Latest News
You are here: Home | Kimia | Laba Bersih Pertamina Turun 23,64% Menjadi Rp 13,8 Triliun
Laba Bersih Pertamina Turun 23,64% Menjadi Rp 13,8 Triliun

Laba Bersih Pertamina Turun 23,64% Menjadi Rp 13,8 Triliun

Duniaindustri.com (Oktober 2014) – PT Pertamina (Persero), BUMN migas terbesar di Indonesia, membukukan laba bersih di semester I 2014 turun 23,64% dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perseroan hingga Juni 2014 US$ 1,13 miliar atau Rp 13,82 triliun (kurs Rp12.2015 per US$) turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,48 miliar.

Dalam laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan, meskipun laba turun, namun penjualan dan pendapatan usaha perseroan naik. Tercatat untuk periode Juni 2014, sebesar US$ 36,73 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya di 2013 sebesar US$ 34,64 miliar.

Penurunan pada laba dikarenakan terjadi peningkatan pada beban pokok penjualan dan biaya langsung lainnya yang tercatat naik menjadi US$ 33,23 miliar pada periode Juni 2014, dibandingkan dengan periode 2013 sebesar US$ 31,20 miliar.

Sementara itu, jumlah liabilitas perseroan hingga periode Juni 2014 tercatat sebesar US$ 34,18 miliar atau naik dibandingkan dengan periode Desember 2013 sebesar US$ 32,05 miliar. Jumlah ekuitas perseroan naik US$ 17,72 miliar pada Juni 2014 atau naik dibandingkan dengan Desember 2013 sebesar US$ 17,28 miliar.

Jumlah aset perseroan pada periode Juni 2014 sebesar US$ 51,91 miliar atau naik dibandingkan dengan periode Desember 2013 sebesar US$ 49,34 miliar.

Dari puluhan ribu perusahaan di Indonesia, ternyata hanya 10 perusahaan skala raksasa yang mampu membukukan pendapatan di atas Rp 50 triliun. Duniaindustri.com mengolah berbagai sumber antara lain laporan keuangan untuk menemukan 10 perusahaan raksasa tersebut.

Kesepuluh perusahaan tersebut merupakan pemimpin pasar di sektor industri tertentu sehingga mampu menghasilkan nilai pendapatan yang fantastis. Rata-rata pendapatan kesepuluh perusahaan itu naik double digit ditopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil (5,78% pada 2013), kenaikan konsumen kelas menengah, serta peningkatan APBN.

Di urutan pertama, PT Pertamina (Persero), BUMN migas terbesar di Indonesia menorehkan pendapatan sebesar Rp 665 triliun (US$ 65,22 miliar) pada 2013, naik 26% dari tahun sebelumnya Rp 528 triliun. Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan laba bersih Pertamina di 2013 ditargetkan mencapai US$ 3,05 miliar atau sekitar Rp 31,1 triliun.

Pada 2014, Pertamina menargetkan pendapatan (omzet) senilai US$ 79 miliar atau setara dengan Rp 830 triliun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dolar Rp 10.500/US$. Angka pendapatan tersebut lebih tinggi sekitar 6% dibandingkan dengan prognosa pendapatan 2013. Selain itu, target laba bersih Pertamina 2014 sebesar US$ 3,44 miliar atau kurang lebih Rp 36,12 triliun.

Di urutan kedua, masih ditempati BUMN listrik yakni PT PLN (Persero) yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp 257,4 triliun pada 2013. Jumlah ini meningkat 10,6% dibandingkan pendapatan 2012 sebesar Rp 232,7 triliun. Manager Senior Komunikasi Korporat PLN Bambang Dwiyanto menerangkan, peningkatan pendapatan ini ditopang dari kenaikan volume penjualan listrik dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang berlaku bertahap sejak Januari 2013. Dia meyakini kenaikan volume ini disebabkan pertumbuhan ekonomi nasional yang berdampak pada munculnya 3,8 juta pelanggan baru.

“Penambahan jumlah pelanggan sebesar itu merupakan upaya yang luar biasa dari perseroan dalam melayani kebutuhan listrik kepada masyarakat di mana sapai dengan akhir tahun 2013 total pelanggan telah mencapai 54 juta,” ungkap Bambang.

Sementara itu, laba usaha PLN mengalami kenaikan sebesar Rp 7,0 triliun menjadi Rp 36,5 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 39,5 triliun. Namun demikian, laba bersih PLN justru menurun menjadi Rp 29,6 triliun dari sebelumnya Rp 32,8 triliun. “Penurunan laba bersih ini dibebankan peningkatan rugi selisih kurs antara penjabaran liabilitas moneter dalam mata uang asing yang bersifat non-cash sebesar Rp 42,2 triliun dan peningkatan beban bunga sebesar Rp 5,5 triliun,” terang dia.

Di urutan ketiga dipegang oleh perusahaan swasta multibisnis, yakni PT Astra International Tbk (ASII). Grup bisnis dengan enam lini usaha yakni divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi ini mencatatkan pendapatan di 2013 sebesar Rp 193,8 triliun, naik tipis 3% dari tahun sebelumnya Rp 188 triliun. Namun, laba bersih Astra stagnan Rp 19,4 triliun di 2013.

“Prospek bisnis di tahun 2014 diperkirakan tetap baik, walaupun kompetisi di pasar penjualan mobil masih akan tinggi dan harga batu bara masih melemah,” kata Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto dalam keterangan resmi.

Di peringkat keempat diisi oleh BUMN raja telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Pendapatan Telkom tumbuh 7,5% menjadi Rp 82,9 triliun pada 2013 dari tahun 2012 yang hanya Rp 77,1 triliun. Laba bersih naik lebih tinggi sebesar 10,5% dari Rp 12,8 triliun menjadi Rp 14,2 triliun.

“Telkom adalah perusahaan dengan pendapatan Rp 5 triliun per bulan dan memiliki sustainability yang cukup tinggi,” ujar CEO Telkom, Arif Yahya.

Kenaikan pendapatan dan laba bersih perusahaan dihasilkan melalui pertumbuhan pelanggan bisnis dari berbagai lini dan perluasan penetrasi infrastruktur broadband melalui program Indonesia Digital Network (IDN) tahun 2015. “Pelanggan broadband tumbuh 45,4% menjadi 27,8 juta pelanggan. Kalau pelanggan seluler tumbuh 5,1% menjadi 131,5 juta pelanggan,” terang Arif.

Raja Rokok
Di peringkat kelima diisi oleh perusahaan rokok terbesar di Indonesia, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang mencatatkan pendapatan Rp 75 triliun di 2013, naik 12,6% dari tahun sebelumnya Rp 66,6 triliun. Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank BUMN, di urutan keenam yang mencatatkan pendapatan di 2013 sebesar Rp 59,4 triliun, naik 20% dari tahun sebelumnya Rp 49,5 triliun. Laba bersih BBRI pada 2013 juga naik dari Rp 18,6 triliun menjadi Rp 21,3 triliun.

Di peringkat ketujuh, raksasa makanan dan minuman dari Grup Salim yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan pendapatan Rp 57,7 triliun pada 2013, naik 15% dari tahun sebelumnya Rp 50 triliun. Namun, laba bersih INDF turun dari Rp 3,26 triliun menjadi Rp 2,5 triliun pada 2013.

Peringkat kedelapan diduduki PT Gudang Garam Tbk (GGRM), perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia, yang membukukan pendapatan di 2013 sebesar Rp 55,4 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp 49 triliun. Laba bersih GGRM juga naik dari Rp 4 triliun menjadi Rp 4,3 triliun.

Menyusul di belakangnya, raksasa alat berat dan tambang yang juga anak usaha ASII, yakni PT United Tractors, berada di peringkat kesembilan. Pendapatan UNTR tahun 2013 mencapai Rp 51 triliun, turun dari tahun sebelumnya Rp 55,9 triliun. Laba bersih UNTR juga turun dari Rp 5,77 triliun menjadi Rp 4,8 triliun.

Dan terakhir, berada di peringkat kesepuluh ada BUMN bank dengan aset terbesar hasil merger 8 bank, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pendapatan Bank Mandiri di 2013 mencapai Rp 50,2 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp 42,5 triliun. Laba bersih BMRI juga naik menjadi Rp 18,2 triliun dari tahun sebelumnya Rp 15,5 triliun.(*/tim redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top