Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Perlambatan ekonomi yang diperparah dengan depresiasi rupiah memukul laba bersih dua emiten skala raksasa di Indonesia, yakni PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di semester I 2015. Kejatuhan laba itu karena terseret anjloknya kontribusi laba dari anak usaha yang bergerak di sector komoditas, ditambah pelemahan di segmen konsumen.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para pelaku usaha kehilangan keuntungan. PT Astra International Tbk (ASII) mengalami penurunan laba bersih hingga 18% di semester I tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di paruh pertama tahun lalu, laba bersih AI mencapai Rp 9,82 triliun, namun tahun ini turun hingga Rp 8,05 triliun.
Menurut Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto, penurunan laba ini seiiring dengan melemahnya konsumsi domestik, kompetisi di industri otomotif, dan melemahnya harga komoditas di Indonesia. Namun, ASII tetap optimistis bisa meraih peluang di kondisi seperti ini. “Di tengah pemulihan ekonomi yang belum pasti, bisnis kami siap menangkap peluang saat momentum pemulihan terjadi dan tetap solid didukung oleh neraca keuangan yang kuat,” kata Prijono dalam siaran persnya.
Di semester I ini, pendapatan bersih konsolidasian ASII Rp 92,6 triliun atau turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja penjualan divisi otomotif, agribisnis, dan penjualan alat berat. “Turunnya laba bersih ini mencerminkan penurunan kontribusi dari hampir semua segmen,” tambahnya.
Hampir semua lini bisnis ASII mengalami penurunan laba bersih di semester pertama tahun ini.Aktivitas bisnis Astra terbagi dalam enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya serta teknologi informasi. Di industri otomotif, meskipun grup ini masih menjadi pemimpin pasar, namun laba bersih dari lini bisnis otomotif AI turun 15%, dari Rp 4,009 triliun di semester I tahun lalu menjadi Rp 3,422 triliun di semester I 2015.
Menurut data Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil nasional menurun sebesar 18% atau hanya 525.000 unit di paruh pertama tahun ini. Untuk Astra, terjadi penurunan hingga 21% atau menjual hingga 263.000 unit. Hal ini menyebabkan penurunan penguasaan pangsa pasar dari 52% menjadi 50% di semester pertama 2015. Upaya Astra untuk meredam penurunan dengan meluncurkan 9 model baru dan 5 model facelift pada paruh pertama tahun ini belum membuahkan hasil.
Tidak saja di mobil, penjualan sepeda motor nasional juga menurun 24% menjadi 3,2 juta unit di semester I tahun 2015. Penjualan PT Astra Honda Motor (AHM) juga mengalami penurunan sebesar 19% menjadi 2,1 juta unit. Meski begitu, terjadi penguatan perolehan pangsa pasar, menjadi 67% di enam bulan pertama tahun ini. AHM pun tetap aktif melakukan penetrasi pasar dengan meluncurkan 8 model baru dan 3 model facelift.
Tidak saja dalam alat transportasi, perusahaan komponen otomotif yang bernaung di Astra juga mengalami penurunan laba bersih. PT Astra Otoparts Tbk (AOP) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 67% menjadi Rp 152 miliar. “Hal ini karena menurunnya volume dan depresiasi rupiah yang berimbas terhadap penurunan margin manufaktur,” tambahnya.
Di antara lini bisnis Astra, Agribisnis menjadi yang paling terpukul kinerjanya. Di semester I tahun ini, agribisnis Grup mengalami penurunan laba bersih hingga 68% atau menjadi Rp 354 miliar dari Rp 1,091 di tahun lalu. Lini bisnis infrastruktur, logistik, dan lainnya mengalami penurunan laba bersih hingga 60%, dari Rp 171 miliar menjadi Rp 68 miliar. Laba bersih dari segmen teknologi informasi turun sebesar 11% menjadi Rp 75 miliar.Lalu, laba bersih segmen jasa keuangan menurun sebesar 16% menjadi Rp 2,1 triliun.
Namun, khusus untuk lini bisnis alat berat dan pertambangan terjadi kenaikan laba bersih. Lini bisnis ini laba bersihnya tumbuh 3%, dari Rp 1,986 triliun di paruh pertama tahun lalu menjadi Rp 2,048 triliun di semester I 2015.
Di sisi lai, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 25,3 persen menjadi Rp 1,73 triliun pada semester I 2015, dari Rp 2,32 triliun pada periode yang sama tahun lalu karena pelemahan nilai tukar rupiah.
“Marjin laba bersih turun menjadi 5,3 persen dari 7,4 persen terutama disebabkan oleh rugi selisih kurs yang belum terealisasi sebagai akibat melemahnya rupiah,” ujar Anthoni Salim, Direktur Utama Indofood dalam keterangan resmi.
Padahal, penjualan bersih konsolidasi perseroan naik 3,7 persen menjadi Rp 32,63 triliun dari Rp 31,48 triliun pada semester I tahun lalu. Adapun kelompok usaha strategis dari produk konsumen bermerek (CBP), Bogasari, Agribisnis dan Distribusi masing-masing memberikan kontribusi sekitar 50 persen, 24 persen, 18 persen, dan 8 persen.
Laba usaha Indofood naik sedikit sebesar 0,5 persen menjadi Rp 3,85 triliun dari Rp 3,83 triliun, sedangkan marjin laba usaha turun 40 bps menjadi 11,8 persen. Perseroan menyatakan hal itu terutama karena melemahnya kinerja Agribisnis sebagai akibat dari penurunan harga jual rata-rata produk sawit.
“Kami akan terus menjalankan strategi kami untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan serta menghadapi tantangan ke depannya,” ujar Anthoni.
Sementara itu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk masih mampu membukukan peningkatan laba hingga 27,9 persen menjadi Rp 1,74 triliun, dari Rp 1,36 triliun pada paruh pertama 2014.
Penjualan bersih Indofood CBP tercatat tumbuh 6,6 persen menjadi Rp 16,55 triliun dari Rp 15,52 triliun di semester I 2014. Divisi mie instan kembali menjadi kontributor terbesar sebanyak 65 persen, sedangkan divisi dairy 18 persen, makanan ringan 6 persen, penyedap makanan 3 persen, nutrisi dan makanan khusus 2 persen, serta minuman 6 persen.
“Kami akan terus berupaya mengejar pertumbuhan ke depannya dan menjalankan strategi dengan penuh kehati-hatian,” jelasnya.(A1)