04% pada kuartal IV 2015, sedikit di atas ekspektasi 4,91%. Sementara nilai mata uang rupiah menguat sekitar 3% pada Februari 2016 di level Rp 13.583/US$ dibanding bulan sebelumnya.
Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.
Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%. Namun, tekanan berat yang dihadapi konsumen mengubah tren pasar pada 2015-2016.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: